Oleh LINGGART TYAS ANJARSARI
BAB II
METODE, PENDEKATAN DAN MODEL
PEMBELAJARAN
A. Metode Pembelajaran.
Metode adalah cara
untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, untuk
mencapai tujuan pengajaran. Metode
pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat
dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode mengajar dikelompokkan
berdasarkan pada tiga aspek, yaitu :
1.
Aspek penyampaian pesan,
2.
Aspek pendekatan pengajaran,
3.
Aspek pengorganisasian siswa.
Berikut
jenis-jenis metode pengajaran berdasarkan
1.
Aspek penyampaian pesan, diantaranya yaitu :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah
adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak
dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus
serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Ada dua hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini,yakni:
1) Menetapkan apakah metode ceramah wajar
digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Tujuan yang hendak dipakai,
b)
Bahan yang akan diajarkan
termasuk buku sumbernya yang tersedia,
c)
Alat,fasilitas,waktu yang
tersedia.
d)
Jumlah murid beserta taraf kemampuannya.
e)
Kemampuan guru dalam penguasaan
materi dan kemampuan berbicara.
f)
Pemilihan
metode mengajar lainnya sebagai metode bantu.
g)
Situasi pada waktu itu.
2)
Langkah-langkah
menggunakan metode ceramah.
a)
Tahap
persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik
sebelum mengajar dimulai.
b)
Tahap penyajian, artinya tiap
guru menyampaikan bahan ceramah.
c)
Tahap asosiasi
(komparasi),artinya memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang
telah diterimanya.
d)
Tahap generalisasi atau kesimpulan.
Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah,umumnya siswa mencatat bahan
yang telah diceamahkan.
e)
Tahap aplikasi/evaluasi. Tahap
terakhir ini,diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang
telah diberikan oleh guru. ( Nana Sudjana. 1989. Hal : 77 )
b. Metode Tanya jawab.
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya
dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong
bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber
belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum
proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
Tujuan yang dicapai metode tanya jawab,
antara lain : Untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran telah dikuasai
oleh siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang
belum dipahami. ( Nana Sudjana. 1989. hal : 78 )
c. Metode Demonstrasi.
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat –
alat bantu pengajaran seperti miniatur, gambar,
perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat
demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board,
mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan demonstrasi sebagai metode
mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja rninta, atau
siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya
bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaianyang otomatis.
d. Metode Eksperimen.
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Dengan
eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta
mengamati proses dan hasil proses itu. Metode ini paling tepat apabila
digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan penemuan. Dengan eksperimen
kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar?
Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah yang akan terjadi ? Terjadi
dari bahan apa ? Di dalam pelaksanaanya metode eksperimen dapat dirangkaikan
dengan demonstrasi.
e. Metode Tugas dan Resitasi.
1)
Metode Tugas adalah suatu cara belajar mengajar dimana guru dengan
siswa merencanakan bersama-sama suatu soal, permasalahan atau kegiatan yang
harus diselesaikan siswa dalam waktu tertentu.
2)
Metode Resitasi adalah disebut juga metode latihan yaitu cara belajar
mengajar yang penekanannya kepada pengembangan kemampuan para siswa untuk
mengingat dan mengucapkan kembali apa yang pernah mereka terima, atau disebut
juga sebagai suatu cara penyajian pelajaran dengan penekanan pada pengulangan
secara lisan oleh siswa, dengan menjawab pertanyaan dari guru. Dari itu metode tugas dan resitasi tidak sama
dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh
lebih luas dari pada itu. Tugas bisa dilaksanakan dirumah, disekolah,
diperpustakaan dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk
aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara
individual atau dapat secara kelompok. (
Nana Sudjana. 1989. Hal : 81 )
f. Metode Melatih (Drill).
Metode melatih
atau metode drill dapat disebut juga metode resitasi, sebab metode-metode
tersebut ada kemiripan dan kesamaannya. Metode melatih adalah cara penyampaian
pelajaran yang menekankan pada pengulangan secara lisan, tertulis, praktikum,
latihan yang dilakukan siswa dalam mencapai sasaran belajar yang ingin dicapai.
Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru memperhatikan
tingkat kewajaran dari metode ini,
yaitu :
1.) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal
yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, perbuatan, dll.
2.) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya
perhitungan penggunaan rumus-rumus, dll.
3.) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti
penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dll. ( Nana Sudjana. 1989. Hal 86-87 )
2.
Aspek pendekatan pengajaran, yaitu:
a. Metode problem solving (metode pemecah masalah)
Metode ini
dalam mengajarkan berbagai mata pelajarannya memusatkan kegiatan pada murid.
Jadi berlawanan dengan metode ceramah yang mengutamakan guru, dasar metode ini
yaitu mendorong anak didik berfikir secara sistematis dengan menghadapkannya
kepada masalah-masalah. Dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode
lainnya dimulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Metode ini bertujuan untuk :
1) Melatih ketrampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep
atau prinsip.
3) Melatih memecahkan masalah.
4) Menumbuhkan daya kreatif siswa.
5) Melatih siswa mengembangkan sifat
toeransi. ( Nana Sudjana. 1989. Hal :89-90 ).
b.
Metode discovery dan
inquiry
1)
Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain :
mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelasakan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
2)
Inquiry adalah penyelidikan pengajaran inquiry adalah pengajaran dimana guru
dan siswa mempelajari gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa ilmuwan.
c.
Metode teknik klasifikasi
nilai
Metode teknik klasifikasi nilai
adalah metode mengajar dimana guru menolong siswa untuk meneta pkan nilai
pilihannya dari sejumlah alternatif nilai yang dihadapinya.
d.
Metode simulasi
Simulasi adalah tingkah laku
seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar
orang itu dapat mempelajari lebih mendalam, tentang bagaimana orang itu merasa
dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu
berlatih memegang peranan sebagai orang lain.
e. Metode sosio-drama dan roll playing
Perlunya
digunakan metode sosiodrama adalah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku,
atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Atau dengan roll playing dimana siswa bisa berperan atau memainkan
peranan dalam dramatisasi masalah sosial / psikologis itu. Karena itu kedua
teknik ini hampir sama, maka dapat digunakan bergantian.
3.
Aspek pengorganisasian siswa adalah :
a.
Metode Karyawisata.
Metode
karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari
materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas
dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi
memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan
yang tidak sebentar. Contohnya : Mengajak siswa ke Balai Desa untuk mengetahui
jumlah penduduk dan susunannya pada desa tersebut, selama satu jam pelajaran
atau study tour yang memerlukan waktu dan biaya tidak sedikit. (Nana Sudjana.
1989. Hal : 87 ).
b.
Metode Kelompok
Yaitu suatu
cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau
dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan pula
oleh guru.
c.
Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi
terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.
Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan
gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman,
menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui
diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
d.
Metode Workshop atau lokakarya
Bentuk ini
sebenarnya merupakan bentuk metode diskusi dengan pengorganisasiannya khusus
agar setiap kelompok dapat bekerja secara intensif dan efisien dalam usaha
mereka menyelesaikan topik.
e.
Metode proyek atau unit
Adalah suatu sistem menyampaikan materi pelajaran yang ditunjukkan pada suatu
masalah untuk dipecahkan secara utuh yang memiliki arti tersendiri.
B. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah konsep dasar
yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:
1.
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach),
2.
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus
dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih
jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan
tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai
taraf keberhasilan (achievement) usaha. (Abin Syamsuddin Makmun, 2008)
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat
unsur tersebut adalah :
1.
Menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi
peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih
sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan norma-norma dan
batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa
strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu exposition-discovery learning dan group-individual learning.
(Wina Senjaya: 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran antara lain, yaitu
1.
Pendekatan Deduktif dan Induktif
a. Pendekatan deduktif
Pendekatan
deduktif adalah pendekatan dari hal yang umum ke hal yang khusus. Contoh :
menggunakan hukum atau teorema untuk menyelesaikan kasus.
b. Pendekatan Induktif
Pendekatan
Induktif adalah pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian direalisasi
ke hal-hal yang bersifat umum, digunakan pada saat metode penemuan. Kelebihan pendekatan pembelajaran induktif,
pada strategi
ini pembelajaran induktif guru langsung memberikan
presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang
topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Kelemahan model pembelajaran induktif, yaitu :
1)
pendekatan ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan
pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan
ilustrasi-ilustrasi.
2)
Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran
induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya
dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan
untuk membuat siswa berpikir.
2.
Pendekatan Formal dan Non Formal
a. Pendekatan formal adalah pendekatan yang
menggunakan dasar-dasar hukum yang jelas. Contoh : cara belajar mendapatkan
rumus.
b. Pendekatan non formal adalah pendekatan
yang tidak menggunakan dasar-dasar yang jelas.
3.
Pendekatan Ekspositorik dan Pendekatan Heuristik
a. Pendekatan Ekspositorik
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Metode ekspositori bersifat memberikan informasi dan pengajaran terpusat pada
guru.
b. Pendekatan Heuristik
Heuristik
berasal dari bahasa yunani yang berarti saya menemukan. Pendekatan ini adalah srategi
pengajaran yang menekankan pada siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan kemampuan.
Guru sebagai fasilitator dalam membantu kegiatan siswa.
4.
Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)
Dalam DEPDIKBUD, pendekatan keterampilan proses dapat diartikan
sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar
yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. (Moedjiono,
1993 : 14)
5.
Pendekatan Spiral
Pendekatan
spiral adalah pendekatan dalam menyampaikan materi penyajiaanya dimulai dari
materi yang sederhana kemudian diulang dan kemudian berubah menjadi komplek dan
bersifat abstrak.
6.
Pendekatan Open Ended.
Pendekatan ini memberi kesempatan pada siswa secara luas
dan terbuka untuk mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan menurut cara dan gayanya masing-masing. (JJ. Hasibuan dan
Moedjiono. 1988 : 4 dan 18).
Dalam menggunakan strategi
pembelajaran, guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan
keadaan, oleh sebab itu guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran, sebagai berikut :
1.
Berorientasi
pada tujuan.
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang
utama.segala aktivitas guru dan siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat
ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran.
2.
Aktivitas.
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi belajar
adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas ini tidak di maksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan
tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
3.
Individualitas.
Mengajar adaalah usaha mengembangkan setiap individu siswa walaupun
kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita
capai adalahperubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu dilihat dari segi
jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan ditentukan maka semakin berkualitas
proses pembelajaran.
4.
Integritas.
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa, bukan hanya mengembangkan kognitif siswa, tetapi mengembangkan aspek
afektif dan psikomotor. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegerasi.
Sesuai dengan isi peraturan pemerintah Bab IV Pasal 19 Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam
pengelolaan pembelajaran, yaitu :
1.
Interaktif.
Prinsip ini mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar
menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsaan siswa untuk belajar, dan melalui
proses ini memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun
intelektual.
2.
Inspiratif.
Dalam proses ini memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan
sesuatu. Berbagai informasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan
harga mati, bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis siswa yang
merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu guru mesti
membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat
dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri.
3.
Menyengkan.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh
potensi siswa. Seluruh potensi ini dapat berkembang manakala siswa terbebas
dari rasa takut dan menegangkan oleh karena itu perlu diupayakan agar proses
pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat dilakukan, pertama, yaitu dengan
menata ruang yang apik dan menarik, yang kedua melalui pengelolahan
pembelajaran hidup yang bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media, dan sumber belajar relevan serta gerakan guru yang mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa.
4.
Menantang.
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa yakni merangsang kerja otak secara maksimal, kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa
melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan
oleh guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir dan melakukan. Apabila
guru akan memberikan informasi, hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah
jadi yang siap “ditelan” siswa, akan tetapi informasi yang siap untuk membangkitkan
siswa untuk mau “mengunyahnya”, untuk memikirkannnya sebelum ia ambil
kesimpulan. Untuk itu dalam hal tertentu sebaiknya guru memberikan informasi
yang “meragukan”, kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk
membuktikannya.
5.
Motivasi.
Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki
kemauan unuk belajar. Oleh karena itu membangkitkan motivasi merupakan salah
satu peraan dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Moivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau
melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala
siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan
sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.
C. Model Pembelajaran
Secara khusus istilah ”model”
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pengertian lain, ”model” juga diartikan
sebagai barang atau benda tiruan dari
benda yang sesungguhnya, istilah ”model” digunakan untuk menunjukkan pengertian
yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut,
maka yang dimaksud dengan ”model
pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Sedangkan menurut, Bruce Joyce dan Marsha Weil
mengetengahkan empat kelompok
model pembelajaran, yaitu :
1.
model interaksi sosial,
2.
model pengolahan informasi,
3.
model personal,
4.
model modifikasi tingkah laku.
Berikut penjelasan tentang empat kelompok
pembelajaran tersebut :
1.
Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menekankan
pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model
tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk berhubungan
dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja
secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Model
interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu
dengan masyarakat (learning to life together).
2.
Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan atau pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan,
penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi
kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif dan
berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
3.
Model Personal (Personal
Models)
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap
individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta
mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat
dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang
lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional
peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis
serta mampu memproses informasi secara efektif.
4.
Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari
peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari
teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus
diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku
tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini
adalah penjabaran tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih
efisien dan berurutan. (Zaif: 2009)
Sebagaimana dikemukakan oleh
Joyce dan Weill (1986), setiap model belajar mengajar memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
1.
Sintaksis.
Ialah tahap-tahap kegiatan dari model itu.
2.
Sistem
sosial.
Ialah situasi atau suasana dan
norma yang berlaku dalam model tersebut. Dengan pengorganisasian kegiatan ini
diharapkan mahasiswa akan lebih memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan
proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri
dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Prinsip
reaksi
Ialah pola kegiatan yang
menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar,
termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka.
4.
Sistem
pendukung
Ialah segala sarana, bahan dan
alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut.
5.
Dampak
instruksional
Ialah hasil belajar yang
dicapai langsung dengan mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan.
6.
Dampak
pengiring
Ialah hasil belajar lainnya
yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat tercipatanya
suasana belajar yang dialami langsung oleh para pelajar tanpa pengarahan
langsung dari pengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Tersedia di http://mgmpips.wordpress.com/pendekatan-pembelajaran/Mrs.Admin. diakses tanggal 12 September 2011.
Alhsby
Abu Abdu. Model Pembelajaran tersedia di http
:// khairuddinhsb.blogspot.com/ model-pembelajaran-inductive-thinking.html
J.J.
Hasibuan, Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Nasution, Noehi, dkk.2007.
Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Roestiyah N.K, Yumiati Suharto. 1985. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana.
Senjaya
Wina. 2008. Pendekatan, strategi, metode,
teknik, dan model pembelajaran.Tersedia
di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/.
diakses tanggal 12 September 2011.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Di akses tanggal 22 September 2010.
Sudrajat
Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan
Model Pembelajaran. Tersedia di http://smacpiring.wordpress.com/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/.
Diakses Tanggal 22 September 2010.
Syah
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan
suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Toeti
Soekamto. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zaif. 2009. Model-model
pembelajaran. tersedia di http://zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/.
diakses tanggal 19 September 2011.
mantap, i like it
BalasHapusw copas ya gan
BalasHapusMetode Pembelajaran sangat referensial, terimakasih
BalasHapus