OLEH LINGGAR TYAS ANJARSARI
BAB III
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)
A.
Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Lie, 2000 : 17)
pembelajaran kooperatif biasa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative
learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak
didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas
yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara
terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota
kelompok (Sugandi, 2002:14).
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative
Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan
sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Menurut Slavin
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut
Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Menurut Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai
dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
Secara umum, pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu strategi
belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau
dibagi dalam beberapa kelompok
untuk saaling bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran
dengan maksimal dalam pembelajaran koperatif, terdapat lima unsur pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yang harus diterapkan, yaitu:
1). Saling ketergantungan positif yaitu menciptakan
kelompok kerja efektif sesuai tugas untuk mencapai tujuan.
2) Tanggung jawab perorangan merupakan kunci keberhasilan kelompok.
3) Tatap muka dengan kegiatan interaksi memberikan
sinergi yang menguntungkan, inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memandang kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Komunikasi antar anggota sangat perlu digali untuk
memberi semangat dan memperkaya pengalaman belajar, pembinaan perkembangan
mental dan emosional.
5) Evaluasi proses kelompok untuk mengetahui tingkat
partisipasi dan kerjasama setiap anggota, saling membantu dan medengarkan atau
memberikan saran satu dan lainnya.( Sudrajat Akhmad.
2008 )
Peran
guru dalam pembelajaran cooperative
learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat
jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa
akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan
masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya
kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
c.
Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
d.
System
penghargaan yang berorientasi pada kelompok daripada individu.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya. Pada intinya model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :
a.
Hasil belajar akademik, tujuannya untuk meningkatkan
kinerja tugas-tugas akademik
b.
Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuannya
adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun
kemampuan.
c.
Pengembangan keterampilan sosial, ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat dsb. Tujuannya adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja siswa.
4. Dasar-dasar Pembelajaran Kooperatif
Yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah :
a.
Para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka
tenggelam (berenang bersama).
b.
Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa yang
lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
c.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung
jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e.
Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
f.
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.
Para siswa akan dimintai pertanggungjawaban secara
individual materi yang ditangai dalam kelompok kooperatif.
h.
Dengan memiliki dasar-dasar di atas siswa akan menyadari
bahwa keberhasilan belajarnya sangat ditentukan oleh pengelolaan belajar dan
teman belajar timnya.
Dasar-dasar di atas pada akhirnya mewarnai situasi
pembelajaran kooperatif dan akan membedakan dengan situasi belajar kelompok
dengan pembelajaran yang lain.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif secara Umum
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran
kooperatif (Arends, 1997 : 113). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan
penyajian informal, sering dalam teks bukan verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes
apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif secara umum dirangkum pada Tabel 1
berikut ini.
Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE
|
KEGIATAN GURU
|
1.
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi
|
2.
Menyajikan informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
|
3.
Mengorganiasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
5.
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
|
6.
Memberikan penghargaan
|
Guru
memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompoknya.
|
6. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan hasil penelitian Thomson (dalam Kusno,
2002 : 69) dapat dikemukakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
pembelajaran kooperatif yaitu :
a.
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b.
Meningkatkan rasa harga diri
c.
Memperbaiki kehadiran
d.
Saling memahami adanya perbedaan individu
e.
Mengurangi konflik antar pribadi
f.
Mengurangi sikap apatis
g.
Memperdalam pemahaman
h.
Meningkatkan motivasi
i.
Meningkatkan hasil belajar
j.
Menguatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Menurut
Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa
yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil
belajar yang signifikan.
7. Keterampilan-keterampilan dalam
Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari
materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang
disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi
tugas anggota kelompok selama kegiatan.
Selain itu, terdapat empat tahapan
keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif
yaitu:
a. Forming (pembentukan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap
yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam
menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam
terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir
yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang
diberikan.
d. Fermenting (penyerapan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum
pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. (Ina Karlina, S.Pd.)
Keterampilan-keterampilan kooperatif dapat dikelompokan dalam 3 tingkatan(Lundgren,
1994), yaitu:
a.
Keterampilan Tingkat Awal
1)
Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat
yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
2)
Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan
atau dikerjakan orang lain. Hal ini berarti bahwa harus selalu setuju dengan
anggota lain, dapat saja dikritik yang diberikan itu ditunjukkan terhadap ide
dan tidak individu.
3)
Mengambil giliran dan berbagai tugas
Pengertian ini berarti mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggung jawab tertentu
dalam kelompok.
4)
Berada dalam kelompok
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama
kegiatan berlangsung.
5)
Berada dalam tugas
Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar
kegiatan dapat diselesaikannya sesuai waktu yang dibutuhkan.
6)
Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota kelompok untuk
memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7)
Mengundang orang lain
8)
Menyelesaikan tugas pada waktunya
9)
Menghormati perbedaan individu
10)
Menggunakan suara pelan, yaitu menggunakan suara pelan
pelan sehingga tidak dapat didengar oleh meja lain (kelompok lain).
11)
Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan
teman dengan tugas tertentu dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
12)
Mengundang orang lain untuk berbicara, yaitu meminta
orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi dalam tugas.
13)
Menyebut nama dan memandang pembicara. Anggota kelompok
merasa telah memberikan kontribusi penting ketika namanya disebut atau kontak
mata terjadi.
14)
Mengatasi gangguan, yaitu menghindari masalah yang
dihasilkan dari adanya diversi atau kurangnya perhatian terhadap tugas.( Lundgen )
b.
Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi :
a)
Menunjukkan penghargaan.
b)
Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
diterima.
c)
Mendengarkan dengan aktif
d)
Bertanya.
e)
Membuat ringkasan.
f)
Menafsirkan.
g)
Mengatur dan mengorganisir.
h)
Menerima tanggung jawab.
i)
Memeriksa ketepatan.
j)
Menggunakan kesabaran.
k)
Mengurangi ketegangan.
l)
Bertanya.
c.
Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
8.
Berbagai
keunggulan pembelajaran kooperatif.
a. Memungkinkan
pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.
b. Meningkatkan
rasa saling percaya kepada sesama manusia
c. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik
d. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik
e. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar
dan pengalaman belajar.( Ibrahim, Muslimin,dkk.2000).
Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1)
Siswa
mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran
2)
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi,
3)
Meningkatkan ingatan siswa
4)
Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi
pembelajaran.
9.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif.
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan
dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas
atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika,
aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh
bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi
siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang
tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih
payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran
kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan
psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok,
keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan
hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan
diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena
bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan
dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan
terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh
pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata,
setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya
dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawabansecaraindividu.( Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000).
B.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat
digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut.
Ahirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut dengan
catatan, saat tes mereka tidak boleh saling membantu. Point setiap anggota tim
ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria
tertentu diberikan penghargaan. Dalam
STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena sangat
berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis
untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam
pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh
anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. (Sudrajat Akhmad. 2008)
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran harus terus
diupayakan, baik oleh guru maupun semua pihak yang terkait langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar
siswa yang menggembirakan. Walaupun pernyataan itu tidak seluruhnya benar,
sebab terdapat beberapa siswa yang mencapai tingkat belajar sangat baik. Pada pembelajaran kooperatif
teknik STAD,
siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya
berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap
siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah
diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih
untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap
tugas mereka sedangkan guru pada metode
pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur
dan mengawasi jalannya proses belajar. (Sudrajat Akhmad. 2008) .Prestasi belajar siswa dipengaruhi
banyak faktor, dua diantaranya antara lain adalah cara belajar siswa dan metode
mengajar guru. Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari
siswa, agar mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, guru
perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mendorong siswa belajar
melakukan penalaran. Salah satu bentuk strategi belajar yang dapat mendorong
siswa belajar melakukan penalaran adalah strategi belajar kooperatif tipe STAD
seperti yang telah dijelaskan pada uraian di atas.
1.
Lima komponen utama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Adapun
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), STAD terdiri
dari lima komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis (tes), skor
peningkatan individual dan penghargaan
kelompok. Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Presentasi KelasMateri dalam STAD disampaikan pada
presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan pengajaran langsung
(direct instruction) atau ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat
pula menggunakan audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen,
yakni pendahuluan, pengembangan dan praktek terkendali.
b.
KelompokKelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima
siswa, dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras atau
etnis. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok
terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan anggota
kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk belajar dalam
kelompok adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan
jika ada anggota kelompok yang mengalami kesalahan konsep.
c.
Kuis
(tes)Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa
diberikan kuis individual. Siswa tidak diperkenankan saling membantu pada saat
kuis berlangsung.
d.
Skor Peningkatan
IndividualPenilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan
skor peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan
pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa
dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor
kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis
mereka melampaui skor dasar mereka.
e.
Penghargaan
KelompokKelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya
melampaui kriteria tertentu.(
Firman Syah Noor. 2007)
2.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a.
Persiapan Materi dan Penerapan Siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar
jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian
menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 sampai 6
orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada:
1)
Kemampuan akademik (pandai, sedang, dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat
pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa
dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
2)
Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan
bawahan atau sifat (pendiam dan aktif)
Selain itu peran / tugas
guru dalam pembelajaran
dengan teknik STAD, adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar,
2. Guru menyajikan informasi
kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi)
atau teks
3. Guru
menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien,
4. Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka
mengerjakan tugas,
5. Guru mengetes
materi pelajaran atau kelompok menyajikan
hasil-hasil
pekerjaan mereka
6. Guru
memberikan cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok. (Sudrajat Akhmad. 2008)
b.
Penyajian Materi Pelajaran
Ditekankan pada hal-hal berikut:
1)
Pendahuluan
Di sini perlu
ditekankan apa yang perlu dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan
hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan mereka pelajari.
2)
Pengembangan
Hal –hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan penyajian materi,
adalah:
a)
Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang
akan dipelajari siswa dalm kelompok.
b)
Pembelajaran kooperatif menekankan, bakwa belajar
adalah memahami makna bukan hapalan.
c)
Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d)
Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan
tersebut benar atau salah.
e)
Beraih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami
pokok masalahnya.
3)
Latihan Terbimbing
Latihan terbimbing dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a)
Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan
yang diberikan.
b)
Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau
menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan
diri sebaik mungkin.
c)
Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang
terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan
langsung diberikan umpan balik.
c.
Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah
menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan
untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka
dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif , guru
juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep
atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1.
Mintalah anggota kelompok memindahkan meja atau bangku
mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2.
Berilah waktu labih kurang 10 menit untuk memilih nama
kelompok.
3.
Bagikan lembar kegiatan siswa.
d.
Kuis
Dilakukan selama 45 menit sampai 60 menit secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah
siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai
nilai perkembangan individu dan disambungkan sebagai nilai perkembangan
kelompok.
e.
Skor Perkembangan
Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan
perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian
dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
f.
Penghargaan Kelompok
Langkah pertma yang harus dilakukan pada kegiatan ini
adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi
sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nlai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Menurut Slavin (1995), guru
memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja
dalam kelompok.
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada
kelompok dijelaskan sebagai berikut.
Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:
a)
menentukan
nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai
tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;
b)
menentukan
nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok,
misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II
kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini;
c)
menentukan
nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih
nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masingmasing siswa dengan menggunakan
kriteria berikut ini.
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan
rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan
predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk,
2000):
a)
Cukup,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai
peningkatan kelompok < 15)
b)
Baik,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 < rata-rata
nilai peningkatan kelompok < 20)
c)
Sangat
baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 <
rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)
d)
Sempurna,
bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (rata-rata
nilai peningkatan kelompok > 25).
3.
Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Keuntungan pembelajaran kooperatif STAD antara lain :
a)
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
b)
Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk
sama-sama berhasil
c)
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok.
d)
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain :
a)
Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat
duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu. Hal ini disebabkan belum tersedianya
ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk
belajar kelompok.
b)
Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas menyebabkan
guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok
maupun secara perorangan.
c)
Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan, di antaranya
mengoreksi pekerjaan siswa, menghitung skor perkembangan maupun menghitung skor
rata-rata kelompok. Hal ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
d)
Memerlukan waktu dan biaya yang banyak dalam
mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran.
e)
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua
guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
f)
Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama. (Sumantri dkk. 2002)
Kunci keberhasilan di dalam penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah persiapan guru dalam:
a)
memilih
materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan prasyarat siswa;
b)
memilih
materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa;
c)
memilih
materi yang ada pada Standar Isi yang memungkinkan untuk dilakukannya kuis yang
dapat diujikan dan di-skor dengan cepat;
d)
menyusun
tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab untuk kelompok
masing-masing. Selain itu juga, para anggota masing-masing kelompok harus
saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masing-masing kelompok secara
ikhlas;
e)
membimbing
agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara bijaksana sehingga
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat dikembangkan diskusi
dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, belajar
berpikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan, menyalurkan
kemampuan, membantu belajar, serta menilai kemampuan dan peranan diri sendiri
maupun teman lain anggota kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud.1996. Kurikulum Pendidikan Dasar (Berdasarkan Suplemen 1999). Jakarta: Depdikbud.
Firman Syah Noor. 2007. Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan
Siswa dalam Mengerjakan Bukti dalam Matematika pada Siswa SMU. Pages-your favorite.com/
ppsupi/ubstrakmat2005. 22 September.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Tersedia di http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-games-tournament-tgt/ .Diakses
tanggal 18 September 2011.
Perdy Karuru. 2007. Penerapan Pendekatan Ketrampilan
Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP.depdiknas.go.id/jurnal/45/perdy-karuru.htm,
22 September
______. 2007. Penerapan Kooperatif Teknik “STAD”
dalam Pembelajaran Matematika. Trisnimath.blogspot.com, 22 September.
Lie,
A. (2002) Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas. Jakarta: Grasindo.
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S.,
Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati,D., & Nurjhani, M.
(2003). Common Text Book Strategi Belajar mengajar Biologi.(Edisi
Revisi). Bandung: JICA-IMSTEP-UPI.
Sudrajat Akhmad. 2008. Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran.
Tersedia di http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Diakses Tanggal 17 September 2011.
Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran
Pemecahan Masala Matmatika Melalui Model Belajar Kooperatif Tope Jigsaw.
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas Satu SMU Negeri di Tasikmalaya).
Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.aa
Sumantri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : CV Maulana. Tersedia di http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html . Diakses anggal 18 September 2011
Suyatno.
2009. Menjelajah pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.
----------2008.
Metode Pembelajaran Kooperatif.
Tersedia di http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/. Diakses tanggal 21 September 2010.
---------Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf. diakses Tanggal 21 September 2010.
Widyantini. 2008. Penerapan
Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Tersedia di http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/21
Pendekatan-Kooperatif-STAD.pdf. diakses tanggal 21 September 2010.
ikut bc
BalasHapus