Sabtu, 06 April 2013

Tehnik Perengkingan


BAB X
TEKNIK PERENGKINGAN
A.  Pengertian Rangking
            Dalam perangkaian kegiatan belajar mengajar , pada saat-saat tertentu staf pengajar (guru, dosen dll) sebagai seorang pendidik dihadapkan pada tugas untuk melaporkan atau menyampaikan informasi, baik kepada atasannya, kepada orangtua peserta didik maupun kepada para peserta didik itu sendiri, mengenai ” dimanakah letak urutan kedudukan seseorang peserta didik jika dibandingkan dengan peserta didik lainnya, ditengah-tengah kelompok dimana peserta didik itu berada”.
            Dengan disampaikannya laporan atau informasi tersebut maka pihak-pihak yang bersangkutan akan dapat mengetahui , apakah seorang peserta didik itu berada di urutan atas, sehingga peserta didik itu bisa di katakan pandai. Ataupun berada di urutan bawah, sehinnga peserta didik itu dinyatakan sebagai siswa yang mempunyai kemampuan rendah ( tergolong bodoh ). Dengan kata lain, pihak-pihak yang bersagkutan akan dapat mengetahui standing possition masing-masing peserta didik dari waktu ke waktu, apakah posisinya senantiasa stabil, semakin meningkat atau sebaliknya posisinya cenderung menurun.
            Dari uraian diatas , dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud dengan urutan kedudukan atau rangking peserta didik di tenga-tengah kelompoknya adalah letak seorang peserta didik dalam urutan tingkatan atau rangking.

B.   Jenis Dan Prosedur Penyusunan Rangking
            Mencari dan mengetahui urutan kedudukan peserta didik dalam suatu kelas atau kelompok pada umumnya dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan nilai-nilai yang telah dicapai oleh peserta didik, mulai dari nilai yang paling tinggi sampai dengan nilai yang paling rendah. Dengan cara demikian, maka akan dapat ditentukan nomer yang menunjukan urutan kedudukan seorang peserta didik di tengah-tengah kelompoknya. Prosedur penentuan urutan kedudukan seperti telah di kemukakan di atas adalah merupakan prosedur yang paling sederhana. Dalam praktek, ada beberapa jenis rangking: beberapa diantaranya adalah:
1.         Rangking sederhana ( simple rank)
Rangking sederhana adalah urutan yang menunjukan posisi atau kedudukan seorang peserta didik di tengah- tengah kelompoknya, yang dinyatakan dengan nomer atau angka-angka biasa. Misalkan dari 20 orang murid SD yang mengikuti EBTANAS di peroleh nilai-nilai EBTANAS sebagaimana tertera pada daftar sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai-nilai hasil EBTANAS yang dicapai oleh 20 murid SD
Nama Siswa
Nilai untuk Mata pelajaran
Jumlah NEM

PPKn
B. Indo
Mtk
IPA
IPS
Eko
8.25
7.83
6.47
6.25
8.93
37.73
Bagus
9.25
8.33
7.57
7.15
9.63
41.93
Diyah
8.95
9.83
9.37
8.85
9.63
46.63
Citra
7.65
7.73
6.97
7.95
8.13
38.43
Sissy
9.85
9.33
9.47
9.25
9.03
46.93
Asti
8.15
7.93
6.37
7.05
7.63
37.13
Ary
7.85
8.03
7.17
6.85
7.33
37.23
Elina
9.75
9.83
9.17
8.85
9.73
47.33
Tika
9.63
9.25
7.57
7.15
8.33
41.93
Fatma
7.35
8.03
6.17
6.15
7.33
35.03
Andy
8.75
7.73
6.37
6.65
7.33
36.83
Eca
9.15
9.13
9.27
9.35
9.23
46.13
Nana
8.35
7.93
9.87
8.05
8.13
42.33
Ekky
8.85
7.83
9.17
9.15
8.73
43.73
Zakky
9.95
8.93
8.77
8.25
8.33
44.23
Bara
10
9.83
9.87
9.85
9.33
48.88
Pandu
8.03
7.93
8.17
7.75
9.03
40.91
Dini
8.75
7.73
7.37
6.65
7.33
37.83
Elsha
8.15
9.85
7.87
6.15
7.13
39.15
Indra
8.85
9.15
6.67
7.05
8.83
40.55
                                   
Untuk dapat menyusun urutan kedudukan dari 20 orang murid tersebut berdasar Nilai Ebtanas Murni ( NEM ) yang dimilikinya, terlebih dahulu kita susun Nem tersebut mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah (lihat kolom 2 pada tabel berikut ) setelah itu dapat mkita tentukan rangkingnya ( lihat kolom 3 pada tabel berikut )
Tabel 2 : Rangking yang dimiliki oleh 20 orang murid SD berdasarkan NEM
Nama Siswa
NEM
Rangking
Bara
48.88
1
Elina
47.33
2
Sissy
46.93
3
Diyah
46.63
4
Eca
46.13
5
Zakky
44.23
6
Ekky
43.73
7
Nana
42.33
8
Bagus
41.93
(9+10):2 =9.5
Tika
41.93
(9+10):2 =9.5
Pandu
40.91
11
Indra
40.55
12
Elsha
39.15
13
Citra
38.43
14
Dini
37.83
15
Eko
37.73
16
Ary
37.23
17
Asti
37.13
18
Andy
36.83
19
Fatma
35.03
20
                                   
            Adapun cara menuliskan rangking di dalam buku rapor umumnya adalah sebagai berikut :
a. Jumlah siswa kelas I = 45 orang. Siswa bernama Elina Rahmawati     menduduki rangking pertama,maka penulisan rangkingnya adalah : 1/45 (rangking pertama dari 45 orang siswa ).
b.  Jumlah siswa kelas II = 40 orang. Siswa bernama Bara Cahya Detilar menduduki rangking ke-38,maka penulisan rangkingnya adalah : 38/40 (Rangking ke-38 dari 40 orang siswa).
            Apabila terdapat urutan kedudukan yang kembar, maka dalam penentuan rangkingnya digunakan rata-rata hitungnya, yaitu :
1). Siswa bernama Ummu dan Dwi  sama-sama memiliki NEM sebesar 44,17. Kedua siswa itu menurut urutan kedudukannya seharusnya berada pada urutan ke-5 dan ke-6. Karena terjadi kekembaran dua, maka urutan kedudukan bagi kedua orang siswa tersebut ditentukan ( 5+6):2 =5,5.
2). Siswa bernama Dian Paramita , Laeli dan Kaka masing-masing memiliki NEM sebesar 43,17. Ketiga siswa tersebut seharusnya menduduki urutan ke-7,8 dan 9. Karena terjadi kekembaran tiga, maka rangking bagi ketiga ornag siswa tersebut ditentukan = (7+8+9):3 =8.
            Akhirnya perlu diketahui pula bahwa rangking paling bawah ( paling rendah ) akan selalu menunjukan angka yang sama dengan jumlah testee yang akan ditetapkan rangkingnya, kecuali apabila pada rangking terendah itu terjadi kekembaran.
Contoh :
Dari jumlah 40 orang siswa , siswa bernama Hara dan Dian dengan NEM masing-masing sebesar 35,33 seharusnya menduduki rangking ke-39 dan ke-40. Karena terjadi kekembaran dua, maka rangking bagi kedua orang siswa itu adalah  = (39+40): 2 = 39,5.

2.    Rangking Persentase ( percentile rank )
Dimaksud dengan rangking persentase adalah angka yang menunjukan urutan kedudukan seorang peserta didik di tengah-tengah kelompoknya, dimana angka tersebut menunjukan persentase dari peserta didik yang berada dibawahnya.
Pernyataan tersebut mengandung pengertian, bahwa apabila seorang peserta didik memiliki percentile rank  (biasa disingkat PR) sebesar 75, maka itu berarti bahwa kecakapan peserta didik tersebut sama atau melebihi 75 % dari kecakapan yang dimiliki oleh seluruh kelompok.
Jika dibandingkan dengan simple rank ( SR ) , maka persentil rank dipandang lebih tajam dan teliti, sebab dengan persentil rank tersebut akan dapat dengan secara cepat dan mudah diperoleh gambaran tentang kecakapan peserta didik di tengah-tengah kelompoknya, yaitu : beberapa persen dari peserta didik yang ada dalam kelompok tersebut, yang telah berhasil dilampaui .
Prosedur penentuan persentil rank adalah sbb :
a.       Menentukan Simple Rank ( SR )
b.      Mencari atau menghitung banyaknya peserta didik dalam kelompok yang ada dibawahnya, yaitu = ( N – SR )
c.        Menghitung percentile ranknya dengan menggunakan rumus
 PR = x 100 %
Untuk memperjelas pernyataan diatas, berikut ini dikemukakan sebuah contoh . misalnya data yang berupa simple rank yang berhasil dicapai oleh 20 murid SD ( lihat tabel 1.2 ) kita angkat kembali untuk ditentukan persentile ranknya, maka hasilnya adalah seperti  berikut :
Tabel 3 : Persentile rank yang dimiliki oleh 20 murid SD berdasarkan NEM yang mereka capai.
No
No.Siswa
Simple Rank
x 100 %
Persentile
1.
Bara
1
x100
95
2.
Elina
2
x100
90
3.
Sissy
3
x100
85
4.
Diyah
4
x100
80
5.
Eca
5
x100
75
6.
Zakky
6
x100
70
7.
Ekky
7
x100
65
8.
Nana
8
x100
60
9.
Bagus
9.5
x100
52,5
10.
Tika
9.5
x100
52,5
11.
Pandu
11
x100
45
12.
Indra
12
x100
40
13.
Elsha
13
x100
35
14.
Citra
14
x100
30
15.
Dini
15
x100
25
16.
Eko
16
x100
20
17.
Ary
17
x100
15
18.
Asti
18
x100
10
19.
Andy
19
x100
5
20.
Fatma
20
x100
0
Catatan : jika rangking terendah tidak terjadi kekembaran dengan rangking sebelumnya ,maka akan selalu menunjukanan angka nol. Artinya peserta didik yang bersangkutan merupakan peserta didik yang terletak pada urutan kedudukan yang paling bawah sebab tidak ada peserta didik lainnya lagi dibawahnya.
3.    Rangking berdasarkan mean dan deviasi standar
Yang dimaksud dengan penentuan kedudukan siswa dengan standar deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
Setidaknya ada 5 jenis rangking yang disusun dengan menggunakan ukuran mean dan deviasi standar, yaitu :
a.      Penyusunan urutan kedudukan atas tiga rangking
Ini dilakukan dengan mengelompokan peserta didik menjadi 3 tingkatan,yaitu rangking atas, rangking tengah dan rangking bawah.
Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan siswa dalam tiga rangking :
1). Menjumlah skor semua siswa
2). Mencari nilai rata-rata ( Mean ) dan Standar Deviasinya.
3). Menentukan batas-batas kelompok.
Patokan untuk menentukan batas-batas kelompok (rangking atas,tengah dan bawah) adalah sbb:
                            Atas
Mean + 1 SD
                            Tengah
Mean – 1 SD
                            Bawah
Dari perhitungan-perhitungan pada tabel 1 telah berhasil kita peroleh mean = 41,5445 dan SD= 4,026.Dengan demikian dapat kita lakukan perhitungan-perhitungan untuk menyusun ranking 3 dengan patokan seperti telah disebutkan pada tabel 1
                                                                                                       Ranking Atas
                            Mean +1 SD = 41,5445 + 4,026 = 45,5705
                                                                  Ranking Tengah
                            Mean – 1 SD = 41,5445 – 4,026 = 37,5285
                                                                  Rangking Bawah
b.      Penyusunan Urutan Kedudukan atas lima Rangking
 Dalam penyusunan urutan kedudukan atas lima rengking, testee disusun menjadi lima kelompok, yaitu rangking 1 =kelompok ”amat baik”, rangking 2 = kelompok”baik”, rangking 3 = kelompok”cukup”, rangking 4 = kelompok”kurang” dan rangking 5 = kelompok”kurang sekali”.
Patokan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
                                                 Baik Sekali
      M + 1,5 SD                             
                                                  Baik
      M + 0,5 SD
                                                 Cukup
      M – 0,5 SD
                                                Kurang
      M – 1,5 SD
                                                 Kurang Sekali           
Contoh :
Jika data yang disajikan pada tabel 4 telah diperoleh Mean sebesar 43,0652 dengan SD sebesar 10,2985 itu kita tentukan rangking limanya, maka dengan menggunakan patokan tersebut , penentuan rangking limanya adalah sebagai berikut :

       Baik sekali
Mean + 1,5 SD = 43,0652 +(1,5)(10,2985) = 58,51025
Baik
Mean + 0,5 SD = 43,0652 +(0,5)(10,2985) = 48,21175
                                                                                                                    Cukup
Mean – 0,5 SD = 43,0652 –(0,5)(10,2985) = 37,91325
                                                                                                                    Kurang
                     Mean – 1,5 SD = 43,0652 –(1,5)(10,2985) = 27,61475
Selanjutnya kita buat tabel konversinya :
Nilai Ebtanas Murni
Rangking
59 ke atas
1 ( Baik Sekali )
49 – 58
2 ( Baik )
38 – 48
3 ( Cukup )
28 – 37
4 ( kurang )
27 ke bawah
5 ( Kurang Sekali )
           
c.        Penyusunan urutan kedudukan atas sebelas rangking
Dalam penyusunan urutan atas sebelas rangking,, testee disusun menjadi 11 urutan rangking, dimana :
-          Rangking 1  = Kelompok siswa dengan nilai 10
-          Rangking 2  = Kelompok siswa dengan nilai 9
-          Rangking 3  = kelompok siswa dengan nilai 8
-          Rangking 4  = Kelompok siswa dengan nilai 7
-          Rangking 5  = Kelompok siswa dengan nilai 6
-          Rangking 6  = Kelompok siswa dengan nilai 5
-          Rangking 7  = Kelompok siswa dengan nilai 4
-          Rangking 8  = Kelompok siswa dengan nilai 3
-          Rangking 9  = Kelompok siswa dengan nilai 2
-          Rangking 10 = kelompok siswa dengan nilai 1
Patokan yang digunakan untuk menentukan urutan sebelas
                  Rangking adalah :
Ø  Skala nilai 10 = Mean + ( 2,25 ) SD
Ø  Skala nilai 9  = Mean + ( 1,75 ) SD
Ø  Skala nilai 8  = Mean + ( 1,25 ) SD
Ø  Skala nilai 7  = Mean + ( 0,75 ) SD
Ø  Skala nilai 6  = Mean + ( 0,25 ) SD
Ø  Skala nilai 5  = Mean – ( 0.25 ) SD
Ø  Skala nilai 4  = Mean ­­­– ( 0,75 ) SD
Ø  Skala nilai 3  = Mean – ( 1,25 ) SD
Ø  Skala nilai 2  = Mean – ( 1,75 ) SD
Ø  Skala nilai 1  = Mean – ( 2,25 ) SD
Untuk rangking ke-11 dengan skala angka nol adalah siswa yang memiliki skor lebih kecil dari -2,25 SD.
d.      Rangking berdasarkan nilai standar z ( z score )
Standar Score atau z-score adalah: Angka yang menunjukan perbandingan  perbedaan score seseorang dari mean, dengan standard deviasinya.
Standard score ini lebih mempunyai arti dibandingkan dengan score itu sendiri karena telah dibandingkan dengan suatu standard yang sama.
Untuk menentukan   z-score,harus diketahui:
-                      Rata-rata score dari kelompok.
-                      Standar deviasi dari skor-skor tersebut.
 Rumus:
Z=
 
                                                     Keterangan : Z = Z-score
                                                                          X = Mean
                                                                          M =
                                                                          SD = Stanndar Deviasi


Contoh.
Dari 10 orang siswa tercatat skornya sebagai berikut:
Arif     = 50                 Alin     = 37                 Andri   = 40
Agus    = 55                 Dian    = 45                 Bagus  = 50
Reza    = 63                 Dwi     = 70
Galih   = 60                 Deris    = 30
Jawab:
X ( Mean ) =  = 50
SD=

Maka SD = = =11,75
Siswa kedua, yakni Agus mempunyai skor 55.
z-skore untuk Agus = =+0,42
Siswa ketiga, yakni Reza mempunyai skor 63.
z-skor untuk Reza = =+1,11
Siswa kelima,yakni Alin memepunyai skor 37.
z-skor untuk Alin = =-1,11
Pengetrapan dari z-skor ini banyak digunakan didalam menentukan kejuaraan seseorang apabila kebetulan jumlahnya sama.Untuk ini dapat dibantu dengan menghitung z-skor terlebih dahulu.
Dibawah ini terdapat 5 orang siswa yang mempunyai variasi nilai yang unik tetapi jumlahnya sama. Hanya dengan melihat jumlah nilai saja, dapatkah ditentukan siapa yang menduduki tempat tertinggi?
Nilai untuk bidang studi dari 5 orang siswa
Nama
Matematika
IPA
IPS
Bhs. Ind
Bhs.Ingg.
Jumlah
Nomer
Arif
90
30
40
45
48
253
I
Agus
70
40
45
47
49
231
II
Reza
50
50
50
50
50
250
III
Galih
30
60
55
53
51
249
IV
Kaka
10
70
60
55
52
247
V
Standar Deviasi
31,84
14,14
7,07
3,69
1,41



Text Box: Nama Matematika IPA IPS Bhs. Ind Bhs.Ingg. Jumlah Nomer
Arif 90 30 40 45 48 253 I
Agus 70 40 45 47 49 231 II
Reza 50 50 50 50 50 250 III
Galih 30 60 55 53 51 249 IV
Kaka 10 70 60 55 52 247 V
Standar Deviasi 31,84 14,14 7,07 3,69 1,41




MlLihat keadan nilai kelima siswa tersebut, nampaknya Arif adalah yang menduduki tempat teratas karena memiliki jumlah nilai paling banyak.Sebaliknya Kaka memiliki nilai paling sedikit sehingga diperkirakan menduduki tempat paling bawah.
Apakah ketentuan ini adil? Dengan menggunakan z-skor,ketentuannya dapat lain bahkan dapat sebaliknya.
Contoh:  Nilai Matematika Arif adalah 90.
Rata-rata nilai matematika tersebut 50, dengan Standar deviasi 31,84.
Z= =+1,26
 
Maka z-skor Arif adalah:


Dengan cara yang sama akan dapat dicari z-skor masing-masing siswa untuk seluruh bidang studi, dan akan terdapat sebagai berikut:
Nama
Mtk
IPA
IPS
Bhs.Ind
Bhs.Ingg.
Jml
No
Arif
1,26
-1,41
-1,41
-1,36
-1,42
-4,34
V
Agus
0,03
-0,71
-0,71
-0,81
-0,71
-2,31
IV
Reza
0,00
-0,00
-0,00
-0,00
-0,00
-0,00
III
Galih
0,03
0,71
0,71
0,81
0,71
2,31
II
Kaka
1,26
1,41
1,41
1,36
1,42
4,34
I
Jumlah
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00


Catatan:tanda plus berarti diatas mean dan tanda minus berarti dibawah mean.
Terbuktilah disini bahwa Arif yang semula kita perkirakan menduduki tempat yang paling atas dan Kaka yang paling bawah, setelah dihitung dengan z-score, kedudukanya menjadi terbalik.Kaka lah kenyataanya yang menduduki tempat paling atas. Dengan menggunakan z-score kita tidak akan dipengaruhi oleh jumlah nilai.Untuk menentukan kedudukan siswa-siswa yang memiliki jumlah nilai yang sama, caranya juga seperti yang telah dicontohkan.
Dengan angka-angka z-score yang diperoleh, maka kita bekerja dengan angka-angka tidak bulat, dan tanda-tanda plus minus maka untuk mempermudahnya kita bisa menggunakan T-score.
e.    Rangking berdasarkan nilai standar T ( t score )
T=10.Z+50
 
T-score adalah angka skala yang menggunakan mean = 50 dan SD =10.Skala T-score dapat dicari dengan cara mengalikan z-score dengan 10 kemudian ditambah 50.

          Contoh:
            Z-score +1,20 = T-score 62
            Z-score -0.80  = T-Score 42
Dengan demikian maka table Z-score untuk  lima bidang studi dari lima siswa dpat diganti menjadi table T-score sebagai berikut
Nama
Mtk
IPA
IPS
Bhs.Indo.
Bhs.Ingg.
Jumlah
No
Arif
63
36
36
36
36
207
V
Agus
56
43
43
42
43
237
IV
Reza
50
50
50
50
50
250
III
Galih
44
57
57
58
57
273
II
Kaka
37
64
64
64
64
289
I
Jumlah
250
250
250
250
250







DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1999.Kurikulum 1994 Yang di Sempurnakan Kurikulum Edisi 1999. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Depdiknas
Department of Education (1996). Educator Servis teaching & Learning Curriculum Resources, Mathematics Curriculum Framework Achieving Mathematical Power – Januari 1996. [Online]. Tersedia: www.doe.mass.edu/frameworks/ math/1996-similar.
Depdiknas (2006).  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA. Tersedia online pada http://www.puskur.co.id , Juli 2007.
Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Kusno. 2005. Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Purwokerto : FKIP UMP

Kusno. 2006. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi 5P di MAN Purwokerto : FKIP UMP.

NCTM.(1996). Implementasi Daya Matematika. Virginia : NCTM Inc. www.google.com

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur.    www.google.com

NCTM. (2000). Principles and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. www.google.com

Poerwadarminto, W. J. S. 1970. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Purwanto, E. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, dkk. 1994. Matematika Pokok Pendidikan. Jakarta: UT.

Shadiq Fajar, M. App. Sc : 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan                                 Komunikasi. Yogyakarta.

1 komentar: