Kamis, 14 Maret 2013

METODE, PENDEKATAN DAN Model PEMBELAJARAN


Oleh LINGGART TYAS ANJARSARI
BAB II
METODE, PENDEKATAN DAN MODEL
PEMBELAJARAN

A.    Metode Pembelajaran.
Metode adalah cara untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, untuk mencapai tujuan pengajaran.  Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode mengajar dikelompokkan berdasarkan pada tiga aspek, yaitu :
1.        Aspek penyampaian pesan,
2.        Aspek pendekatan pengajaran,
3.        Aspek pengorganisasian siswa.
Berikut jenis-jenis metode pengajaran berdasarkan
1.        Aspek penyampaian pesan, diantaranya yaitu :
a.    Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini,yakni:
1)   Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a)         Tujuan yang hendak dipakai,
b)        Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumbernya yang tersedia,
c)         Alat,fasilitas,waktu yang tersedia.
d)        Jumlah murid beserta taraf  kemampuannya.
e)         Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara.
f)         Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu.
g)        Situasi pada waktu itu.
2)   Langkah-langkah menggunakan metode ceramah.
a)         Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.
b)        Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.
c)         Tahap asosiasi (komparasi),artinya memberi kesempatan  kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya.
d)        Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah,umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceamahkan.
e)         Tahap aplikasi/evaluasi. Tahap terakhir ini,diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan oleh guru. ( Nana Sudjana. 1989. Hal : 77 )

b.    Metode Tanya jawab.
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas. Tujuan  yang dicapai metode tanya jawab, antara lain : Untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran telah dikuasai oleh siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. ( Nana Sudjana. 1989. hal : 78 )

c.     Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan demonstrasi sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja rninta, atau siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaianyang otomatis.

d.    Metode Eksperimen.
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan  pendekatan penemuan. Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah yang akan terjadi ? Terjadi dari bahan apa ? Di dalam pelaksanaanya metode eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi.

e.     Metode Tugas dan Resitasi.
                      1)          Metode Tugas adalah suatu cara belajar mengajar dimana guru dengan siswa merencanakan bersama-sama suatu soal, permasalahan atau kegiatan yang harus diselesaikan siswa dalam waktu tertentu.
                      2)          Metode Resitasi adalah disebut juga metode latihan yaitu cara belajar mengajar yang penekanannya kepada pengembangan kemampuan para siswa untuk mengingat dan mengucapkan kembali apa yang pernah mereka terima, atau disebut juga sebagai suatu cara penyajian pelajaran dengan penekanan pada pengulangan secara lisan oleh siswa, dengan menjawab pertanyaan dari guru. Dari itu metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh  lebih luas dari pada itu. Tugas bisa dilaksanakan dirumah, disekolah, diperpustakaan dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau dapat secara kelompok.  ( Nana Sudjana. 1989. Hal : 81 )

f.     Metode Melatih (Drill).
Metode melatih atau metode drill dapat disebut juga metode resitasi, sebab metode-metode tersebut ada kemiripan dan kesamaannya. Metode melatih adalah cara penyampaian pelajaran yang menekankan pada pengulangan secara lisan, tertulis, praktikum, latihan yang dilakukan siswa dalam mencapai sasaran belajar yang ingin dicapai. Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat siswa untuk  berpikir, maka hendaknya guru memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini, yaitu :
1.)      Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, perbuatan, dll.
2.)      Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dll.
3.)      Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dll. ( Nana Sudjana. 1989. Hal 86-87 )

2.        Aspek  pendekatan pengajaran, yaitu:
a.    Metode problem solving (metode pemecah masalah)
Metode ini dalam mengajarkan berbagai mata pelajarannya memusatkan kegiatan pada murid. Jadi berlawanan dengan metode ceramah yang mengutamakan guru, dasar metode ini yaitu mendorong anak didik berfikir secara sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah. Dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Metode ini bertujuan untuk :      
1)   Melatih ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
2)   Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3)   Melatih memecahkan masalah.
4)   Menumbuhkan daya kreatif siswa.
5)   Melatih siswa mengembangkan sifat toeransi. ( Nana Sudjana. 1989. Hal :89-90 ).
b.    Metode discovery dan inquiry
1)        Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain : mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelasakan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
2)        Inquiry adalah penyelidikan pengajaran inquiry adalah pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa ilmuwan.

c.     Metode teknik klasifikasi nilai
Metode teknik klasifikasi nilai adalah metode mengajar dimana guru menolong siswa untuk meneta pkan nilai pilihannya dari sejumlah alternatif nilai yang dihadapinya.

d.    Metode simulasi
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam, tentang bagaimana orang itu merasa dan  berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan sebagai orang lain.

e.     Metode sosio-drama dan  roll playing
Perlunya digunakan metode sosiodrama adalah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Atau dengan roll playing dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial / psikologis itu. Karena itu kedua teknik ini hampir sama, maka dapat digunakan bergantian.

3.        Aspek pengorganisasian siswa adalah :
a.         Metode Karyawisata.
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar. Contohnya : Mengajak siswa ke Balai Desa untuk mengetahui jumlah penduduk dan susunannya pada desa tersebut, selama satu jam pelajaran atau study tour yang memerlukan waktu dan biaya tidak sedikit. (Nana Sudjana. 1989. Hal : 87 ).

b.        Metode Kelompok
Yaitu suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang  telah ditentukan pula oleh guru.

c.         Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

d.        Metode Workshop atau lokakarya
Bentuk ini sebenarnya merupakan bentuk metode diskusi dengan pengorganisasiannya khusus agar setiap kelompok dapat bekerja secara intensif dan efisien dalam usaha mereka menyelesaikan topik.

e.         Metode proyek atau unit
   Adalah suatu sistem menyampaikan  materi pelajaran yang ditunjukkan pada suatu masalah untuk dipecahkan secara utuh yang memiliki arti tersendiri.    

B.       Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.        pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach),
2.        pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1.        Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.        Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.        Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.        Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. (Abin Syamsuddin Makmun, 2008)

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah :
1.        Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.        Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.        Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.        Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu exposition-discovery learning dan group-individual learning. (Wina Senjaya: 2008).

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran antara lain, yaitu
1.        Pendekatan Deduktif dan Induktif
a.    Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan dari hal yang umum ke hal yang khusus. Contoh : menggunakan hukum atau teorema untuk menyelesaikan kasus.
b.    Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif adalah pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian direalisasi ke hal-hal yang bersifat umum, digunakan pada saat metode penemuan. Kelebihan pendekatan pembelajaran induktif, pada strategi ini pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kelemahan model pembelajaran induktif, yaitu :
1)   pendekatan ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2)   Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

2.        Pendekatan Formal dan Non Formal
a.    Pendekatan formal adalah pendekatan yang menggunakan dasar-dasar hukum yang jelas. Contoh : cara belajar mendapatkan rumus.
b.    Pendekatan non formal adalah pendekatan yang tidak menggunakan dasar-dasar yang jelas.

3.        Pendekatan Ekspositorik dan Pendekatan Heuristik
a.    Pendekatan Ekspositorik 
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Metode ekspositori bersifat memberikan informasi dan pengajaran terpusat pada guru.
b.    Pendekatan Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa yunani yang berarti saya menemukan. Pendekatan ini adalah srategi pengajaran yang menekankan pada siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan kemampuan. Guru sebagai fasilitator dalam membantu kegiatan siswa.

4.        Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)
Dalam DEPDIKBUD, pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. (Moedjiono, 1993 : 14)

5.        Pendekatan Spiral
Pendekatan spiral adalah pendekatan dalam menyampaikan materi penyajiaanya dimulai dari materi yang sederhana kemudian diulang dan kemudian berubah menjadi komplek dan bersifat abstrak.

6.        Pendekatan Open Ended.
Pendekatan  ini memberi kesempatan pada siswa secara luas dan terbuka untuk mencari jawaban  dari pertanyaan-pertanyaan menurut cara dan gayanya masing-masing. (JJ. Hasibuan dan Moedjiono. 1988 : 4 dan 18).

Dalam menggunakan strategi pembelajaran, guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan, oleh sebab itu guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran, sebagai berikut :
1.        Berorientasi pada tujuan.
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.segala aktivitas guru dan siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

2.        Aktivitas.
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas ini tidak di maksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

3.        Individualitas.
Mengajar adaalah usaha mengembangkan setiap individu siswa walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalahperubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan ditentukan maka semakin berkualitas proses pembelajaran.

4.        Integritas.
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa, bukan hanya mengembangkan kognitif siswa, tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotor. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegerasi.



Sesuai dengan isi peraturan pemerintah Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu :
1.        Interaktif.
Prinsip ini mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsaan siswa untuk belajar, dan melalui proses ini memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.

2.        Inspiratif.
Dalam proses ini memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis siswa yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri.

3.        Menyengkan.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi ini dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat dilakukan, pertama, yaitu dengan menata ruang yang apik dan menarik, yang kedua melalui pengelolahan pembelajaran hidup yang bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar relevan serta gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

4.        Menantang.
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa yakni merangsang kerja otak secara maksimal, kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara intuitif  atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan oleh guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir dan melakukan. Apabila guru akan memberikan informasi, hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang siap “ditelan” siswa, akan tetapi informasi yang siap untuk membangkitkan siswa untuk mau “mengunyahnya”, untuk memikirkannnya sebelum ia ambil kesimpulan. Untuk itu dalam hal tertentu sebaiknya guru memberikan informasi yang “meragukan”, kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.

5.        Motivasi.
Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan unuk belajar. Oleh karena itu membangkitkan motivasi merupakan salah satu peraan dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Moivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.

C.     Model Pembelajaran

Secara khusus istilah ”model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pengertian lain, ”model” juga diartikan sebagai  barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, istilah ”model” digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka  yang dimaksud dengan ”model pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan  dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Sedangkan menurut, Bruce Joyce dan Marsha Weil  mengetengahkan  empat kelompok model pembelajaran, yaitu :
1.        model interaksi sosial,
2.        model pengolahan informasi,
3.        model personal,
4.        model modifikasi tingkah laku.
Berikut penjelasan tentang empat kelompok pembelajaran tersebut :
1.        Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).

2.        Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan atau pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

3.        Model Personal (Personal Models)
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.

4.        Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan. (Zaif: 2009)

Sebagaimana dikemukakan oleh Joyce dan Weill (1986), setiap model belajar mengajar memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.        Sintaksis.
Ialah tahap-tahap kegiatan dari model itu.
2.        Sistem sosial.
Ialah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Dengan pengorganisasian kegiatan ini diharapkan mahasiswa akan lebih memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran.
3.        Prinsip reaksi
Ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka.
4.        Sistem pendukung
Ialah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut.
5.        Dampak instruksional
Ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan.
6.        Dampak pengiring
Ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat tercipatanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para pelajar tanpa pengarahan langsung dari pengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Tersedia di http://mgmpips.wordpress.com/pendekatan-pembelajaran/Mrs.Admin. diakses tanggal 12 September 2011.

Alhsby Abu Abdu. Model Pembelajaran tersedia di http :// khairuddinhsb.blogspot.com/ model-pembelajaran-inductive-thinking.html

J.J. Hasibuan, Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.

Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Roestiyah N.K,  Yumiati Suharto. 1985. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

 

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana.


Senjaya Wina. 2008. Pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran.Tersedia di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/. diakses tanggal 12 September 2011.

 

 Sudjana, Nana. 1989. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Di akses tanggal 22 September 2010.


Sudrajat Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Tersedia di http://smacpiring.wordpress.com/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Diakses Tanggal 22 September 2010.

Syah Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Toeti Soekamto. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zaif. 2009.  Model-model pembelajaran. tersedia di http://zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/. diakses tanggal 19 September 2011.

3 komentar: