Kamis, 14 Maret 2013

JIGSAW


MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW









KELOMPOK IV
ANGGOTA :
Ratna Puspita Dewi                       (1001060049)
Widia Lestari                                  (1001060051)
Wijie Ciptaning Rizki                    (1001060066)
Irwan Budianto                              (1001060069)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
A.    PENGERTIAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.(Agus Suprijono, 2009)
Pembelajaran koperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Metode  jigsaw juga merupakan teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu teknik ini memberikan pelajaran kepada siswa untuk mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.(Agus Suprijono, 2009)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. 
Beberapa penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran.


B.     SEJARAH ATAU LATAR BELAKANG JIGSAW
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Siswa diajak untuk berinteraksi secara positif dengan siswa-siswa lain dengan latar belakang yang sangat berbeda dalam kegiatan akademis. Dan memang konflik rasialis berhasil dikurangi secara drastis dan prestasi akademik pun jadi meningkat. Ternyata orang eropa sendiri mulai menyadari bahwa individualisme saja tidaklah cukup. Keberhasilan orang-orang amerika di berbagai kehidupan sudah mendapat pengakuan di seluruh dunia. Namun, patut dipertanyakan apalah artinya keberhasilan pribadi jika tidak ditindak lanjuti dan diterapkan dalam masyarakat. Banyak penemuan dalam bidang iptek berasal dari Amerika Serikat namun, ironisnya yang lebih bisa mengembangkan menikmati hasil temuan ini adalah bangsa lain yang lebih terbiasa untuk lebih bekerjasama dalam saling ketergantungan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diantaranya adalah dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok. Para siswa harus mempunyai niat intuk bekerjasama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar yang akan saling menguntungkan. Selain niat, para siswa juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam hal penataan ruang kelas pada tipe jigsaw perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa, sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan merata. Jarak antar kelompok bisa saling berdekatan dengan satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong disalah satu bagian kelas untuk kegiatan lain.
C.    PERSIAPAN
Banyak dijumpai di kelas pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif, meskipun guru telah menerapkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif. Diskusi sebagai salah satu mekanisme membangun kooperatif tidak berjalan efektif karena banyak hal. Diskusi banyak didominasi oleh salah seorang peserta didik yang telah mempunyai skemata tentang apa yang akan dipelajari. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif membutuhkan persiapan yang matang.
Persiapan yang harus dilakukan adalah
1.      Peserta didik harus sudah memiliki skemata atau pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari.
2.      Peserta didik sudah harus mempunyai keterampilan bertanya, keterampilan ini penting sebab pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan atau ide intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan.
3.      Pembelajaran kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik berupa pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab. Pengalaman awal bisa dibangun melalui aktivitas membaca.(Agus Suprijono,2009)

D.    PROSES
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Guru menginformasikan kepada siswa tentang sistem pembelajaran tipe jigsaw. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan melalui topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari tersebut. Pengajar bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.      Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 
2.      Guru membagi materi sejumlah kelompok dalam kelas tersebut. 
3.      Tiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda.
4.      Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.
5.      Siswa berpencar membentuk kelompok baru ( kelompok ahli ) menurut materi  yang sama.
6.      Setelah selesai diskusi sebagai kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar pada teman satu kelompok mereka tentang sub bab yang mereka diskusikan pada kelompok ahli. Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran (Depdikbud 1996)
7.      Sebelum pembelajaran diakhiri, dilakukan diskusi dengan seluruh kelas
8.      Guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari (Agus Suprijono : 2009)
Selain itu guru juga dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
1.      Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe­serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang ber­beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
2.      Pengelompokkan Heterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber­sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan pe­serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi infor­masi.(Sunarto, 2009)

E.     HAMBATAN DAN UPAYA DALAM PELAKSANAAN
1.    Hambatan
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning khususnya pada tipe jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative
b.    Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
c.    Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning jigsaw.
d.   Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
e.    Minimnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung teknik pembelajaran.
f.     Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
2.    Upaya yang harus dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning jigsaw dapat berjalan dengan baik :
a.    Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
b.    Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
c.    Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative learning.
d.   Menambah buku sumber sebagai media pembelajaran.
e.    Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
f.     Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
F.     MANFAAT YANG DIPEROLEH
Secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain :
1.      memotivasi siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta menyadari akan penilaian yang berkelanjutan,
2.      menghilangkan rasa takut pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan, dan
3.      menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Khoirul dalam Supriyadi (2003) mengemukakan beberapa tujuan khusus model pembelajaran tipe Jigsaw diantaranya adalah mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir dan menyediakan kesempatan berlatih bicara (dan mendengar) untuk berlatih dalam menyampaikan informasi.(Aceng Haetami dan Supriyadi, 2010)

G.    PENGHARGAAN KELOMPOK
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut. Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:
1.      Menentukan nilai dasar (awal) msaing-masing siswa.
2.      Menentukan nilai tes yang dilaksanakan siswa setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II atau rata-ratanya kepada setiap siswa yang kita sebut sebagai kuis terkini.
3.      Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini  dan nilai dasar masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini:
Kriteria
Nilai
Peningkatan
Nilai kuis terkini turun lebih dari 10 poindibawah nilai awal
5
Nilai kuis terkini turun 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal
10
Nilai kuis terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 diatas nilai awal
20
Nilai kius terkini lebih dari 10 diatas nilai awal
30
                                                                                
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok
Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai peningkatan kelompok <15)
Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok<20)
Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok<25)
Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25(rata-rata nilai peningkatan kelompok≥25). (Yusuf, 2003).
Menurut Slavin (1994:71) rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat diatur sebagai berikut:
1)        Membaca: siswa memperoleh materi dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
2)        Diskusi kelompok ahli: siswa dengan materi yang sama bertemu untuk mendiskusikan materi tersebut.
3)        Diskusi kelompok asal: kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut pada kelompoknya.
4)        Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencangkup semua materi.
5)        Penghargaan kelompok: perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, diakhir pembelajaran, siswa diberi tes/ kuis secara individu yang mencakup materi yang telah dibahas. Selanjutnya, hasil tes siswa tersebut diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor terdahulu (skor dasar dengan skor akhir). Tujuan dari skor dasar dan poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya.

H.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1.         Kelebihan
a.       Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademis)
b.      Menambah dan percaya diri
c.       Mudah diterapkan dan tidak mahal
d.      Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berfikir kritis dan kerja sama kelompok
e.       Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda
f.       Menerapkan bimbingan oleh teman
g.      Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah
h.      Melatih siswa supaya dapat bekerja sama dalam rangka untuk  menyatukan  konsep dari hasil kelompok.
i.        Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain
j.        Meningkatkan kerja sama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.(Yusuf 2003)

2.        Kekurangan
Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy Killen, 1996) adalah:
a.      Prinsip utama pola pengajaran ini adalah “peer teaching”, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi “missconception”.
b.      Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mempu berdiskusi menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mampu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.
c.       Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d.      Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran inibisa berjalan dengan baik.
e.       Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
f.       Dengan adanya pembentukan kelompok maka tingkat kemampuan penguasaan materi pembelajaran hanya dapat ditinjau dalam lingkup kelompok.


DAFTAR PUSTAKA


Aceng Haetami dan Supriadi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran JIGSAW.  _______
Arends. 1997____________________________________________________________
Arends. 2001____________________________________________________________
Depdikbud.1996. Kurikulum Pendidikan Dasar (Berdasarkan Suplemen 1999). Jakarta: Depdikbud.
Istiqomah, Ari. 2004. Skripsi tentang Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Tipe Jigsaw. Purwokerto. UMP.
Lie A. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta.Grasindo.
McMahon, M. 1996, Social Constructivism in the World Widw Web, a Paradigm of Learning, Google site, <http:/N”vnv.scu.edu.au/ausNveb96/eduen/wild/paper. hti.nl (Accessed, 2 Oktober 2009).
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sunarto.2009.Pengertian dan Penerapan Metode Jigsaw. ____________________________
Yusuf. 2003. Proses Dan Hasil Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.  www.google.com.
20 September 2009. (Diakses tanggal 21 September).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar