STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
A. PENGERTIAN
Istilah Discovery (penemuan) sering
dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry (penyelidikan), Sund (1975)
berpendapat bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan Inquiry
adalah perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam.(Suryo
Subroto, 2002:193)
Inkuiri
berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan
penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa
dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam
upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
(Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta
& Adams, 2004).
Ada berbagai rumusan tentang pengajaran
berdasarkan inkuiri, antara yang satu dengan yang lainnya berbeda secara
gradual. Diantara rumusan itu adalah: “Diskover terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip”. Rumusan ini menggambarkan, bahwa diskover dilakukan melalui
proses mental, yakni observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan.
Proses-proses tersebut disebut Discovery Cognitive
Process. Sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilating concept and priciples
in the mind. Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar
diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan
kemampuan lainnya.
Rumusan lainnya menyatakan, “Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah
suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry
kedalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui
suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Oemar
Hamalik, 2005: 219-220).
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis da analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. (Wina
Sanjaya, 2007: 194)
Selain itu inkuiri dapat merupakan
suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
(W.Gelly, 1984: 190-191)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Metode pembelajaran inkuiri di samping mengantarkan siswa pada
tujuan instruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan (
nutrunant effect ) sebagai berikut:
1) Memperoleh
keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan
data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta
mengambil kesimpulan ).
2) Lebih
berkembangnya daya kreativitas anak.
3) Belajar secara
mandiri.
4) Lebih memahami
hal-hal yang mendua.
5) Perolehan sikap
ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo,
2002:101)
C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN INKUIRI
Inquiry
(kegiatan menemukan). Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam
pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk
dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih
oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa
dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah
harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena,
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil
menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri, antara lain:
- Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pendekatan inkuiri dapat menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
- Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahakan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapakan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
- Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
(Wina Sanjaya, 2007: 194-195).
D.
SASARAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Sasaran dari pembelajaran inkuiri ada
2, yaitu sasaran kognitif dan afektif.
1) Sasaran Kognitif
·
Memahami bidang khusus dari materi pembelajaran
·
Mengembangkan
kemampuan bertanya dan memecahkan masalah
·
Menerapkan
pengetahuan dengan situasi baru yang berbeda
·
Mengevaluasi
dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru
·
Memperkuat
ketrampilan berfikir kritis
2) Sasaran Afektif
·
Mengembangkan
minat kepada pelajaran dan bidang ilmu
·
Memperoleh
apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu
tertentu
·
Meningkatka
intelektual dan integritas
·
Mendapatkan
kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan (Gebi Dwiyanti, 2010)
E. TINGKATAN-TINGKATAN
INKUIRI
Berdasarkan komponen-komponen dalam
proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan,
bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan
kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan inkuiri menjadi tiga tingkat yaitu
praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured
science experiences), dan inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry ),.
Klasifikasi inkuiri menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat
kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri
merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih
dahulu:
1. Praktikum ( tradisional hands-on ) adalah tipe inkuiri
yang paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai
dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk buku
petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial dari inkuiri yakni
pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),
menyatakan bahwa praktikum tidak termasuk kegiatan inkuiri.
2. Pengalaman sains yang terstruktur ( structured
science experiences ), yaitu kegiatan inkuiri di mana guru menentukan topik,
pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan
dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga ialah inkuiri terbimbing ( guided
inquiry ), di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan
prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan
dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan
sebagai fasilitator.
3. Inkuiri siswa mandiri ( student directed inquiry
), dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh (Martin-Hansen, 2002) karena pada tingkatan
ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru
hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan
pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student
research ). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari
seluruh komponen inkuiri menjadi tangungjawab siswa.
(Muslimin Ibrahim, 2007)
F.
PRINSIP-PRINSIP
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Pembelajaran inkuiri merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak.
Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu Maturattion, Physical Experience, Social Experience
dan Equilibration.
- Maturattion atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan system saraf.
- Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya.
- Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.
- Equilibiration adalah proeses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru ditemukan.
Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat berberapa prinsip yang harus
diperhatikan, antara lain:
- Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi
inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
- Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada
dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi
siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
- Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus
dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
- Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (Learning how
to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
- Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu
proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu siswa perlu di berikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya.
(Wina Sanjaya, 2007: 196-199).
G. LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI
Tabel. 1 Sintak Metode Pembelajaran Inkuiri
FASE
|
KEGIATAN
|
1. Orientasi masalah
|
Ø Menjelaskan topik, tujuan dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
Ø Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Ø Menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar
|
2. Merumuskan Masalah
|
Ø Masalah hendaknya dirumuskan sendiri
oleh siswa.
Ø Masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
Ø Konsep-konsep dalam masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
|
3. Merumuskan Hipotesis
|
Ø Mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
|
4. Mengumpulkan data
|
Ø Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
|
5. Menguji Hipotesis
|
Ø Mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan
|
6. Merumuskan Kesimpulan
|
Ø Menunjukan data mana yang relevan
|
(Wina Sanjaya, 2007: 200-203
H. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN INKUIRI
DALAM KELAS
Strategi
pelaksanaan pembelajaran inkuri dalam kelas adalah Discovery-Oriented
Inquiry dan Policy-Based Inquiry.
1.
Inkuiri
Berorientasi Diskoveri (Discovery-Oriented Inquiry)
Inkuiri
berorientasi menunjuk pada situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok
kecil siswa (umumnya antara 4 sampai 5 anggota) berupaya menemukan
jawaban-jawaban atas topik-topik inkuiri. Dalam situasi tersebut para siswa
dapat menemukan konsep atau rincian infor,asi. Model ini dapat dilaksanakan
kepada seluruh kelas sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan inkuiri, yang
disebut Social Inquiry.
Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri
ini ialah:
- Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
- Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
- Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri menambah motivasi dan memajukan partisipasi.
Penggunaan
Strategi Inkuiri Berorientasi Diskoveri dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi focus inkuiri secara jelas.
- Mengajukuan suatu pertanyaan tentang fakta.
- Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.
- Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipótesis dan menyatakan jawaban sebagai proporsi tentang fakta.
2.
Inkuiri
Berdasarkan Kebijakan (Policy-Based Inquiry)
Inkuiri
berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang
berkenaan dengan adnya proposisi-proposisi kebijakan, yakni pertanyaan ”Apa
yang harus”, yang berorientasi pada tindakan, hal mana bertentangan dengan
proposisi fakta pernyataan tentang ”Apa”.
Pendekatan ini dilandasi oleh
asumsi bahwa:
- Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan refflektif terhadap nilai-nilai dan isu-isu penting dewasa ini.
- Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan solusi-solusi masalah-masalah yang berarti.
- Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran dan memfasilitasi tentang peran dan fungsi kelompok serta teknik-teknik pembuatan keputusan.
Model inkuiri ini dilaksanakan oleh
kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual dan ketrampilan-ketrampilan sosial.
- Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada sesama kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
- Membentuk proposisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pertanyaan apa yang harus dikerjakan.
- Merumuskan semua istilah yang berkembang dalam proposisi kebijakan.
- Menyelidik validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
- Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur/isi proposisi.
- Menganalisis solusi-solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
- Menilai proses kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 220-224).
I. PENDEKATAN
INKUIRI
Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah
kejelasan, kesesuaian ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa
untuk mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan
diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase
ialah:
Fase 1 : Siswa menghadapi
masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk diteliti.
Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.
Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal.
Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.
Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.
Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal.
Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.
Agar teknik dalam fase-fase diatas
dapat dilaksanakan dengan baik maka memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut
:
a.
Kondisi yang fleksibel, bebas
untuk berinteraksi
b.
Kondisi lingkungan yang
responsive
c.
Kondisi yang memudahkan untuk
memusatkan perhatian
d.
Kondisi yang bebas dari tekanan
Dalam teknik inkuiri seorang guru berperan untuk :
a.
Menstimulir dan menantang siswa
untuk berfikir
b.
Memberikan fleksibilitas atau
kebebasab untuk berinisiatif dan bertindak
c.
Memberikan dukungan untuk
“inkuiri”
d.
Menentukan diagnose
kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya
e.
Mengidentifikasi dan
menggunakan “teach able moment”
sebaik-baiknya
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inkuiri”
:
a.
Otonom siswa
b.
Kebebasan dan dukungan pada
siswa
c.
Sikap keterbukaan
d.
Percaya pada diri sendiri dan
kesadaran akan harga diri
e.
Self-concept
f.
Pengalaman inkuiri, terlibat
dalam masalah-masalah (Roestiyah N.K, 2008: 79-80)
J. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
INKUIRI
1)
Keunggulan yang dapat
dikemukakan dari inkuiri adalah sebagai berikut :
a.
Dapat membentuk dan
mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti
tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
b.
Membantu dalam menggunakan
ingatan dan transfer pada situasi baru.
c.
Mendorong siswa untuk berfikir
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d.
Mendorong siswa untuk berfikir
intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat
intrinsic.
f.
Situasi proses belajar jadi
lebih merangsang kerja otak.
g.
Dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu.
h.
Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri.
i.
Dapat menghindarkan siswa dari
cara-cara yang tradisional.
j.
Dapat memberikan waktu pada
siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi. (Roestiyah N.K, 2008: 76-77)
k. Dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar. (Akhmad Sudradjat, 2007)
2)
Kelemahan Inkuiri
a.
Jika SPI digunakan sebagai
pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.
Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
c.
Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering kali guru
sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukannya.
d.
Selama criteria keberhasilan
belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran, maka SPI akan
sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Wina Sanjaya, 2010: 208-209)
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. ”Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta :
Rineka Cipta.
Damayanti, Gebi. 2009. ”Model Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta :
Rineka Cipta.
Tersedia di http://gebi.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-inkuiri.html
Diakses pada tanggal 25 September 2010.
Hermalik, Oemar. 2005. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara.
Herfis. 2009. “Pembelajaran
Inkuiri”. Jakarta : Bumi Aksara.
Tersedia di http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 01 Oktober 2010.
Ibrahim, Muslimin.
Selasa, 24 Juli 2007. “Pembelajaran
Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.
Subroto, Suryo. 2002. ”Proses Belajar Mengajar
di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
Roestiyah, N.K.
2008. “Strategi Belajar Mengajar”.
Jakarta : Rineka Cipta.
Wina Sanjaya. 2007 ”Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Kencana.
Winatapura, U. S. 1993. Strategi belajar
mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Tersedia di http://ahmad_sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran_inkuiri/
Diakses pada tanggal 17 September 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar