PENGANTAR
PENDIDIKAN
TARDIK 1.
Salah satu pandangan
filsafat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk “monodualis”: Jiwa – Raga (Notonagoro,1968). Dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehingga mampu
mempertimbangkan betul-salah, baik-buruk, menerima-menolak terhadap sesuatu
yang dihadapi. Dari aspek raga, manusia memiliki sifat benda mati (an organis),
tumbuh-tumbuhan(vegetatif), dan hewan sehingga tingkah lakunya dikuasai oleh
hukum alam dan didorong oleh instingnya. Dari aspek yang lain, manusia adalah makhluk individu,
makhluk sosial, makhluk berdiri sendiri, dan makhluk ber-Tuhan.
¢
Ditinjau dari filsafat antropologi : 1. manusia adalah makhluk berbudi (homosapien) 2. manusia adalah makhluk berakal (homorational) 3. manusia adalah makhluk kreatif (homofaber) 4. manusia adalah makhluk ber-Tuhan (homoreligius) 5. manusia adalah binatang yang dapat dididik (animal
educandum)
¢
Ditinjau dari Anasir pokok : a. Ada b. Bertubuh c. Hidup
d. Sensitif e. Rasional
¢
Asal Terjadinya manusia. Teori Evolusi : manusia
berasal dari kera, Evolusi =
evolution = perkembangan. Dalam
sejarah : perkembangan sosial, ekonomis, politis yang berjalan sedikit
demi sedikit tanpa unsur paksaan. Dalam IPA : perkembangan berangsur-angsur dari benda yang sederhana
menuju sempurna.
Misalnya, dari tumbuhan menjadi binatang, dari
binatang menjadi manusia.
Beberapa tokoh dalam Teori Evolusi: 1. J.B. de Lamark (Perancis,1774-1829) 2. Charles Darwin (Inggris,1809) 3. Ernst Heinrich Haeckel (Jerman,1834-1919).
¢
J.B. de Lamark Tumbuh-tumbuhan è Binatang è Manusia (Oleh pengaruh alam), Charles
Darwin
Individu di alamè bertahan hidupè binatang (Binatang yang paling maju adalah kera) dalam
struggle of life sedikit demi sedikit berubah, mengarah menuju wujud manusiaè manusia, Ernst Heinrich Haeckel Sependapat dengan Darwin, tetapi è Menyangkal adanya ciptaan Tuhan è Dunia ini kekal, tak ada permulaan, tercipta dengan
sendirinya secara mekanis.
¢
Berdasarkan
Pandangan Agama,
Dalam Kitab Kejadian (1:26,27; 2:7) berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa kita …. Maka Allah menciptakan manusia menurut
gambar Nya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia, laki-laki dan perempuan …ketika itulah Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Dalam Al-Quran : 1. QS. Al-Mukminun 12-13:“Kami telah menciptakan
manusia dari sari pati dari lempung. Lalu kami jadikan ia nutfah dalam tempat
yang kokoh” 2. QS.Fathir 11:“Allah
menciptakan kalian dari tanah gemuk lalu dari nutfah, kemudia Dia menjadikan
kalian berjodoh-jodoh”. 3. QS. Al
Hijr 28-29 : “ Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Aku hendak
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diacu.Bila aku telah membentuknya secara selaras, dan meniupkan
kepadanya dari Ruh-Ku, sujudlah kalian kepadanya”
¢
Dalam
perkembangannya, melalui penelitian dan pembuktian ilmiah, akhirnya para
penganut agama mengakui adanya evolusi pada makhluk hidup, artinya mereka
menerima adanya teori evolusi terbatas. Para penganut agama menerima pandangan bahwa dalam
waktu yang relatif lama , makhluk hidup mengalami perkembangan yang membawa
perubahan kearah yang lebih sempurna, tetapi terbatas pada masing-masing
tingkat saja, artinya secara horisontal, bukan vertikal,
yakni : yang tumbuhan tetap sebagai tumbuhan, yang binatang
tetap sebagai binatang, dan yang manusia tetaplah sebagai manusia.
¢ DIMENSI KEMANUSIAAN DAN PENDIDIKAN.
1.Manusia sebagai makhluk individu, Pada saat lahir, manusia
masih sangat lemah. Segala aspek jiwa-badannya masih bersifat potensial.
Untuk megembangkan semua potensi positif maka diperlukan sesuatu di sekitarnya,
yaitu pendidikan.
2.Manusia sebagai makhluk social, Manusia saling membutuhkan,
saling membantu, saling melengkapi, dan saling bekerjasama. Manusia sebagai makhluk sosial dalam rangka mengembangkan dirinya juga
memerlukan kerjasama dengan dunia sekitar, dunia sosial, termasuk juga dunia
pendidikan.Berkat pendidikan, manusia menjadi saling terbuka dan tidak egois.
3. Manusia sebagai makhluk
susila, Susila = adab, beradab, Susila è
kehalusan budi Adab è
keluhuran budi. Kehalusan dan keluhuran budi merupakan dua sifat yang nampak dalam hidup manusia
sebagai makhluk terpilih, makhluk berbudi yang memiliki kekuatan-kekuatan dan
sifat-sifat lainnya yang membedakan dengan hewan. Pendidikan merupakan
pengejaran dan pelaksanaan nilai-nilai . Jadi pendidikan adalah tindakan yang
membawa anak didik untuk bisa memahami, mengalami, menghayati nilai-nilai
kemanusiaan.
4. Manusia sebagai makhluk beragama, Manusia adalah makhluk yang
berdiri sendiri. Dalam tingkah lakunya diwarnai oleh kebebasannya. Meski
demikian ia menyadari bahwa di luar dirinya terdapat kekuatan yang menguasai
dan mengatur dirinya , ialah Tuhan Yang Maha Kuasa.
¢ KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN,
Pada saat dilahirkan,
manusia sudah lengkap baik dari aspek jasmaniah maupun rohaniahnya, tetapi
masih lemah, karena masih bersifat potensial. Untuk mencapai kesempurnaan,
sehingga hal-hal yang sifatnya potensial dapat berfungsi sebagaimana mestinya
maka diperlukan bantuan, bimbingan , dan pengarahan orang lain yang bertanggung
jawab. Manusia yang sedang tumbuh ini perlu diberikan pendidikan. Teori-teori yang menyangkut kebutuhan manusia akan pendidikan : Teori
Empirisme, Teori Nativisme, Teori Naturalisme, dan Teori Konvergensi.
Teori Empirisme (John Locke :1632-1704) Faktor
lingkungan (pendidikan) menentukan perkembangan anak. Teori ini juga dikenal
dengan teori tabularasa, artinya anak yang baru lahir diibaratkan sebagai
kertas putih bersih, dan lingkunganlah yang mewarnai anak tersebut. Teori
ini juga dikenal dengan teori optimisme, karena pendidik akan mampu membuat
anak didik menjadi seperti yang dikehendakinya.
Teori Nativisme (Arthur Schopenhauer:1788-1860) Perkembangn
anak sangat ditentukan oleh hereditas
dan faktor-faktor dalam yang bersifat kodrati. Pembawaan
yang bersifat kodrati tidak dapat diubah
oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Dengan
kata lain, lingkungan/pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap
perkembangan anak didik.Teory Naturalisme (J.J.Rousseau,
1712-1778, Perancis) Semua
anak berpembawaan baik pada waktu lahir, dan menjadi buruk setelah di tangan
manusia atau masyarakat. Perkembangan
anak tetap menjadi baik apabila diserahkan kepada alam. Pendidikan hanyalah
berusaha memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya dan
diserahkan kepada alam. Pendidikan
merupakan tindakan yang negative, oleh karenanya teori ini juga dikenal dengan
teori negativisme.
Teori Konvergensi (William
Stern, 1871-1938)
Perkembangan
anak sangat dipengaruhi oleh faktor internal
(pembawaan) dan faktor eksternal (lingkungan). Jadi pendidikan membantu perkembangan
dari pembawaan anak.
Catatatan : Dalam perkembangan selanjutnya, selain faktor pembawaan dan
faktor lingkungan, terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu
auto activities anak.
¢ Pendidikan di Indonesia.
Tujuan
Pendidikan di Indonesia adalah terbentuknya
MIS, Rumusan
MIS dalam berbagai peraturan perundangan pendidikan di Indonesia sering
mengalami perubahan sesuai dengan
kehidupan politik yang sedang berlaku: UUD 1945, Tap
MPR No.II/MPR/1988, UU No.2 tahun
1988, UU No 20 tahun 2003. Bila
diperhatikan diberbagai rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, terdapat benang
merah yang memperhatikan adanya pengembangan dimensi-dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan dan keagamaan yang menggambarkan Manusia Indonesia
Seutuhnya.
¢ Undang
–Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BAB II : DASAR, FUNGSI,
DAN TUJUAN. Pasal
2 : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal
3 : Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
TARDIK 2. PENGERTIAN PENDIDIKAN.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani : Paedagogike
, “Pais” = anak ; “Ago”
= aku membimbing. “Paedagogike = aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya
membimbing anak untuk membawanya ke tempat belajar disebut “Paedagogos” Jadi secara
simbolis, inti perbuatan mendidik adalah membimbing anak, dan pada saatnya
nanti dilepaskan kembali untuk dapat hidup di masyarakat. Beberapa rumusan “
mendidik “.
1. M.Y. Langeveld : mendidik adalah
mempengaruhi anak dalam usahanya membimbing anak, agar menjadi dewasa.
2.Y.H.E.Y.Hoogveld :
mendidik adalah membantu anak , supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas
hidupnya atas tanggungan sendiri.
3. Sis Heyster : mendidik ialah
membantu manusia dalam pertumbuhan, agar kelak ia mendapatkan kebahagiaan batin
yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang
lain.
4. S.Brojonagoro: mendidik berarti
memberi tuntunan kepada manusia yang belum
dewasa dalam pertumbuhan dan
perkembangan, sampai dengan tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan
jasmani.
5. UU
Nomor 20 tahun 2003 (SISDIKNAS) Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari kelima rumusan di
atas, mendidik berarti : Adanya
pengaruh atau bantuan dari orang yang bertanggung jawab kepada anak didik, Adanya pembentukan
terhadap pribadi anak didik,
Menyerahkan
kebudayaan kepada generasi berikutnya (generasi muda), Adanya
sikap generasi muda yang : reseptif, selektif, dan continuous, Dengan
adanya sikap generasi muda tersebut maka setiap pergantian generasi selalu ada
inovasi, perubahan, dan perkembangan.
PROSES PENDIDIKAN Manusia bukan makhluk biologis semata,
melainkan : Seorang
pribadi=
mengerti akan dirinya, Seorang person= mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan situasinya, Seorang subyek= dapat mengambil
sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada ditangannya sendiri. Anak didik adalah
manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, belum sampai
pada taraf maksimal. Mendidik disebut
perbuatan fundamental karena mendidik adalah memanusiakan
manusia muda, Mendidik
juga merupakan perbuatan hominisasi dan humanisasi. Hominisasi = penjadian
manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf maksimal. Humanisasi = menuju ke
perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi.
Dari rumusan di atas, inti dari pendidikan adalah :
1.Pendidikan adalah Pemanusiaan anak, Pemanusiaan artinya
pendidik memanusiakan anak didik, serta pendidik mamanusiakan dirinya sendiri. Proses ini akan
berakhir bila anak didik sudah dapat memanusiakan sendiri sebagai manusia
purnawan
2.Pendidikan adalah Pembudayaan anak. Pembudayaan
menunjukkan aktivitas baik pendidik maupun anak didik. Pendidik membudayakan
anak, dan anak didik membudayakan dirinya sendiri. Contoh : seorang ibu
mengajari anak mengenakan celana dan sepatu. Kelak anak dapat berbuat hal itu
sendiri. Selanjutya proses pembudayaan menuju ke arah “berdikari”, dan anak
menjadi manusia yang purnawan.
3.Pendidikan adalah pelaksanaan nilai-nilai. Pelaksanaaan disini
adalah perjumpaan antara aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik. Jika seorang ibu
mengenakan pakaian kepada anak, berarti ibu melaksanakan nila-nilai berpakaian
kepada anak. Bila seorang ibu mengajak anak berdoa, maka ibu melaksanakan
nilai-nilai keagamaan, dan anak juga melaksanakannya. Pada awalnya, dalam
melaksanakan nilai-nilai mungkin secara bersama-sama, tetapi pada proses
selanjutnya anak akan melaksanakan nilai-nilai sendiri, sebagai manusia
purnawan. Pendidikan juga memandang bahwa anak didik memiliki sifat-sifat
individualitas, sosialitas, moralitas, dan unisitas. Pengingkaran salah satunya
maka pendidikan akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya
KONSEKUENSI PENDIDIKAN
Mengingat
bahwa pendidikan hanya untuk manusia, dan manusia dapat dipandang dari berbagai
aspek maka konsekuensinya pendidikan harus mampu mengembangkan aspek-aspek
tersebut sebagai unsur keseluruhan. Aspek-aspek yang
dikembangkan dalam pendidikan meliputi “Lima H “, yaitu : Head : pengembangan
pikir, akal.
Heart : pengembangan rasa, karsa. Hand : pengembangan
ketrampilan, jasmani. Health : pengembangan kesehatan,
kebersihan. Heaven ; pengembangan
rasa Ketuhanan, moral. Dengan pengembangan aspek-aspek tersebut anak didik diharapkan mampu menghadapi perubahan dan permasalahan.
PROSES BELAJAR SEPANJANG
HAYAT.
Proses belajar berarti bagaimana seseorang
melakukan suatu kegiatan jasmani dan rohani dalam rangka memperoleh pengetahuan
baru. Pengetahuan baru selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan adanya kemajuan zaman. Oleh karenanya
seseorang yang selalu ingin memperolah pengetahuan baru, seharusnya belajar
terus sepanjang hidupnya. Hadits : “Utlubil ‘ilma minal mahdi ilal lahdi”
artinya “Carilah ilmu sejak engkau masih dalam ayunan sampai liang lahat/mati”. Ki Hajar Dewantara: pendidikan
dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia, Pesan Ki
Hajar Dewantara : Bibit-Bebet-Bobot. S.Brojonagoro:
pendidikan dapat dimulai lebih awal lagi, bahkan ketika calon suami-istri masih
berpacaran.Notonagoro: pendidikan itu dapat dimulai sejak anak masih
dalam kenangan.Muda – mudi dapat mempersiapkan dirinya
sendiri
, sehingga mereka dapat menjadi bibit dan persemaian yang lebih baik, dan
pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat.
UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN.
Pendidik : adalah setiap orang
dewasa yang bertanggung jawab dan dengan sengaja mempengaruhi orang lain (anak
didik) , memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam pertumbuhan dan
perkembangan untuk mencapai kedewasaan. Orang
dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah : a. Orang
tua (ayah-ibu), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, Orang
tua juga sebagai pendidik kodrati atau pendidik asli, dan berperan dalam
lingkungan pendidikan in-formal atau keluarga. b. Pengajar atau Guru
di sekolah, yang disebut pendidik karena jabatannya atau karena keahliannya,
maka dinamakan pendidik profesional. Pengajar atau guru
adalah pendidik di lembaga pendidikan formal atau sekolah. Guru
sering disebut pendidik pembantu, karena guru menerima limpahan sebagian
tanggung jawab orang tua untuk menolong membimbing anaknya.c. Pemimpin /
Pemuka masyarakat, adalah pendidik dalam lembaga pendidikan non formal, dalam
bermacam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada di masyarakat.
Tugas Pendidik, Pendidik memiliki
fungsi sebagai perantara atau penghubung aktif yang menjembatani antara anak didik dengan tujuan pendidikan yang
dirumuskan. Agar pendidik dapat memerankan fungsinya
dengan baik maka pendidik harus melaksanakan tugas-tugas pendidik dengan baik.
Tugas-tugas pendidik : Tugas Educational (
Pendidikan) Yaitu tugas memberi
bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan kepribadian anak didik,
sehingga akan menjadi manusia yang memiliki sopan santun tinggi, mengenal
kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, memiliki tenggang rasa
terhadap sesama, rasa sosialnya berkembang, dan lain-lainnya. Tugas Instruksional Yaitu
kewajiban pendidik dititik beratkan pada perkembangan dan kecerdasan
intelektual anak didik, dengan tekanan perkembangan pada kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor, sehingga dapat menjadi manusia yang cerdas, bermoral
baik dan sekaligus terampil. Tugas manajerial (Pengelolaan) Pendidik
berkewajiban mengelola kehidupan lembaga (kelas), meliputi : 1) Personal atau anak didik,
yang erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak. 2) Material
atau sarana, meliputi alat-alat, media, dan perlengkapan yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan. 3) Operasional
atau tindakan yang dilakukan, menyangkut metoda, pelaksanaan mengajar, shg KBM
dapat memberikan hasil yang
optimal.
Hal-hal yang harus diingat oleh pendidik :
Meskipun usaha pendidik
dapat memberikan manfaat yang besar dan kemajuan dalam segala hal kehidupan,
namun pendidik harus ingat bahwa anak sendirilah yang berkembang berdasarkan
pembawaan yang ada pada dirinya. Pendidik tidak dapat menambahkan pembawaan
yang tidak ada pada anak didik. Pendidik hanya dapat mempengaruhi situasi, agar
anak dalam situasi yang baik, berkembang dengan tepat, tidak sesat, tidak
membahayakan kelangsungan perkembangannya.
Hal inilah yang oleh Ki
Hajar Dewantara dimaksudkan agar pendidik hanya “Tutwuri Handayani” . Pendidik
hanya mengikuti anak berkembang sendiri
dan memberi pengaruh agar perkembangan
anak berjalan lebih pesat, serta
mampu menghindarkan diri dari bahaya.
Syarat
Pendidik.
Pendidik akan
mampu memenuhi tuga-tugasnya dengan baik bila memenuhi beberapa persyaratan : a. Umur, Pendidik harus sudah dewasa (>18 tahun), Bagi pendidik kodrati, asalkan sudah memiliki anak,
maka dia bertanggung jawab untuk mendidik anaknya. Bagi
guru, umur minimal 18 tahun, sedangkan pendidik di lembaga non formal tidak
dipersyaratkan secara khusus. b. Kesehatan, Pendidik wajib sehat jasmani dan rohani.
c. Keahlian / Skill dan d.
Kesusilaan dan Dedikasi .
Sifat
– Sifat Pendidik. Sifat Positif , meliputi : Rasa tanggung jawab dan dedikasi,
Kecintaan, kebijaksanaan,
dan kesabaran. Sifat Negatif, meliputi
: Lekas
marah, dan syak wasangka, Suka menyendiri, Haus pengormatan dan pujian orang lain,
Gugup, Bimbang, Ragu, dan
Takut,
Mudah kecewa.
Anak
Didik adalah anak yang
belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi
dewasa, guna melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia,
sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai suatu pribadi
atau individu.
Anak kandung adalah anak didik dalam lingkungan keluarga.
Murid/siswa adalah anak didik di sekolah, Anak-anak penduduk adalah anak didik
masyarakat sekitarnya.
Pada hakekatnya
pendidikan yang diberikan kepada manusia muda adalah mengembangkan unsur-unsur
yang ada pada manusia. Misalnya, untuk mengembangkan unsur raga diberikan pendidikan
jasmani, untuk unsur cipta ada pendidikan akal, dan sebagainya.
Pembawaan
Anak Didik
Anak pada waktu lahir
memiliki bekal berupa perbuatan siap,
yang pelaksanaannya berdasarkan instink.
Selain instink, anak juga memiliki bekal berupa potensi yang karena ada rangsangan dan kesempatan bisa berkembang.
Benih potensi ini disebut pembawaan. Perkembangan pembawaan masing-masing anak tidak sama.
Anak yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang baik, dapat memberikan
hasil-hasil yang memuaskan. Pembawaan yang menonjol ini disebut dengan bakat.
Orang yang menganut
pendirian predisposisi berpendapat
bahwa pembawaan seseorang berasal dari Tuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa
pembawaan seseorang adalah karena keturunan (hereditas).
Beberapa
pandangan tentang pembawaan :
John Locke : Anak pada
waktu lahir bagaikan kertas kosong, dia tak memiliki pembawaan.J.J. Rousseau:
semua anak lahir dengan pembawaan baik, dan perilaku buruk yang timbuladalah
karena setelah ditangani manusia. Arthur Schopenhauer : anak pada waktu lahir dengan pembawaan baik – buruk.
William Stern: anak pada waktu lahir berpembawaan baik atau buruk. Selanjutnya kita menganut pandangan bahwa pembawaan itu
ada, dan pembawaan itu meliputi pembawaan baik dan buruk.
INTERAKSI
EDUKATIF ANTARA PENDIDIKAN DAN ANAK
DIDIK.
Proses mengikat dan proses melepas Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa
persatu paduan antara orang tua dengan anak dalam usaha pendidikan melewati dua
proses yang penting yakni proses mengikat,
yaitu persatu paduan yang erat dan akhirnya. proses
melepas yang
meliputi hubungan yang mengendor dan makin renggang demi kepentingan anak agar
dapat berdiri sendiri. Anak yang mengalami proses mengikat terlalu panjang
menyebabkan anak menjadi manja, kurang mandiri. Dan bila proses mengikat
terlalu pendek maka anak akan menjadi dewasa sebelum masanya
( dewasa semu). Yang ideal adalah proses mengikat disesuaikan dengan
sifat-sifat anak dihubungkan dengan ilmu jiwa anak dan kewajaran anak.
PENDIDIKAN
SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem adalah kesatuan
fungsional dari komponen – komponen yang terdapat di dalamnya, yang saling
bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Dengan demikian bila salah satu
komponen tidak berfungsi maka yang lainnya tidak berfungsi.
Komponen – komponen dalam sistem pendidikan:
pendidik,
anak didik,
kurikulum ( tujuan, materi,
metode),
sarana/alat,
dana,
lingkungan ( sosial budaya,
keamanan, penduduk, politik, ekonomi, dsb).
TARDIK 3 LANDASAN PENDIDIKAN.
Landasan adalah sesuatu yang dipakai sebagai
dasar untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya
(termasuk aktivitas pendidikan ) akan dijiwai atau diwarnainya. Landasan
– landasan pendidikan : Landasan
Filosofis, Landasan Sosiologis,
Landasan
Kebudayaan/Kultural, Landasan Psikologis,
Landasan Ilmiah
dan Teknologi.
LANDASAN FISIOLOGIS.
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Dari kata philein
=
cinta, shophia =
kebijaksanaan, philein shophia = cinta
akan kebijaksanaan ( love of wisdom ). Problem
– problem pokok dalam filsafat yang menjadi landasan
filosofis pendidikan : a.Problem realita dalam
filsafat metafisika, menjadi landasan filosofis penyusunan konsep tujuan
dan metodologi pendidikan. b.Problem pengetahuan dalam filsafat epistemologi menjadi landasan
filosofis penyusunan konsep dasar kurikulum. c.Problem nilai dalam filsafat aksiologi menjadi landasan
filosofis penyusunan tujuan pendidikan. d.Problem ketepatan bekerjanya akal dalam filsafat logika menjadi
landasan filosofis berbagai metodologi pendidikan.
Berbagai aliran
filsafat sebagai landasan filosofis pendidikan
yaitu :
a. Perenialisme : Landasan filosofis konsepsi pendidikan
perenialisme adalah filsafat Idealisme. Dasar penyusunan konsep pendidikannya
adalah kepercayaan aksiomatis jaman kuno dan abad pertengahan. Perensialisme setia pada prinsip-prinsip yang
sifatnya abadi, menolak pandangan bahwa sesuatu itu selalu berubah, keadaan
yang tetap adalah nyata dari pada perubahan.
Prinsip pokok konsepsi pendidikan Perenialisme :
Ø Meskipun lingkungannya berbeda-beda, dimanapun harga manusia sama. Dengan
demikian pendidikan hendaknya sama untuk setiap orang.
Ø Karena penalaran merupakan ciri utama dari manusia maka manusia harus
mempergunakannya untuk mengarahkan instink alamiahnya sesuai dengan tujuan-tujuan
yang diinginkannya
Ø Adalah menjadi kewajiban pendidikan untuk menyebarluaskan pengetahuan
tentang kebenaran yang hakiki
Ø Pendidikan bukanlah sesuatu peniruan hidup, melainkan suatu persiapan
untuk hidup. Siswa harus diajar pelajaran dasar yang dapat membawanya untuk
mengenal berbagai keadaan yang sifatnya tetap. Seperti misalnya hasil
kesusasteraan, sejarah, filsafat dan pengetahuan kealaman yang merupakan hasil
kemauan dan kemampuan manusia sepanjang jaman.
b. Esensialisme, Landasan filosofis konsepsi
pendidikan Esensialisme adalah aliran filsafat Idealisme dan Realisme (modern). Konsepsi
pendidikan essensialisme adalah nilai-nilai yang esensial yaitu teruji oleh
waktu, bersifat menuntun dan telah turun-temurun dari jaman ke jaman dengan
mengambil jaman renaissance sebagai permulaan.
Prinsip-prinsip pokok aliran esensialisme :
Ø Belajar pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan yang berupa kerja keras,
yang kadang-kadang merupakan kegiatan yang sebenarnya tidak dikehendaki .
Ø Prakarsa dalam pendidikan hendaknya terletak pada guru, bukan pada siswa
Ø Inti proses pendidikan adalah terserapnya bahan pelajaran yang telah
direncanakan.
Ø Sekolah hendaknya melaksanakan (kembali)
metode tradisional dalam menanamkan pengetahuan pada diri siswa. Metode
“belajar dengan Bekerja” atau “learning by doing” mungkin hanya cocok
untuk bahan anak tertentu saja.
c. Progressivisme Landasan filosofis konsepsi pendidikan progressivisme adalah aliran
filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Konsepsi pendidikan
progressivisme adalah perubahan. Perubahan merupakan inti
dari kenyataan. Pengalaman merupakan sarana utama agar manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk lain. Pendidikan
merupakan proses perubahan. Pendidikan harus siap
mengubah baik metode maupun kebijaksanaan untuk disesuaikan dengan perubahan
lingkungan. Mutu pendidikan terletak pada kemampuannya untuk terus menerus
memperbaharui (merekonstruksi) pengalaman.Oleh karenanya tugas utama
pendidik dalam mempertinggi kecerdasan dan pendekatan terhadap anak perlu menyeluruh meliputi
jiwa-badan- dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip – prinsip pokok
aliran progressivisme :
Ø Pendidikan adalah merupakan
kehidupan itu sendiri, bukan merupakan suatu persiapan untuk kehidupan. Belajar
hendaknya langsung disangkut pautkan dengan minat anak. Belajar melalui
pemecahan masalah hendaklah diutamakan dari pada pasif yang bersifat subject
matter.
Ø Peranan guru tidaklah
menunjukkan atau menuntun tetapi memberikan nasihat. Sekolah hendaklah
mengembangkan kerja sama, bukan persaingan. Hanya demokrasilah yang
memungkinkan saling tukar-menukar ide secara bebas yang amat berguna bagi
pribadi yang utuh.
d. Rekonstruksionisme. Landasan filosofis konsepsi
pendidikan Rekonstruksionisme adalah aliran filsafat naturalisme, realisme dan
pragmatisme. Konsepsi pendidikan Rekonstruksionisme adalah pembaharuan. Oleh
karenanya konsepsi ini mengarahkan perhatiannya kepada tanggung jawab pendidikan
dalam mengadakan pembaharuan-pembaharuan masyarakat.
Prinsip pokok konsepsinya adalah :
Ø Pendidikan harus berusaha
secara nyata ikut menciptakan tatanan sosial yang baru berdasarkan nilai-nilai
budaya yang berlaku sambil sekaligus
menyesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi dunia. Masyarakat baru adalah yang
benar-benar demokratis dimana lembaga-lembaga
pokok dan sumber-sumber yang ada di dalamnya dikontrol oleh rakyat.
Ø Anak, sekolah, dan
pendidikan itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial
dan budaya. Guru hanya dapat meyakinkan siswa-siswanya tentang kebenaran dan
mendesaknya memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial namun cara-cara yang
dipakai haruslah yang benar-benar demokratis.
Ø Tujuan dan cara-cara yang
dipakai dalam pendidikan harus secara menyeluruh diperbaharui, disesuaikan
dengan tuntutan budaya yang terjadi dewasa ini dan disejalankan dengan
penemuan-penemuan tingkah laku.
¢ Simpulan
Perenialisme dan Essensialisme dipandang
sebagai aliran tradisional dengan perbedaan bahwa Perenialisme
bersifat regresif dan Essensialisme lebih bersifat konservatif. Pada aliran tradisional, menganggap guru sebagai
subyek dan anak sebagai obyek pelaksanaan pendidikan. Progressivisme dan Rekonstruksionisme ditempatkan
sebagai aliran maju, dengan perbedaan progressivisme bersifat progressif/
evolusionistis dan rekonstruksi bersifat radikal. Aliran maju mementingkan keterlibatan siswa berfikir
kritis , guru hanya berfungsi membantu siswa dalam kegiatan berfikir dan
belajar.
Fungsi Filsafat sebagai landasan Filosofis pendidikan
: Fungsi spekulatif : berusaha mengerti
persoalan - persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi pendidikan. Fungsi Normatif : sebagai penentu arah,
pedoman untuk apa pendidikan itu, khususnya norma moral yang bagaimana
sebaiknya yang menjadi cita-cita manusia. Fungsi kritik, terutama untuk memberi
dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan dan penafsiran
data-data ilmiah seperti data pengukuran analisis evaluasi kepribadian atau
prestasi (achivement). Fungsi teori dan praktek . Teori adalah dasar bagi
pelaksanaan atau praktik pendidikan. Dengan demikian memberikan prinsip-prinsip
umum bagi suatu praktik.
LANDASAN SOSIOLOGIS
Secara etimologi sosiologi berasal dari kata sosios =
masyarakat dan logos = ilmu jadi sosilogi = ilmu sosial atau kemasyarakatan. Secara esensialis : sosiologi adalah ilmu yang
mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan masyarakat, yaitu
masyarakat tertentu mengenai susunannya, hakikat hubungan-hubungan serta
kodrat-kodrat yang menggerakkannya, yang menguasai kesadaran dan
perkembangannya. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang tidak
dapat hidup secara sendirian, tetapi merupakan makhluk yang saling berinteraksi
dengan lingkungannya, khususnya lingkungan manusia terhadap manusia lain.
Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan orang
lain secara gotong royong. M.J.Langeveld mengatakan bahwa pergaulan
merupakan “ladang” yang sangat luas yang memungkinkan terjadinya pendidikan.
Dalam hal ini tentu pergaulan yang pedagogis dan positif, karena pergaulan
–pergaulan ini sangat penting bagi perkembangan individu anak. Kegunaan
pergaulan di dalam pendidikan yaitu : Memungkinkan terjadinya
pendidikan, Pergaulan merupakan sarana
untuk mawas diri, Pergaulan dapat menimbulkan
cita-cita, Pergaulan dapat memberikan
pengaruh secara diam-diam.
Norma – norma dalam kehidupan.
Di dalam masyarakat dikenal beberapa macam norma, yang merupakan hasil
usaha manusia yang disepakati bersama di dalam kelompok masyarakat, agar supaya
kepentingan kebutuhan hidupnya tidak saling berbenturan satu sama lain sehingga
dapat menimbulkan rasa aman,tenteram, dan damai atau hidup yang harmonis,
selaras, serasi, dan berimbang dengan warga masyarakat yang lain. Norma
hidup meliputi :Norma religious, Norma hokum, Norma kesusilaan/Etika, Norma adat.
Masalah-masalah sosial yang mewarnai masalah
pendidikan :
1. Masalah sosial yang
berhubungan dengan siswa yaitu : keadaan sosial – ekonomi, lingkungan social, harapan/cita-cita masa depan yang belum jelas, kontrol sosial yang terlalu lemah terhadap tingkah
laku anak.
2. Masalah sosial yang
berkenaan dengan guru yaitu : penghasilan / gaji, persiapan mengajar, ilmu, ketrampilan, dan pengetahuan yang dimiliki, dan disiplin.
LANDASAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan
atau kultur adalah hasil budi daya nanusia/bangsa. Kebudayaan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang
timbul sebagai usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, artinya bahwa kebudayaan
lama dan asli yang terdapat di Indonesia. Kedudukan kebudayaan di dalam pendidikan Selain
kebudayaan merupakan isi atau materi pendidikan, kebudayaan mempunyai kedudukan yang sangat penting di
dalam pendidikan. Ki
Hajar Dewantara dalam buku pendidikan (1977:15) bahwa Pendidikan Nasional
ialah “Pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya dan ditujukan
untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan
rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa lain dalam rangka
kemuliaan segenap manusia seluruh dunia”. Pelaksanaan pendidikan RI sejak kemerdekaan sampai sekarang seperti yang
ditetapkan dalam Tap MPRS/MPR adalah mendasarkan pada kebudayaan bangsa yang dirumuskan dalam Pancasila,
sedangkan bahasa Indonesia merupakan salah satu kebudayaan nasional kita yang
dapat melandasi pendidikan terutama untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa
dan dapat juga melandasi pendidikan lebih lanjut, karena bahasa merupakan alat
komunikasi.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Psikologi
berasal dari kata Psyche => jiwa, Logos => ilmu. Jiwa adalah
: Sesuatu yang menyebabkan
adanya gerak, Sesuatu yang menimbulkan
adanya kehidupan, Sesuatu yang menyebabkan
manusia berpikir. Berjiwa, Bergerak, dan Berpikir adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia yang hidup tentu berjiwa-bergerak- berpikir, Tiga hal tersebut merupakan predikat dari manusia
yang hidup.
1.Bantuan Psikologi terhadap Pendidikan. Psikologi diartikan sebagai studi tentang tingkah
laku dan hubungannya antar manusia. Manusia merupakan organisme yang sangat kompleks dan banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik lingkungan manusia itu sendiri, benda-benda, situasi dan
semua dunia luar yang ada dalam kehidupan manusia. Adanya keunikan dan kekomplekan organisme manusia juga keunikan
masing-masing individu manusia perlu disadari oleh para pendidik. Seorang pendidik harus mengetahui psikologi
pendidikan karena “psikologi berusaha
menerangkan bagaimana individu dan kelompok pada tingkat usia yang berbeda
dapat memberikan sambutan yang baik terhadap stimulan yang datang dari lingkungan”.
Setiap
individu anak memiliki sifat kepribadian yang berbeda-beda, dan kepribadian ini
dapat ditentukan oleh faktor - faktor :
a.Faktor Keturunan
(Heredits). Faktor hereditas ini
diperkuat oleh Gregorius Mendel yang mengatakan bahwa sifat dan bakat anak itu
diturunkan dari orang tuanya, sehingga fungsi pendidikan adalah mengembangkan
potensi atau pembawaan anak yang dibawa sejak lahir.
b.Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat
terhadap perkembangan kepribadian anak. John Locke mengemukakan bahwa faktor lingkungan
itu merupakan pengalaman-pengalaman yang dapat memperkaya pengetahuan anak.
Oleh karenanya pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan rohaniah, dan lingkungan spiritual.
c.Faktor Diri ( self ). Faktor diri adalah
faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor ini dapat berupa
motivasi dari manusia itu sendiri, dan hal-hal yang unik dari manusia sendiri,
misalnya kecerdasan , sikap, watak yang berbeda-beda. Dengan diketahuinya perkembangan kejiwaan anak maka
guru dapat memberikan pendidikan dan pengajaran yang tepat atau efektif dan
efisien. Perkembangan kejiwaan inilah yang menjadi lahan pembicaraan psikologi.
Maka psikologi dapat memberikan landasan dalam dunia pendidikan.
2. Kedudukan
Psikologi dalam Pendidikan. Peserta didik adalah anak
yang mempunyai aspek jiwa-raga, yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Untuk dapat mengenal dengan baik jiwa anak didik,
pendidik harus mempelajari ilmu jiwa atau psikologi, sehingga pendidik dapat
mengenal :
a. Aspek-aspek perkembangan anak
didik
b. Kepribadian anak didik
c. Bagaimana aspek-aspek
perkembangan itu mengalami proses perkembangan
d. Bagaimana bergaul dengan anak
didik, untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran
e. Bagaimana mengarahkan dan
memacu atau mempengaruhi perkembangan anak didik
f. Bagaimana mengidentifikasi hasil
pendidikan dan pengajaran.
LANDASAN
ILMIAH DAN TEKNOLOGI
Aliran rekonstruksionisme
ingin merombak tatanan masyarakat lama dan ingin membangun tatanan kehidupan
berdasarkan kebudayaan baru. Hal itu hanya dapat dicapai melalui proses
pendidikan. Tatanan kehidupan baru yang
dicapai melalui pendidikan tersebut dapat diwujudkan dengan potensi-potensi teknologi
yang mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran, keamanan dan
jaminan hukum bagi mayarakat. Pendidikan merupakan interaksi antara subyek dan kebudayaan, sehingga
masyarakat dan kebudayaan merupakan pusat orientasi pendidikan. Ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai materi
pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga memberi andil yang sangat besar
dalam meningkatkan kemajuan kehidupan manusia.
AZAS-AZAS POKOK PENDIDIKAN
1. Azas Tut Wuri Handayani. Dalam hubungannya dengan pendidikan modern, Tut Wuri
Handayani merupakan langkah pelaksanaan pendidikan dengan cara “mengikuti
dari belakang sambil memberikan pengaruh, maksudnya jangan menarik – narik anak
dari depan, biarkan mereka mencari jalannya sendiri”. Guru atau pamong baru
boleh campur tangan apabila anak-anak salah jalan.
Guru berfungsi sebagai
fasilitator, yang berperan dalam membantu siswa untuk bisa berkembang secara
optimal. Pendidikan humanisme
cenderung memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk menentukan sendiri
tugasnya dan bagaimana mengerjakannya. Aliran psikologi behaviorisme dan psikologi humanistic sangat cocok
dengan Tut Wuri Handayani.
2. Azas Belajar Sepanjang
Hayat. Azas belajar sepanjang hayat sering disebut azas
pendidikan seumur hidup atau “Life Long Education” atau akan lebih sempurna bila dirumuskan “Life Long Integrated Education”. Beberapa dasar pikiran
konsep pendidikan seumur hidup adalah : Tinjauan Ideologis, Tinjauan Ekonomis, Tinjauan Sosiologis, Tinjauan Politis, Tinjauan Teknologis, Tinjauan Psikologis dan
Pedagogis.
Implikasi
1.Implikasi pada program-program pendidikan : Pendidikan baca tulis, Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Profesional, Pendidikankearah perubahan dan pengembangan, Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik, Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang
2.Implikasi pada sasaran pendidikan : Para petani, Para remaja putus sekolah, Para pekerja yang
berketrampilan, Para teknisi dan golongan
professional, Para pemimpin mayarakat, Para anggota masyarakat yang sudah tua.
TARDIK
4 DASAR DAN TUJUAN
PENDIDIKAN,
Setiap
bangsa tentu memiliki teori, dasar, tujuan, dan pengelolaan pendidikan yang
berbeda-beda. Dasar adalah sesuatu yag dipakai sebagai
landasan untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri di
atasnya (termasuk pendidikan) akan dijiwai dan diwarnainya.
Tujuan adalah sesuatu yang akan diraih
dengan melakukan aktivitas tersebut. Pendidikan sering ditafsirkan sebagai aktivitas untuk membimbing anak,
agar anak mencapai kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Dan Kedewasaan Kedewasaan meliputi :
1. Dewasa Jasmani, Dewasa jasmani, apabila anak telah “berhenti” pertumbuhan jasmaninya
(pertumbuhan vertikal) dan telah masak untuk bereproduksi. Dewasa jasmani juga
ditandai oleh perkembangan alat-alat kelamin sebagai berikut :
a.Perkembangan alat kelamin
primer : Nampak adanya perkembangan
kelenjar-kelenjar kelamin (wanita: menstruasi pertama, dan pria: polusi
pertama) dan kelenjar kelamin itu memisahkan zat hormon yang kemudian mendesak
kelenjar-kelenjar lain sehingga mempengaruhi perilaku anak.
b.Perkembangan alat
kelamin sekunder : Nampak adanya perubahan perawakan, suara,
pertumbuhan badan tak seimbang, tumbuhnya rambut pada tempat-tempat tertentu
selain kepala.
c.Perkembangan alat kelamin
Tertier : Adanya perubahan-perubahan motorik : pada tingkah
laku, gerak tangan, sikap duduk, sikap berdiri, pilihan kata-kata, dsb.
2. Dewasa Rohani, Dewasa Rohani apabila anak
telah dapat menyesuaikan diri dengan aspek-aspek berikut :
a.Sosiologis, Bila telah dapat memenuhi syarat-syarat hidup
bersama dan telah mengerjakan beberapa tugas masyarakat ,mampu bergaul, mampu
berperan dengan tepat, mampu berpartisipasi secara konstruktif, dan mampu
mendukung kewibawaan.
b.Psikologis, Beberapa fungsi jiwa anak telah berkembang dan telah
berdeferensiasi. Dia telah mampu menilai betul-salah, mampu menampung
pendapat-pendapat orang lain secara rasional dsb.
c.Yuridis, Bila anak menurut umurnya telah dapat dikenai hukum
atas perbuatan-perbuatannya.
d.Karaktereologis, Bila fungsi-fungsi kejiwaan yang telah berkembang
itu telah merupakan kesatuan yang bercorak tertentu (integrated), corak mana
telah bersifat stabil dan mejadi dasar kelakuan selanjutnya. Dia telah mampu
menilai baik-buruk, susila-asusila, dsb
e.Paedagogis, Bila anak telah mampu menentukan sendiri dengan
tanggung jawab sendiri atas perbuatannya.
f.Filosofis, Manusia sebagai pribadi yang telah mencapai
kesadaran intelektual mengenai ide-ide yang bersifat tetap, termasuk ide
mengenai dirinya sendiri.
g.Psikologi Klinis, Kedewasaan individu ditentukan oleh bagaimana ia
dapat mengendalikan dorongan-dorongan “Id” nya dengan sadar, ditandai oleh
banyaknya sublima yang dilakukan, dan kemampuan mengatasi konflik yang
memuaskan baginya.
Tujuan Pendidikan dan Pandangan Hidup
Pendidik
adalah orang dewasa, normal, beradab, dan bertanggung jawab. Mereka memiliki
pengalaman hidup dengan segala liku-likunya. Mereka melihat, merenungkan, dan
mempelajari nilai-nilai hidup baik dari bangsanya sendiri maupun dari
bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu mereka
juga memiliki “pandangan tertentu” untuk kepentingan dirinya
maupun untuk kepentingan anak keturunannya. Para ahli menyusun nilai-nilai hidup itu secara sistematis menjadi
filsafat hidup (pandangan hidup). Dalam dunia pendidikan , persoalan-persoalan
yang ada kaitannya dengan tujuan pendidikan , akan diwadahi oleh filsafat hidup
suatu bangsa yang melakukan akivitas pendidikan tersebut. Bagi bangsa Indonesia, filsafat hidup (pandangan
hidup) itu adalah Pancasila. Karena perbedaan filsafat hidup bagi setiap
bangsa , maka tujuan pendidikan juga berbeda-beda bagi masing-masing bangsa.
Sifat dan Tujuan Pendidikan
Langeveld
mengemukakan serangkaian tujuan pendidikan yang saling bertautan, meliputi :
tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidental,
dan tujuan intermedier. Tujuan Umum (Tujuan
Total/Lengkap), Tujuan Khusus, tujuan tak lengkap , tujuan sementara, tujuan incidental, tujuan intermedier.
Tujuan Pendidikan dan Perubahan Zaman
Pendidikan
tidak terlepas dari situasi serta kondisi-kondisi konkret di masyarakat. Hal
ini berarti bahwa pendidikan itu selalu mempunyai watak yang dicerminkan oleh
keadaan dan sifat masyarakat. Keadaan masyarakat berbeda-beda dan selalu
berubah. Sehingga tujuan pendidikan
pun selalu tidak tetap sepanjang masa dan tidak sama pula untuk setiap bangsa. Di negara-negara barat, misalnya : Yaman Yunani kuno, zaman pertengahan ( abad 5 – 15), zaman feodalisme ( abad 19-20), Di Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan tahun
1945 sampai sekarang juga telah mengalami beberapa kali perumusan tujuan
pendidikan.
Tujuan Pendidikan Di Indonesia
1.Menurut Menteri P&K
Mr.Suwardi, taggal 1 Maret 1946: “Tujuan pendidikan membentuk patriotisme”, Rumusan di atas sesuai dengan tahap revolusi fisik
yang ditandai kembalinya pemerintahan colonial.
2.Menurut UUPP No.4/1950,Jo
No.12/1954: “Tujuan Pendidikan dan
Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air”.
3.Menurut Tap MPRS nomor
II/MPRS/1960, Tujuan pendidikan adalah
supaya melahirkan :
a.Warga negara Indonesia
yang berjiwa Pancasila, ialah:Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan yang
adil dan beradab, Kebangsaan, Kerakyatan, Keadilan social.
b.Tenaga-tenaga kejuruan
yang ahli dan berjiwa Revolusi Agustus 1945.
4.Menurut Tap MPRS
No.XXVII/1966. Tujuan Pendidikan:
“membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti
yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945 “
5.Menurut Tap MPR
No.IV/MPR/1973. Tujuan pendidikan nasional:
Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia
pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan aktivitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama
manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
6.Menurut Tap MPR
No.IV/MPR/1978. Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
7. Menurut Tap MPR
No.II/MPR/1983. Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
8. Menurut Tap MPR
No.II/MPR/1988. Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
9. Menurut UU RI No.2 tahun
1989. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Rumusan umum dan
Rumusan Khusus, Dengan adanya inovasi di
bidang pendidikan maka muncullah tujuan-tujuan yang bersifat konkrit dan sempit, yaitu :
a.Tujuan Institusional
adalah tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh lembaga yang bersangkutan
sebagai lembaga pendidikan, misalnya tujuan Sekolah dasar, tujuan Sekolah
menengah umum, tujuan sekolah menengah kejuruan dan lain-lain.
b.Tujuan Kurikuler yaitu
tujuan yang akan dicapai oleh setiap matapelajaran atau bidang studi tertentu.
c.Tujuan Instruksional
adalah tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan pengajaran tertentu. Tujuan ini dibedakan menjadi Tujuan Instruksional
umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
10.Menuurut UU RI No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 2 dirumuskan: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Pada pasal 3 dirumuskan,
“tujuan pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Catatan :
Ø Tujuan pendidikan tidak
berdiri sendiri, tetapi dirumuskan atas dasar sikap hidup bangsa dan cita-cita
negara dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh
norma-norma yang berlaku bagi semua warga negara.
Ø Hal ini berarti bahwa
sebelum seseorang melaksanakan tugas kependidikannya, ia harus memahami
falsafah negara, supaya norma yang melandasi hidup bernegara tercermin dari
tindakannya.
Ø Setiap pendidikan yang
diarahkan kepada pembentukan sikap positif pada anak didik, hendaknya diperhitungkan
pula bahwa manusia muda (anak didik) itu tidak hidup tersendiri di dunia ini.
Ø Sehubungan dengan
“kedewasaan” yang ingin dicapai, maka perlu diketahui dan disadari bahwa :
dalam proses perkembangannya, anak memerlukan bantuan, dan bantuan itu tidak ditentukan
oleh pendidik. Disamping itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan hakikat
individu individu dan sosialitasnya.
PERGAULAN,KEWIBAWAAN danLINGKUNGAN
¢ Pengertian Pergaulanadalah kontak
langsung antara satu individu dengan individu lain, termasuk di dalamnya antara
pendidik dan anak didik.Pergaulan merupakan
salah satu sarana dalam mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.Dalam
pergaulan itu pendidik dapat mengobservasi anak secara langsung untuk menemukan
potensi-potensi yang ada pada anak didik. Sementara itu anak didik lewat
pergaulan tersebut dapat mengetahui secara langsung apa yang ada pada pendidik,
kecintaannya, rasa sosialnya, ketrampilannya, dedikasinya, dan sebaginya.
Saling mengetahui antara pendidik dan anak didik akan memudahkan usaha
bimbingan, dan pertolongan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Macam-macam Pergaulan
Pergaulan dapat dibedakan atas dasar :
1.Pergaulan anak dengan anak
2.Pergaulan anak dengan orang dewasa
3.Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa
Nilai pergaulan dapat dibedakan menjadi
:Pergaulan Pedagogis n Pergaulan tidak
Pedagogis
*Pergaulan tidak pedagogis dibedakan :Pergaulan biasaadalah pergaulan
yang tidak pedagogis, tetapi tidak merugikan perkembangan anak didik. Serta Pergaulan
demagogis adalah pergaulan tidak pedagogis , tetapi justru merusak
perkembangan anak didik
Pergaulan biasa dapat diubah menjadi pergaulan yang pedagogis. Hal
ini harus dilakukan dengan cara perlahan-lahan , agar jangan menimbulkan kesan pada anak didik sebagai suatu perubahan
yang sekaligus/ mendadak. Kalau hal itu terjadi maka oleh anak akan dirasakan
sebagai suatu paksaan, yang dapat menimbulkan protes atau anak didik menjauh
dari pendidik.Namun, suatu saat pendidik dapat melakukan sikap tegas, sehingga
cara mengalihkan pergaulan biasa menjadi pergaulan pedagogis dilakukan secara
sekaligus. Hal ini dilakukan bilamana dikehendaki agar anjuran atau larangan
pendidik memberi kesan yang sangat nyata.Akan tetapi pengalihan pergaulan biasa
menjadi pergaulan pedagogis dilakukan secara sekaligus adakalanya berdasarkan
alasan yang tidak tepat, misalnya :
Ø Pendidik melimpahkan kasih sayang
secara berlebihan sehingga pendidik selalu menghendaki agar anak didik dalam
pengawasannya dan pendidik kerap kali memberikan larangan atau anjuran.
Ø Pendidik terlalu buru-buru
menginginkan anak didik secara mandiri dapat melaksanakan tugasnya secara
sempurna, sehingga pendidik terlalu ikut campur tangan Sikap pendidik yang
demikian berkesan sebagai suatu tirani.
Pentingnya Pergaulan dalam Pendidikan
Menurut M.J.Langeveld, pergaulan
merupakan ladang, atau lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan.Pendidikan
hanya akan terjadi dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak yang belum
dewasa. Pada pergaulan antara sesama orang dewasa, mungkin saja terjadi
pendidikan, hanya saja pendidikan yang timbul, letak tanggung jawab bukan di
tangan orang yang memberi nasihat, larangan, atau saran, melainkan tanggung
jawab terletak pada orang dewasa yang menerimanya atau yang diberi. Misalnya,
guru A menasihatkan suatu kebijaksanaan kepada guru B, maka guru A tak
sedikitpun memiliki kewenangan kepada guru B untuk mengontrol atau menegurnya
apakah dia melaksanakan kebijaksanaan tersebut atau tidak.
Perbedaan antara pergaulan anak dengan Sesama
anak, dan pergaulan anak dengan orangdewasa :
Pergaulan antar sesama anak sama
sekali tidak memberi sumbangan bagi perkembangan rohani anak didik. Pergaulan
antar sesama anak tetap merupakan pergaulan biasa, karena anak belum memiliki
tanggung jawab, anak belum memiliki kewibawaan. Kalaupun anak yang satu dengan
yang lain kelihatan patuh dan taat, hal itu bukan karena kewibawaan anak yang satu
terhadap yang lain, melainkan karena adanya rasa takut. Ketaatan yang didasari
takut adalah karena terpaksa, bukan atas dasar sukarela.Syarat terjadinya
proses pendidikan adalah adanya kewibawaan. Secara kodrati, seorang anak
memerlukan perasaan aman dan terlindungi. Orang dewasa akan mampu mewujudkan
perasaan aman bagi anak yang belum dewasa.
Faedah Pergaulan
1. Pergaulan memungkinkan terjadinya
pendidikan
2. Pergaulan merupakan sarana untuk mawas
diri
3. Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita
4. Pergaulan bisa memberikan pengaruh secara
diam-diam
¢ Kewibawaan, Kata dasarnya wibawa
= kekuatan sakti, ataukata-kata yang mempunyai kekuatan, atauKata-kata
yang mempunyai kekuatan yang mengikat agar dilaksanakan oleh siapa saja yang
menerima kata-kata tersebut. Kewibawaan tidaklah nampak. Yang dapat dilihat
dan dihayati adalah gejala-gajalanya saja, baik dalam perbuatan (gezagshandeling),
maupun dalam bentuk hubungan kewibawaan (gezagsverhounding). Jadi
kewibawaan atau Gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada
seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan
sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar