Kamis, 14 Maret 2013

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)


OLEH LINGGAR TYAS ANJARSARI
BAB III
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

A.    Model Pembelajaran Kooperatif
1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Lie, 2000 : 17) pembelajaran kooperatif biasa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Menurut Slavin  pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Secara umum, pembelajaran  kooperatif  merupakan  salah satu strategi belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal dalam pembelajaran koperatif, terdapat lima unsur pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang harus diterapkan, yaitu:
1). Saling ketergantungan positif yaitu menciptakan kelompok kerja efektif sesuai tugas untuk mencapai tujuan.
2) Tanggung jawab perorangan merupakan kunci keberhasilan kelompok.
3) Tatap muka dengan kegiatan interaksi memberikan sinergi yang menguntungkan, inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memandang kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Komunikasi antar anggota sangat perlu digali untuk memberi semangat dan memperkaya pengalaman belajar, pembinaan perkembangan mental dan emosional.
5) Evaluasi proses kelompok untuk mengetahui tingkat partisipasi dan kerjasama setiap anggota, saling membantu dan medengarkan atau memberikan saran satu dan lainnya.( Sudrajat Akhmad. 2008 )

Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

2.      Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.       Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
d.      System penghargaan yang berorientasi pada kelompok daripada individu.

3.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pada intinya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :
a.       Hasil belajar akademik, tujuannya untuk meningkatkan kinerja tugas-tugas akademik
b.      Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuannya adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan.
c.       Pengembangan keterampilan sosial, ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat dsb. Tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja siswa.

4.      Dasar-dasar Pembelajaran Kooperatif
Yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah :
a.       Para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka tenggelam (berenang bersama).
b.      Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa yang lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.      Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e.       Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f.       Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.      Para siswa akan dimintai pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangai dalam kelompok kooperatif.
h.      Dengan memiliki dasar-dasar di atas siswa akan menyadari bahwa keberhasilan belajarnya sangat ditentukan oleh pengelolaan belajar dan teman belajar timnya.
Dasar-dasar di atas pada akhirnya mewarnai situasi pembelajaran kooperatif dan akan membedakan dengan situasi belajar kelompok dengan pembelajaran yang lain.

5.      Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif  secara Umum
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997 : 113). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informal, sering dalam teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif secara umum dirangkum pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
 FASE
KEGIATAN GURU
1.      Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
2.      Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3.      Mengorganiasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4.      Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5.      Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
6.      Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompoknya.

6.      Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan hasil penelitian Thomson (dalam Kusno, 2002 : 69) dapat dikemukakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kooperatif yaitu :
a.    Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b.    Meningkatkan rasa harga diri
c.    Memperbaiki kehadiran
d.   Saling memahami adanya perbedaan individu
e.    Mengurangi konflik antar pribadi
f.     Mengurangi sikap apatis
g.    Memperdalam pemahaman
h.    Meningkatkan motivasi
i.      Meningkatkan hasil belajar
j.      Menguatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.

7.      Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok selama kegiatan.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. (Ina Karlina, S.Pd.)
 Keterampilan-keterampilan kooperatif dapat dikelompokan dalam 3 tingkatan(Lundgren, 1994), yaitu:
a.         Keterampilan Tingkat Awal
1)        Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
2)        Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini berarti bahwa harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja dikritik yang diberikan itu ditunjukkan terhadap ide dan tidak individu.
3)        Mengambil giliran dan berbagai tugas
Pengertian ini berarti mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
4)        Berada dalam kelompok
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
5)        Berada dalam tugas
Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikannya sesuai waktu yang dibutuhkan.
6)        Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7)        Mengundang orang lain
8)        Menyelesaikan tugas pada waktunya
9)        Menghormati perbedaan individu
10)    Menggunakan suara pelan, yaitu menggunakan suara pelan pelan sehingga tidak dapat didengar oleh meja lain (kelompok lain).
11)    Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
12)    Mengundang orang lain untuk berbicara, yaitu meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi dalam tugas.
13)    Menyebut nama dan memandang pembicara. Anggota kelompok merasa telah memberikan kontribusi penting ketika namanya disebut atau kontak mata terjadi.
14)    Mengatasi gangguan, yaitu menghindari masalah yang dihasilkan dari adanya diversi atau kurangnya perhatian terhadap tugas.( Lundgen )
b.        Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi :
a)      Menunjukkan penghargaan.
b)      Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima.
c)      Mendengarkan dengan aktif
d)     Bertanya.
e)       Membuat ringkasan.
f)       Menafsirkan.
g)      Mengatur dan mengorganisir.
h)      Menerima tanggung jawab.
i)        Memeriksa ketepatan.
j)        Menggunakan kesabaran.
k)      Mengurangi ketegangan.
l)        Bertanya.
c.       Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
8.      Berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif.
a. Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.
b. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
c. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
d.  Meningkatkan motivasi belajar intrinsik
e.  Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.( Ibrahim, Muslimin,dkk.2000).
     Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain:
1)   Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran
2)    Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
3)    Meningkatkan ingatan siswa
4)    Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.




9.      Kelemahan model pembelajaran kooperatif.
a.    Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b.   Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c.    Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d.   Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawabansecaraindividu.( Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000).

B.     Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Ahirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut dengan catatan, saat tes mereka tidak boleh saling membantu. Point setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan. Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena  sangat berperan  dalam  aktualisasi kelompok  secara  sinergis untuk mencapai hasil  yang  terbaik  dan  dalam  pembimbingan  antara  anggota  kelompok  sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. (Sudrajat Akhmad. 2008)

Upaya peningkatan kualitas pembelajaran harus terus diupayakan, baik oleh guru maupun semua pihak yang terkait langsung dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar siswa yang menggembirakan. Walaupun pernyataan itu tidak seluruhnya benar, sebab terdapat beberapa siswa yang mencapai tingkat belajar sangat baik. Pada  pembelajaran  kooperatif  teknik  STAD,  siswa  belajar  dan  membentuk sendiri  pengetahuannya  berdasarkan  pengalaman  dan  kerjasama  setiap  siswa  dalam kelompoknya untuk menyelesaikan  tugas yang  telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran  ini  siswa  dilatih  untuk  bekerjasama  dan  bertanggung  jawab  terhadap tugas  mereka  sedangkan  guru  pada  metode  pembelajaran  ini  berfungsi  sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. (Sudrajat Akhmad. 2008) .Prestasi belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, dua diantaranya antara lain adalah cara belajar siswa dan metode mengajar guru. Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari siswa, agar mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mendorong siswa belajar melakukan penalaran. Salah satu bentuk strategi belajar yang dapat mendorong siswa belajar melakukan penalaran adalah strategi belajar kooperatif tipe STAD seperti yang telah dijelaskan pada uraian di atas.
1.      Lima komponen utama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
   Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis (tes), skor peningkatan individual dan   penghargaan kelompok. Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut:
a.       Presentasi KelasMateri dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan pengajaran langsung (direct instruction) atau ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan, pengembangan dan praktek terkendali.
b.      KelompokKelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk belajar dalam kelompok adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang mengalami kesalahan konsep.
c.        Kuis (tes)Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa diberikan kuis individual. Siswa tidak diperkenankan saling membantu pada saat kuis berlangsung.
d.       Skor Peningkatan IndividualPenilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
e.        Penghargaan KelompokKelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya melampaui kriteria tertentu.( Firman Syah Noor. 2007)
2.      Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a.    Persiapan Materi dan Penerapan Siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 sampai 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada:
1)      Kemampuan akademik (pandai, sedang, dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
2)      Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawahan atau sifat (pendiam dan aktif)
Selain itu peran / tugas guru dalam  pembelajaran  dengan  teknik  STAD, adalah sebagai berikut:
1.  Guru  menyampaikan  semua  tujuan  pembelajaran  yang  ingin  dicapai  pada
     pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar,
2.  Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi)
     atau teks
3.  Guru  menjelaskan  siswa  bagaimana  caranya  membentuk  kelompok  belajar
     dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien,
4.  Guru  membimbing  kelompok-kelompok  belajar  pada  saat  mereka
     mengerjakan tugas,
5.  Guru  mengetes  materi  pelajaran  atau  kelompok  menyajikan  hasil-hasil
     pekerjaan mereka
6.  Guru  memberikan  cara-cara  untuk  menghargai  baik  upaya  maupun  hasil
     belajar individu dan kelompok. (Sudrajat Akhmad. 2008)
b.      Penyajian Materi Pelajaran
Ditekankan pada hal-hal berikut:
1)      Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang perlu dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
2)      Pengembangan
Hal –hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan penyajian materi, adalah:
a)      Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalm kelompok.
b)      Pembelajaran kooperatif menekankan, bakwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
c)      Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d)     Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
e)      Beraih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
3)      Latihan Terbimbing
Latihan terbimbing dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a)      Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
b)      Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
c)      Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

c.        Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif , guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1.      Mintalah anggota kelompok memindahkan meja atau bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2.      Berilah waktu labih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3.      Bagikan lembar kegiatan siswa.
d.      Kuis
Dilakukan selama 45 menit sampai 60 menit secara mandiri untuk  menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disambungkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
e.       Skor Perkembangan
Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
f.       Penghargaan Kelompok
Langkah pertma yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nlai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Menurut Slavin (1995), guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.
Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:
a)      menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;
b)      menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini;
c)      menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masingmasing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk, 2000):
a)      Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15)
b)      Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 < rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
c)      Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 < rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)
d)     Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok > 25).

3.      Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Keuntungan pembelajaran kooperatif STAD antara lain :
a)      Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
b)      Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil
c)      Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
d)     Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain :
a)      Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu. Hal ini disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.
b)      Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan.
c)      Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan, di antaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitung skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata kelompok. Hal ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
d)     Memerlukan waktu dan biaya yang banyak dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran.
e)      Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
f)       Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. (Sumantri dkk. 2002)
     
Kunci keberhasilan di dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah persiapan guru dalam:
a)      memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan prasyarat siswa;
b)      memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa;
c)      memilih materi yang ada pada Standar Isi yang memungkinkan untuk dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan di-skor dengan cepat;
d)     menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab untuk kelompok masing-masing. Selain itu juga, para anggota masing-masing kelompok harus saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masing-masing kelompok secara ikhlas;
e)      membimbing agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara bijaksana sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, belajar berpikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, membantu belajar, serta menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud.1996. Kurikulum Pendidikan Dasar (Berdasarkan Suplemen 1999). Jakarta: Depdikbud.


Firman Syah Noor. 2007. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Bukti dalam Matematika pada Siswa SMU. Pages-your favorite.com/ ppsupi/ubstrakmat2005. 22 September.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000.  Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Tersedia di http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-games-tournament-tgt/ .Diakses tanggal 18 September 2011.

Perdy Karuru. 2007. Penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP.depdiknas.go.id/jurnal/45/perdy-karuru.htm, 22 September

______. 2007. Penerapan Kooperatif Teknik “STAD” dalam Pembelajaran Matematika. Trisnimath.blogspot.com, 22 September.

Lie, A. (2002) Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati,D., & Nurjhani, M. (2003). Common Text Book Strategi Belajar mengajar Biologi.(Edisi Revisi). Bandung: JICA-IMSTEP-UPI.

Sudrajat Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Tersedia di http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Diakses Tanggal 17 September 2011.

Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masala Matmatika Melalui Model Belajar Kooperatif Tope Jigsaw. (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas Satu SMU Negeri di Tasikmalaya). Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.aa
Sumantri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : CV Maulana. Tersedia di http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html . Diakses anggal 18 September 2011


Suyatno. 2009. Menjelajah pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.

----------2008. Metode Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/. Diakses tanggal 21 September 2010.

---------Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf. diakses Tanggal 21 September 2010.

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Tersedia di http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/21 Pendekatan-Kooperatif-STAD.pdf. diakses tanggal 21 September 2010.







1 komentar: