PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
A. Pengukuran
1. Beberapa pengertian pengukuran antara lain:
Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu. Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan suatu atas dasar ukuran tertentu. Pengukuran menurut Suharsimi Arikunto adalah suatu kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (Suharsimi Arikunto, 2001). Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu (Akhmad Sudrajat, 2008). Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif. Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil pengukuran berupa kuantifikasi dari jarak, waktu, jumlah, dan ukuran dsb. Hasil dari pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik. Jadi Pengukuran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan sesuatu atau obyek berdasarkan ukuran tertentu. Sifat pengukuran adalah kuantitatif dan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu.
2. Tujuan Pengukuran
Pengukuran dan evaluasi dalam bidang pendidikan pada umumnya dan keolahragaan khususnya mempunyai peranan yang sangat penting.Penentuan ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat, membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran, menaikkan peserta dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan umpan balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk latihan yang khusus. Pada pokoknya, penentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain pada pengukuran dan evaluasi.
Berikut ini diuraikan tujuan tujuan pengukuran dan evaluasi sebagaimana tersebut di atas:
a. Pengelompokkan.
Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk pengelompokan. Pengelompokkan ini berdasarkan tingkat keterampilan, umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, minat. Sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Siswa dengan kemampuan yang tinggi tidak harus dipaksa bertahan dengan teman sekelompoknya yang berkemampuan kurang. Demikian juga sebaliknya. Dengan dilakukannya pengukuran dan evaluasi, siswa dapat dikelompokkan pada kelompok yang tepat.
Jika siswa ditempatkan pada kelompok yang setara tingkat keterampilannya, guru dapat menyusun program pelajaran secara individual. Keuntungan lain yang diperoleh dari pengelompokkan ini adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif ketika berlatih, karena mereka bersaing dengan siswa lain yang berkemampuan setara. Dengan kata lain, tujuan penempatan siswa ke dalam kelompok yang setara adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
b. Penilaian
Tujuan utama penilaian adalah memberi informasi tentang kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa di dalam kelompoknya. Dengan mempertimbangkan seluruh faktor, penilaian harus dilakukan secara objektif sehingga dapat mencerminkan kemajuan yang diperoleh, dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
c. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk mencapai hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat merupakan proses memotivasi yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila dilakukan secara sembarangan evaluasi dapat mengurangi motivasi.
Motivasi yang terbesar adalah keberhasilan. Agar siswa tetap memiliki motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang kemampuannya. Tes-tes keterampilan olahraga memungkinkan siswa untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri sebagai cara untuk mengukur kemajuannya.
d. Penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan bergantung pada ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan kelayakan tes.
Dengan menggunakan tes yang mengukur unjuk kerja fisik dalam penelitian, diharapkan dapat membantu guru/pelatih dalam menyusun program pelatihan yang tepat, membantu memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki program latihan yang telah dijalankan. Dengan demikian,, penelitian dapat dianggap sebagai sarana. Informasi data yang dikumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian harus dievaluasi keberartiannya. Jadi, tujuan penting pengukuran dan evaluasi adalah menyediakan sarana-sarana yang diperlukan untuk mengadakan penelitian.
B. Penilaian
1. Pengertian Penilaian.
Beberapa pengertian penilaian antara lain:
a. Penilaian adalah proses menentukan nilai atau obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu.
b. Penilaian adalah suatu kegiatan mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (Suharsimi Arikunto, 2001 :4).
c. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik ( Akhmad Sudrajat, 2008 ) .
Jadi Penilaian adalah suatu proses kegiatan menentukan nilai atau obyek dengan kriteria dan ukuran tertentu untuk mengambil suatu keputusan dan mengukur ketercapaian kompetensi.
2. Tujuan atau Fungsi Penilaian
Adapun tujuan dari penilaian adalah sebagai berikut:
a. Selektif
Artinya adalah penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh.Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
b. Diagnostik
Artinya adalah dengan mengadakan penilaian, guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.
c. Sebagai penempatan ( Placement )
Artinya sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada pada kelompok yang sama dalam belajar.
d. Sebagai pengukur keberhasilan
Artinya untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
e. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
f. Penilai pencapaian kompetensi peserta didik.
g. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Sebagai umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
3. Penilaian Pendidikan
a. Pengertian penilaian pendidikan
Penilaian Pendidikan adalah pengukuran aspek – aspek tingkah laku yang nampak dan dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap, dan aspek – aspek kepribadian lain.
Penilaian pendidikan berfungsi sebagai:
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar
3) Selektif
4) Diagnostik
b. Makna Penilaian Pendidikan
1) Bagi Siswa
a) Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat agar mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi.
b) Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
2) Bagi Guru
a) Guru dapat mengetahui siswa mana yang berhasil menguasai materi dan siswa mana yang belum berhasil menguasai materi.
b) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diberikan dapat diterima oleh siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
c) Guru dapat mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
3) Bagi Sekolah
a) Dengan penilaian selain guru dapat mengetahui hasil belajar siswa maka dapat diketahui pula kondisi belajar yang diciptakan sudah sesuai harapan atau belum. Karena hasil belajar merupakan cerminan kualitas sekolah.
b) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa yang akan datang.
c. Ciri – ciri Penilaian Pendidikan
1) Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Misalnya mengukur kepandaian siswa melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal
2) Penggunaan ukuran kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran yang kemudian diinterpretasikan ke bentuk kualitatif.
3) Penilaian pendidikan menggunakan unit – unit atau satuan – satuan yang tetap.
4) Bersifat relatif artinya tidak selalu sama dari satu waktu ke waktu.
d. Tujuan Penilaian Pendidikan
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
1) Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
2) Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
4) Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5) Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6) Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
C. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Beberapa pengertian evaluasi antara lain:
a Evaluasi adalah merupakan suatu proses menceritakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan unuk membuat alternnatif-alternatif keputusan.
b Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan mengukur dan menilai suatu objek (Suharsimi Arikunto, 2001 : 5).
c Evaluasi adalah penilaian, penyelenggaraan test, dan pertimbangan (Ruseffendi, 2005 : 467). Jadi evaluasi adalah suatu proses yang sistematik dan sinambung untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas suatu kegiatan dimana didalamnya tedapat kegiatan menilai ataupun mengukur untuk mengambil suatu keputusan.
2. Tujuan dan manfaat evaluasi
c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.
d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan itu mesti dikurangi atau ditambah.
f. Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah. (Sanjaya, Wina: 2008: 339)
3. Syarat-syarat Evaluasi Yang Baik
a. Valid
Suatu evaluasi yang memenuhi syarat kevalidan bilamana evaluasi itu tepat sesuai tujuan evaluasi. Upaya meningkatkan validitas alat evaluasi dipengaruhi oleh faktor-faktor:
b. Komprehensif
Suatu evaluasi dikatakan komprehensif apabila evaluasi hasil belajar terdiri dari soal-soal tes yang relatif menyeluruh dari semua materi yang diajarkan.
c. Besarnya suatu ukuran
Maksudnya bahwa dalam tahap pengukuran hendaknya evaluasi menggunakan alat ukur yang tidak terlalu jauh
d. Menggunakan bahasa yang komunikatif
Bahasa yang terlalu sulit menyebabkan siswa tidak bisa mengerjakan, bukan karena tidak menguasai materi, tetapi karena tidak tahu apa yang dimaksud dalam pertanyaan.
e. Handal (Reliable)
Alat ukur yang terandalkan atau alat ukur yang reabel adalah alat ukur yang konsisten hasilnya pada situasi yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan alat evaluasi adalah:
1) Jumlah soal
Alat evaluasi yang jumlah soalnya lebih banyak cenderung lebih reliable dibanding dengan soal yang jumalahnya lebih sedikit
2) Homogenitas
Alat evaluasi yang terdiri dari soal yang lebih homogen cenderung lebih reliabel disbanding dengan soal yang heterogen
3) Waktu penyelesaian soal
Waktu menyelesaikan soal harus cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan
4) Keseragaman kondisi
Setiap tes perlu disusun standar administrasinya (pelaksanaanya)
5) Tingkat kesukaran
Soal evaluasi yang terlalu sulit atau terlalu mudah menimbulkan rendahnya tingkat keterandalan soal evaluasi
f. Praktis
Alat evaluasi harus dapat digunakan dalam arti mudah dilaksaan oleh siapa saja, tidak menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaanya.
Sedangkan Daryanto (1997: 19-28) membagi syarat-syarat evaluasi menjadi 5 (lima) bagian, diantaranya:
a. Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan metode, serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan.
b. Koherensi
Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan materi pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
c. Paedagogis
Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
d. Akuntabel
Sejau mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).
4. Teknik Evaluasi
a. Teknik Non-Tes
1) Angket (Questionaire)
Merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluaasi (respondensi), dan berfungsi sebagai alat pengumpul data.
Dilihat dari macamnya, pembagian angket adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan kebebasan responden dalam memberikan jawaban
(1) Angket terbuka
Dikatakan terbuka apabila pertanyaan dan resonden bebas menjawabnya karena memang tidak disediakan jawabanya untuk dipilih
(2) Angket tertutup
Dikatakan tertutup jika memuat jawaban atau menyediakan jawaban sehingga responden hanya tinggal memilihnya.
b) Berdasarkan atas hubungan antara responden dengan jawaban yang diberikan:
(1) Angket tak langsung
Angket tak langsung menghendaki jawaban berkenaan dengan keterangan atau informasi diluar diri responden.
(2) Angket langsung
Angket langsung menghendaki responden menjawab informasi atau keterangan yang berkenaan dengan data dirinya sendiri. Dalam angket tidak ada indek kesukaran dan daya pembeda.
Adapun kelebihan dari angket adalah sebagai berikut:
(a) Biaya relatif murah.
(b) Penyebar angket tidak perlu ahli dalam bidangnya.
(c) Penyebar angket lebih berfungsi sebagai penyebar semata-mata.
Sedangkan kelemahan dari angket adalah sebagai berikut
(a) Angket hanya disebnarkan untuk responden yang tidak buta huruf.
(b) Angket yang baik sukar disusun.
2) Wawancara (interview)
Merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban responden dengan jalan Tanya jawab secara sepihak.
Wawancara dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
a) Wawancara Bebas
Wawancara dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi .
b) Wawancara Terpimpin
Wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara menajukan pertanyaan yang telah disusun terlebig dahulu.
c) Wawancara dalam rangka belajar mengajar
(1) Wawancara diagnostik
Ditujukan untuk mencari data tentang letak, sifat dan jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
(2) Wawancara Survei
Merupakan teknik pengumpulan data dari seorang siswa atau sekelompok siswa yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang suatu hal, peristiwa, atau pengalaman yang mungkin diketahuai oleh siswa tersebut.
(3) Wawancara penyembuhan
Dimaksudkan untuk memberikan upaya bantuan kepada siswa yang diwawancarai tidak lagi mengalami kesulitan belajar.
Adapun kelebihan wawancara adalah sebagai berikut:
(a) Wawancara merupakan teknik paling tepat untuk mengungkapkan keadaan subyek pribadi keadaan wawancara.
(b) Dapat dilaksanakan terhadap setiap individu dan tingkatan umur.
(c) Wawancara selalu digunakan untuk mengumpulkan data pelengkap terhadap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
(d) Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
Sedangkan kekurangan wawancara adalah sebagai berikut:
(a) Kalau pewawancara atau subjek wawancara mempunyai suatu prassangka yang satu kepada yang lain, hasil wawancara tidak akan memuaskan.
(b) Mengadakan wawancara terhadap individu satu persatu memerlukan banyak waktu, tenaga dan juga biaya.
(c) Menuntyuk keahlian, ketrampilan, dan penguasaan bahasa yang baik dari pewawancara.
3) Observasi (Pengamatan)
Merupakan suatu teknik evaluasi non-tes yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya.Pada obsertvasi berupa pertanyaan bukan pertanyaan.
Adapun jenis-jenis observasi antara lain:
a). Observasi Partisipan
Observasi yang dilakukan oleh pengamat tetapi pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b). Observasi Sistematik
Observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
c). Observasi Eksperimental
Terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
d). Inventori (Inventory)
Mengandung sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui tenatng sikap, pendapat dan perasaan siswa terhadap kegiatan proses penyalenggaraan proses belajar mengajar.
e). Daftar Cek dan Skala Bertingkat
Daftar cek adalah sederetan pertanyaan yang dijawab olae responden dengan membubuhkan tanda cek () pada tempat yang telah disediakan.Skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau hierarki.
f). Portofolio
Kumpulan berkas semua hasil karya siswa yang berupa hasil ulangan dan sebagainya.Dalam menentukan nilai tidak hanya dari hasil akhir tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan siswa.
(M. Asikin, 2004: 24)
Kelebihan dan kekurangan observasi
1) Kelebihan observasi
a) Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.
b) Dapat melihat langsung apa yang sedang dekerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit kaang sulit untuk diterangkan.
c) Dapat menggambarkan lingkungan-lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, dan gangguan suara.
d) Dapat mengukur tngkat suatu pekerjaan, dalam hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
2) Kelemahan observasi
a) Umumnya orang yang diamati merasa terganggu dan tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaan dengan tidak semestinya,
b) Dapat menggangu proses yang sedanng diamati.
c) Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelek-jelekannya.
b. Teknik Tes
Untuk memasuki salah satu perguruan tinggi Islam di Purwokerto, calon mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti beberapa tahap ujian masuk. Ujian pertama berupa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan dasar dan pengetahuan umum yang ditulis dalam lembar jawaban yang tersedia. Tahapan ujian selanjutnya adalah ujian baca Al Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan calon mahasiswa dalam mempelajari Al Qur’an. Setelah lolos ujian tulis dan baca Al Qur’an, calon mahasiswa berhak mengikuti ke tahap selanjutnya yaitu ujian wawancara, dimana calon mahasiswa diajukan beberapa pertanyaan dan langsung dijawab secara lisan.
Beberapa pengertian tes menurut :
a). Amien Daien Indrakusuma, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan,
Tes adalah suatu alat alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat(cepat).
b). Mochtar Buchori,dalam bukunya yang berjudul Teknik-Teknik Evaluasi,
Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid
c). Webster’s collegiate
Test = any series of questions or exercises or other means of measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.
Artinya : Tes adalah serentetanpertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
d). Dalam Buku : “Encyclopedia Of Educational Evaluation”,
Test is comprehensive assessment of an individual or to an entire program evaluation effort Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
1. Fungsi Tes :
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi megukur tingkat perkembangan yang telah dicapai peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. (Sudiyono : 2001).
2. Macam-macam test
Menurut pelaksanaannya dalam praktek test terbagi atas:
1) Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif
2) Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga untuk aspek kognitif peserta didik.
3) Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk perbuatan.
Menurut fungsinya test terbagi atas:
1) Tes formatif (formative test), yaitu test yang dilaksanakan setelah selesainya satu pokok bahasan. Test ini berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu pokok bahasan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah diketahui hasil test formatif peserta didik adalah:
(a) Jika materi yang ditestkan itu telah dikuasai, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
(b) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik, maka sebelum melanjutkan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian yang belum di kuasai. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik.
2) Tes sumatif (summative test), yaitu test yang diberikan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Disekolah test ini dikenal sebagai ulangan umum.
3) Test diagnostik (Diagnostic test), yaitu test yang dilakukan untuk menentukan secara tepat, jenis kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
a. Menurut waktu diberikannya
test terbagi atas:
1)
Pra test (pre test)
yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran.
Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
(a)
Test persyaratan (Test of
entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu kegiatan tertentu.
(b)
Input test (test of input
competence), yaitu test yang digunakan menentukan kegiatan belajar yang
relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
2)
Test akhir (Post test)
yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan
proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan
intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi
pertanyaan yang sama dengan pra test.
b. Menurut Kebutuhannya, macam
Test antara lain
1)
Psycho test, yaitu test tentang
sifat-sifat atau kecenderungan atau hidup kejiwaan seseorang
2)
IQ test, yaitu test kecerdasan.
Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang (peserta
didik).
3)
Test kemampuan (aptitude test),
yaitu test bakat. Test ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan atau bakat
khusus yang dimiliki oleh seseorang.
c. Menurut jenisnya tes
terbagi menjadi:
1)
Test standar
yaitu test yang
sudah dibakukan setelah mengalami beberapa kali uji coba (try out) dan memenuhi
syarat test yang baik.
2)
Test buatan guru
yaitu test yang dibuat oleh guru.
d. Menurut jenis waktu yang
disediakan test terdiri atas:
1) Power test
yakni test dimana
waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test tidak dibatasi.
2) Speed test
yaitu test dimana waktu yang disediakan untuk
menyelesaikan test dibatasi.
e.
Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis :
1) Tes intelegensi
Tes intelegensi
yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes
kemampuan
Tes kemampuan
yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau
bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3) Tes sikap
Tes sikap yakni
salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu.
4) Test kepribadian
Tes kepribadian
yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari
seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara
berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan dan lain-lain. (Sudiyono :
2001).
5) Tes Hasil Belajar
(THB)
Tes Hasil
Belajar (achievement test) adalah tes yang dipergunakan untuk menilai
hasil-hasil belajar yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu.Tes Hasil
Belajar (THB) bisanya digunakan adalah tes buatan guru sendiri.
Contoh : Ulangan Blok (mid semester)
Untuk
melaksanakan evaluasi hasil belajar guru dapat menggunakan dua macam tes yaitu
:
(a) Tes yang distandarkan atau (standardized tes).
Standardized
test adalah tes yang mengalami
proses standarisasi, yakni proses validasi dan kehandalan (realibility)
sehingga tes tersebut benar-benar valid dan handal untuk sesuatu tujuan bagi
suatu kelompok tertentu.
(b) Tes buatan guru sendiri (teacher made test)
Teacher
made test adalah tes yang dibuat
guru sendiri yang isinya dan
tujuannya khusus untuk kelas atau sekolah ditempati guru itu mengajar.
THB memiliki sisi kebaikan, diantaranya:
a) Pihak atasan atau pengelola sekolah-sekolah
(IPDA, dinas PD dan K atau kanwil P dan K) dapat membandingkan kemajuan
sekolah-sekolah yang ada diwilayahnya.
b) Karena
dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lain, maka akan timbul persaingan sehat antara
sesama.
c) Standar pelajaran akan terpelihara dengan
sebaik-baiknya karena soal-soal tes yang diberikan disusun oleh dinas P dan K
atau kanwil P dan K.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a)
Ada
kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran yang hanya berorientasi pada ujian
dengan cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya
b) Tidak menghiraukan jika terjadi beberapa bentuk
kecurangan karena ada sekolah yang ingin mandapat nama baik. (Arikunto,
Suharsimi : 1997).
c) Hampir semua tes hanya dapat
mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif dan keterampilan sederhana.
Kalaupun iya dapat mengukur hasil belajar yang esensial, maka konstruksi tesnya
membutuhkan waktu an keterampilan yang tinggi.
d) Tes selalu menimbulkan
kecemasan. Walaupun kecemasan yang timbul pada diri tiap orang tidak sama,
namun tetap saja kecemasan tersebut dapat mengakibatkan hasil tes yang
diperoleh dalam tes menyimpang dari kenyataan yang ada dalam diri peserta tes.
4.
Ciri-ciri
tes yang baik
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur jika :
a) Valid
Sebuah tes
disebut valid jika dapat mengukur
secara tepat apa yang seharusnya diukur.
b).
Realiable (dapat dipercaya)
Tes dikatakan
dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali
kepada para siswa yang sama pada waktu yang berlainan. Maka siswa akan tetap
berada dalam urutan (Ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c). Objektif
Objektif berarti
tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.Hal ini terjadi pada sistem
skoring.Objektifitas menekankan ketetapan pada sistem skoring.Seangkan
reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d). Praktis
Sebuah tes
dikatakan praktis apabila mudah dilaksanakan.Mudah pemeriksaanya dan dilengkapi
dengan petunjuk yang baik.
e).
Ekonomis
Ekonomis adalah
bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya mahal,
tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
5.
Merencanakan
Tes
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam merencanakan tes :
a). Relevansi
Tes harus sesuai dengan materi yang
telah diberikan
b).
Pengambilan sampel yang tepat
Suatu contoh soal harus mengutamakan
hasil pembelajaran yang diinginkan.
c).
Kondisi standar
Kondisi standar adalah suatu kondisi
dimana waktu yang diberikan tingkat kesukaran dan konten yang sama ada pada
setiap soal yang dibuat.
d).
Tingkat kesukaran yang sesuai
Kesukaran contoh
soal didefinisikan sebagai presentase manusia yang menjawab contoh soal dengan
benar.Yaitu dijawab benar oleh siswa yang menguasai materi.
e). Konsistensi
Konsistensi atau reliabilitymerupakan
sesuatu hal penting dalam pengukuran skor pada siswa dalam suatu tes dari waktu
ke waktu.
f). Skor yang penuh arti
Skor yang
memberikan informasi yang berguna dan akurat yang menggambarkan pencapaian
siswa dalam belajar dan digunakan untuk mengambil keputusan
6. Langkah-Langkah
Menyusun Tes :
Dalam menyusun tes dipergunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a). Menentukan tujuan mengadakan tes.
b). Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan
diujikan.
c). Merumuskan tujuan instruksional khusus dari
tiap bagian bahan.
d). Menderetkan semua indikator dalam tabel yang
memuat aspek tingkah laku yang
terkandung dalam materi itu.
e). Menyusun
tabel spesifikasi tau kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang
diukur beserta perbandingan antara dua hal tersebut.
f). Menulis
butir-butir soal didasarkan atas indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.
7. Tipe-tipe
Soal
a). Tipe Soal Subjektif
Bentuk tipe soal
subjektif adalah bentuk uraian (essay).soal-soal bentuk uraian amat baik untuk
menarik hubungan antara kognitif siswa dengan pengetahuan siswa. Umumnya tes
bentuk uraian menggunakan kata tanya seperti selesaikan, tentukan, uraikan,
jelaskan, bukti-kan, carilah, dan hitunglah.
1) Kelebihan Soal Tipe Subjektif
a) Pembuatan soal relatif lebih mudah dan dapat
dibuat dalam kurun waktu yang tidak
terlalu lama.
b) Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut
menjawab secara rinci.
c) Proses pengerjaan tes akan mengembangkan
keterampilan.
d) Dapat mengontrol proses berpikir siswa.
e) Lebih sesuai untuk mengukur
kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi.
f) Tes uraian dapat dengnan baik
mengukur hasil belajar yang komplek.
g) Memudahkan guru untuk menyusun
butir soal.
2)
Kelemahan Soal Tipe Subjektif
a) Ruang lingkup kurang menyeluruh
b) Pemeriksaan dan pemberian nilai sering kali
dipengaruhi oleh faktor subjektifitas dari pemberi nilai atau pemeriksa.
c) Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang.
d) Memeriksa jawaban cukup rumit sehingga
memerlukan waktu yang cukup banyak.
e) Jawaban peserta tes biasanya
disertai bualan-bualan.
f) Kemampuan menyatakan pikiran
secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar siswa.
g) Tes esai menghendaki jawaban
yang panjang, sehingga tidak memungkinkan butir tes dalam jumlah banyak.
Akibatnya, soal tidak representatif dalam mengukur kemampuan yang diharapkan.
3)
Cara Penyajian Soal Subjektif ada
2 yaitu :
1. Uraian
Berstruktur
Soal uraian
bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang sifatnya
saling menunjang.
Contoh :
Diketahui fungsi f dengan persamaan :f(x) =2x² + 11x21
Tentukan :
a). Syarat agar
fungsi memotong sumbu x
b). Titik potong
dengan sumbu x
c). Syarat agar
fungsi memotong sumbu y
d). Titik potong
dengan sumbu y
e). Persamaan subu
simetrinya
f). Titik balik
fungsi F
g). Gambar sketsa
grafik
2. Uraian Bebas
Soal uraian bentuk ini disajikan
secara global, tidak terinci.Dalam jawabanya siswa diperbolehkan mengerjakan
bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat
dijawab secara benar.Soal yang hanya terdiri dari satu masalah dapat tergolong
pada soal bentuk uraian bebas.
Contoh :
1. Gambarkan sketsa grafik fungsi f dengan persamaan fungsi
f(x)=2x²+11x-21
2. Selesaikan persamaan kuadrat 2x²+11x-21=0.
b). Tipe soal objektif
Istilah objektif adalah tidak adanya faktor lain yang
mempengaruhi proses pemeriksaan pekerjaan tes dan penentuan skor atau nilai
akhir yang akan diberikan oleh penguji soal-soal bentuk objektif ini banyak
digunakan dalam menilai hasil belajar karena luasnya bahan pelajaran yang
didapat, dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
Tes objektif menuntut peserta
didik utuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban yang singkat, dan melengkapi pertanyaan yang
belum sempurna.
Tes objektif sangat cocok
untuk menilai kemampuan peserta didik yang menuntut proses mental yang tidak
begitu tinggi seperti mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, dan
kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Tipe soal onjektif memiliki kelebihan
dan kekurangan, kelebihan yang dimiliki antara lain:
1) Proses dan hasil pemeriksaan bersifat objektif
sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2) Pemeriksaan jawaban soal tipe objektif dapat
dilakukan oleh orang lain.
3) Jawaban yang benar sudah tentu dan pasti.
4) Ruang lingkup materi yang diujikan menyeluruh.
5) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah.
6) Ketidakmampuan siswa dalam bagian-bagian
tertentu pada sebuah konsep atau topik lebih mudah dikenali secara langsung
dari jawaban yang salah.
7) Waktu yang dibutuhkan relatif
lebih singkat.
8) Faktor terka-menerka relatif
lebih kecil.
9) Soal-soal lebih mungkin dapat
dipakai ulang.
Sedangkan
kekurangan adalah:
1) Proses berpikir siswa tidak dapat dievaluasi.
2) Kesempatan siswa untuk berspekulasi cukup besar,
sehingga siswa yang tidak belajarpun atau tidak menguasai dengan baik, mungkin
saja dapat menjawab dengan tepat.
3) Kurang mampu memberikan gambaran sejauh mana
analisis siswa dan mengemukakan pikiran dan gagasanya.
4) Pembuatan solal yang sulit dan membutuhkan waktu
yang tidak sedikit.
5) Biaya perbanyakan soal lebih mahal.
6) Memberikan peluang yang besar bagi siswa untuk
bekerja sama dengan temanya.
7) Lebih sesuai untuk mengukur
kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi.
8) Bahan ajar yang diungkap
dengan tes objektif, umumnya lebih pada hal-hal yang faktual.
9) Sifat kreatif siswa akan
cenderunga menumpul.
Menurut bentuknya soal tipe objektif terdiri 4 macam yaitu :
1)
Bentuk soal benar salah (true-false)
Bentuk soal benar salah berupa soal-soal
pertanyaan dimana siswa harus menentukan nilai kebenaran dengan memilih huruf B
jika pernyataan benar atau huruf S jika pernyataan salah.
Tes benar salah adalah suatu bentuk tes yang soal-soalnya
berupa pernyataan (Sudjana,2004:264). Sebagian
dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lain merupakan
pernyataan yang salah. Tes ini merupakan tes yang butir pertanyaannya dijawab
dengan memilih salah satu pilihan jawaban yaitu B atau S .
Contoh :
Silanglah huruf B jika Benar atau huruf S jika salah.
1. B-S 2+4 =6
2. B-S bilangan
prima selalu ganjil.
Kebaikan bentuk soal benar salah :
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan
objektif.
b) Soal dapat disusun dengan mudah.
c) Mudah dikonstruksi.
d) Perangkat soal dapat mewakili
semua pokok bahasan.
e) Dapat mencakup bahan yang luas
dan tidak memakan tempat yang banyak.
f) Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti.
g) Dapat digunakan berkali-kali.
h) Waktu tes relatif singkat.
Kelemahan bentuk soal benar salah :
a) Kemungkinaan menebak dengan benar jawaban setiap
soal adalah 50%.
b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang
lebih tinggi.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya
dengan menentukan benar salah.
Kaidah penulisan soal benar salah :
a) Hindarkan pernyataan yang mengandung kata
kadang-kadang, selalu, umumnya, seringkali, tidak ada, dan sejenisnya.
b) Hindarkan pengambilan langsung dari buku
pelajaran.
c) Hindari pernyataan pendapat yang masih dapat
diperdebatkan kebenaranya.
d) Hindarkan penggunaan pernyataan negatife ganda.
e) Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak
terlalu panjang.
f) Susunlah pernyataan-pernyataan benar salah
secara acak.
2)
Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat
mengendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan kalimat atau simbol dan
jawabanya hanya dapat dinilai benar atau salah
Contoh : Volume
kubus dengan panjang rusuk 4 cm adalah ….
Kebaikan bentuk soal
jawaban singkat :
a) Menyusun soalnya relatif mudah.
b) Siswa memberi jawaban dengan cara menebak.
c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan
singkat dan tepat.
d) Hasil penilaianya cukup obyektif.
e) Penggunaan waktu singkat.
f) Mempermudah guru untuk melihat
secara langsung kondisi dan kemampuan siswa.
g) Soal tidak perlu dibuat
banyak.
h) Mudah dalam penilaian atau
penskoran.
Kelemahan bentuk
soal jawaban singkat :
a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang
lebih tinggi.
b) Memerlukan waktu yang lama untuk menilainya
sekalipun tidak selama bentuk uraian.
c) Kesulitan pemeriksaan apabila jawaban siswa
membingungkan pemeriksa.
d) Penskoran agak susah.
e) Setiap jawaban siswa tidak
sama.
f) Sulit mengukur siswa yang
cerdas.
g) Siswa yang tidak menguasai meteri
yidak akan menjawab dengan benar (tidak mempunyai pilihan jawaban yang
tersedia).
h) Siswa yang tidak dapat
menjawab mendapat nilai nol.
Kaidah penulisan
soal jawaban singkat :
a)
Jangan
mengambil atau menggunakan pernyataan yang langsung diambil dari buku.
b) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu
kemungkinan jawaban benar.
3)
Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan
terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel, kedua kelompok pernyataan
ini berada pada satu kesatuan, kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang
berisi soal-soal yang harus dicari jawabanya sedangkan kelompok sebelah kanan
merupakan bagian yang berisi jawaban.
Kebaikan bentuk
soal menjodohkan :
a) Penilaianya dapat dilakukan dengan cepat dan
obyektif.
b)
Tepat
digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara hal-hal
yang saling behubungan.
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau
sub pokok bahasan yang lebih luas.
d) Mempermudah siswa menjawab
soal karena jawaban sudah tersedia.
e) Dapat memotifasi daya ingat
siswa.
f) Tiak diperlukan pengecoh yang
banyak.
g) Dapat dikoreksi oleh siapa
saja.
Kelemahan bentuk
soal menjodohkan :
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan
atas fakta dan hafalan.
b) Sukar untuk menentukan materi yang mengukur
hal-hal yang berhubungan.
c) Tidak dapat menggunakan
jawaban yang sedikit terurai.
d) Sulit menyusun homogenitas
antara soal dengan pilihan jawaban.
e) Sulit mencari
pasangan-pasangan yang relevan dengan soal.
f) Bila yang belum terjawab
tinggal sedikit dapat ditebak.
g) Tiak dapat melatih anak untuk
berfikir kritis.
Kaidah penulisan
soal menjodohkan :
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal
yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen.
b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah
dimengerti.
c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari
jumlah soal.
d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan
dan jawaban.
e) Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman
yang sama.
4)
Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang
mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari struktur,
bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :
- Stem
: Pernyataan
yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan.
- Option : Sejumlah pilihan atau alternatife jawaban.
- Kunci : Jawaban yang benar
atau paling tepat.
- Distractor : Jawaban-jawaban yang lain selain kunci
jawaban.
Kebaikan bentuk soal
pilihan ganda :
a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian
besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan.
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan
mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.
c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti
benar atau salah sehingga penilaianya bersifat objektif.
d) Waktu yang diberikan lebih
singkat.
e) Dapat digunakan untuk
membedakan antara siswa yang kemamuannya tinggi dan rendah secara terukur
sesuai dengan skor.
f) Membantu siswa untuk memilih
jawaban yang dianggap benar karena terdapat jawaban yang mempermudah siswa
untuk menjawab soal (membantu mengingat mataeri).
Kelemahan bentuk
soal pilihan ganda :
a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawban masih
cukup besar.
b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan
nyata.
c) Diperluka waktu yang lama
untyuk menyusunnya.
d) Kesulitan dalam mencari
pengecoh yang benar-benar homogen.
e) Siswa dapat bekerjasama dalam
menjawab.
f) Jumlah soal harus banyak agar
dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari.
Kaidah penulisan
soal pilihan ganda :
a) Pokok soal (stem) yang merupakan
permasalahan harus dirumuskan dengan jelas
b) Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban
hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja
c) Untuk satiap soal hanya ada satu jawaban yang
benar atau yang paling benar
d) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh
harus berfungsi
e) Usahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban
yang benar
f) Usahakan untuk tidak menggunakan option
homogen, baik dari segi isi maupun dari segi struktur kalimat
g) Apabila option berbentuk angka, susunlah secara
berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.
8.
Fungsi Tes
Secara
umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a)
Sebagai alat pengukur terhadap
peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi megukur tingkat perkembangan yang
telah dicapai peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar
dalam jangka waktu tertentu.
b)
Sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat
diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah
dapat dicapai. (Sudiyono : 2001).
9. Penggolongan Tes
Berdasarkan Aspek Psikis
a)
Tes intelegensi
Tes
intelegensi yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b)
Tes kemampuan
Tes kemampuan yakni tes yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh individu.
c)
Tes sikap
Tes sikap yakni salah satu jenis tes yang
dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk
melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa
individu-individu maupun objek-objek tertentu.
d) Test kepribadian
Tes kepribadian yakni tes yang dilaksanakan
dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya
bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau
kesenangan dan lain-lain. (Sudiyono : 2001).
e)
Tes Hasil Belajar (THB)
Ilustrasi
2:
Hari ini bu Ana mengajarkan kepada siswanya
tentang bengun ruang. Setelah selesai menerangkan beliau menanyakan beberapa
pertanyaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai mana kemapuan memahami
siswanya. Lalu di akhir pelajaran beliau memberikan tugas kepada siswanya untuk
membuat jarring-jaring bangun ruang. Pada pertemuan selanjutnya bu nuslimah
menilai hasil karya siswanya sehingga diketahui seberapa tingkat ketrampilan
dan pemahaman siswa-siswanya tentang
bangu ruang. Tak lupa di akhir pelajarannya, bu Ana mengumumkan pada
siswanya untuk mempelajari materi bangun ruang karena pekan depan akan diadakan
ulangan harian. Setelah ulangan harian tersebut dinilai, didapat hasil yang menggambarkan
bahwa sebagian besar siswanya sudah memahami materi yang diberikan. Hal ini
dilihat dari nilai yang diperoleh 75% baik.
Ilustrasi diatas
menggambarkan suatu tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil belajar
yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu. Tes seperti ini disebut Tes
Hasil Belajar (achievement test).
Dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar
mengajar guru dapat menggunakan tes yang distandarkan atau (standardized
test) maupun tes yang dibuat sendiri oleh guru (teacher made test)
Tes
yang distandarkan atau (standardized test)
Soal-soal
ujian nasional telah, diujicobakan berkali-kali sehingga mendapatkan validitas dan
reliabilitas yang tinggi serta dibuat
oleh orang yang ahli (expert). Test yang memenuhi karakteristik
seperti ini dinamakan tes terstandar atau (standardized test)
Jadi standardized test adalah tes yang mengalami proses
standarisasi, yakni proses validasi dan kehandalan (realibility)
sehingga tes tersebut benar-benar valid dan handal untuk sesuatu tujuan bagi
suatu kelompok tertentu.
Tes
buatan guru sendiri (teacher made test)
Pada
ilustrasi 2, bu Ana membuat soal ulangan harian yang disesuaikan dengan materi
yang telah disampaikan. Karena soal ulangan harian
dibuat sendiri oleh guru maka ulangan tersebut menggunakan tes buatan guru
sendiri (Teacher made test)
yaitu tes yang dibuat guru sendiri yang isinya dan tujuannya khusus untuk kelas atau
sekolah. Tes Hasil Belajar (THB) yang biasanya digunakan adalah tes buatan guru
sendiri.
Untuk memperoleh suatu tes hasil belajar
yang baik, sebuah tes perlu diperhatikan apakah dapat dikatakan sebagai alat
pengukur yang baik.
Sebuah tes dikatakan baik
sebagai alat pengukur jika :
1)
Valid
Sebuah tes disebut valid apabila
tes itu dapat mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur.
2)
Realiable (dapat dipercaya)
Tes dikatakan dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali kepada para siswa
yang sama pada waktu yang berlainan, maka siswa akan tetap berada dalam urutan
(Ranking) yang sama dalam kelompoknya.
3)
Objektif
Objektif
berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Hal ini terjadi pada
sistem skoring. Objektifitas menekankan ketetapan pada
sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4)
Praktis
Sebuah tes dikatakan praktis apabila mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk yang baik.
5)
Ekonomis
Ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya mahal, tenaga yang banyak, dan
waktu yang lama.
10. Merencanakan Tes
Proses pembelajaran harus
mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu
evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan proses belajar tersebut. Salah satunya dengan mengadakan tes atau
ulangan harian pada setiap akhir bab.
Untuk merancang sebuah tes perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Relevansi
Tes harus
sesuai dengan materi yang telah
diberikan.
b)
Pengambilan sampel yang tepat
Suatu
contoh soal harus mengutamakan hasil pembelajaran yang
diinginkan.
c)
Kondisi standar
Kondisi standar adalah suatu kondisi
di mana waktu yang diberikan, tingkat kesukaran, dan konten yang sama ada pada
setiap soal yang dibuat.
d)
Kesukaran yang sesuai
Kesukaran contoh soal didefinisikan
sebagai presentase manusia yang menjawab contoh soal dengan benar, yaitu
dijawab benar oleh siswa yang menguasai materi.
e)
Konsistensi
Konsistensi atau reliability
merupakan sesuatu hal penting dalam pengukuran skor pada siswa dalam suatu tes
dari waktu ke waktu.
f)
Skor yang penuh arti
Skor yang memberikan informasi yang
berguna dan akurat yang menggambarkan pencapaian siswa dalam belajar dan
digunakan untuk mengambil keputusan.
11. Langkah-langkah Menyusun
Tes
Dalam menyusun tes dipergunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Menentukan tujuan mengadakan
tes.
b)
Mengadakan pembatasan terhadap
materi yang akan diujikan.
c)
Merumuskan tujuan instruksional
khusus dari tiap bagian bahan.
d)
Menderetkan
semua indikator dalam tabel yang memuat aspek tingkah laku yang terkandung
dalam materi itu.
e)
Menyusun tabel spesifikasi atau
kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta
perbandingan antara dua hal tersebut.
f)
Menulis
butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah dituliskan
pada tabel indikator dan aspek tingkah
laku yang dicakup.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mengukur Pencapaian. Tersedia di http://members.tripodcom/putrohari/mengukur_pencapaian.html.
Anonim. 2010. Kelebihan Dan Kekurangan Soal Dalam
Pembelajaran. Tersedia di http://www.masbied.com/2010/07/06/kelebihan-dan-kekurangan-bentuk-soal-dalam-pembelajaran/.
Diakses tanggal 2 Maret 2011.
Anonim. 2010. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar.
Tersedia di http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/tes-sebagai-alat-penilaian-hasil-dan.html. diakses pada 2 Maret 2011.
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asikin, M. 2004. Pelatihan Terintegrasi untuk Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.
Buchori,M. 1983.Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan.Bandung
: Jemmars.
Dalton Willian. 2009. Tea Pengukuran danEvaluasi. Tersedia di
http://williandalton.blogspot.com/2009/03
pengertian-tes-pengukuran-evaluasi-dan.html. Diakses pada tanggal 4 Maret 2011.
Muhadjir, Noeng.1980. Teknik
Pengukuran dan Penilaian.Yogyakarta : FIP-IKIP Yogyakarta.
Ruseffendi. 2005. Dasar-dasar Matematika Moderen dan Komputer. Bandung:
Tarsito.
Sudiyono, Anas. 2001. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Tersedia di
http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/penilaian-hasil-belajar/.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2008.
Suherman. 2001, Evaluasi
Proses dan Hasil Belajar. Jakarta: UT.
Supeksa.2010.Wawancara. Tersedia di http://supeksa.wordpress.com/2010/11/07/wawancara-berwawancara/. Diakses pada 9 Maret 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar