Rabu, 16 Januari 2013

Pengantar Pendidikan


PENGANTAR PENDIDIKAN
TARDIK 1.
Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk “monodualis”: Jiwa – Raga (Notonagoro,1968). Dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehingga mampu mempertimbangkan betul-salah, baik-buruk, menerima-menolak terhadap sesuatu yang dihadapi. Dari aspek raga, manusia memiliki  sifat benda mati (an organis), tumbuh-tumbuhan(vegetatif), dan hewan sehingga tingkah lakunya dikuasai oleh hukum alam dan didorong oleh instingnya. Dari aspek yang lain, manusia adalah makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berdiri sendiri, dan makhluk ber-Tuhan.
¢ Ditinjau dari filsafat antropologi : 1. manusia adalah makhluk berbudi (homosapien) 2. manusia adalah makhluk berakal (homorational) 3. manusia adalah makhluk kreatif (homofaber) 4. manusia adalah makhluk ber-Tuhan  (homoreligius) 5. manusia adalah binatang yang dapat dididik (animal educandum)
¢ Ditinjau dari Anasir pokok : a. Ada b. Bertubuh c. Hidup d. Sensitif e. Rasional
¢ Asal Terjadinya manusia. Teori Evolusi : manusia berasal dari kera, Evolusi = evolution = perkembangan. Dalam  sejarah : perkembangan sosial, ekonomis, politis yang berjalan sedikit demi sedikit tanpa unsur paksaan. Dalam IPA : perkembangan berangsur-angsur dari benda yang sederhana menuju sempurna. Misalnya, dari tumbuhan menjadi binatang, dari binatang menjadi manusia. Beberapa tokoh dalam Teori Evolusi: 1. J.B. de Lamark (Perancis,1774-1829) 2. Charles Darwin (Inggris,1809) 3. Ernst Heinrich Haeckel (Jerman,1834-1919).
¢ J.B. de Lamark Tumbuh-tumbuhan è Binatang è Manusia (Oleh pengaruh alam), Charles Darwin Individu di alamè bertahan hidupè binatang (Binatang yang paling maju adalah kera) dalam struggle of life sedikit demi sedikit berubah, mengarah menuju wujud manusiaè manusia, Ernst Heinrich Haeckel Sependapat dengan Darwin, tetapi è Menyangkal adanya ciptaan Tuhan è Dunia ini kekal, tak ada permulaan, tercipta dengan sendirinya secara mekanis.
¢ Berdasarkan Pandangan Agama, Dalam Kitab Kejadian (1:26,27; 2:7) berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita …. Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar Nya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia, laki-laki  dan perempuan …ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Dalam Al-Quran : 1. QS. Al-Mukminun 12-13:“Kami telah menciptakan manusia dari sari pati dari lempung. Lalu kami jadikan ia nutfah dalam tempat yang kokoh” 2. QS.Fathir 11:“Allah menciptakan kalian dari tanah gemuk lalu dari nutfah, kemudia Dia menjadikan kalian berjodoh-jodoh”. 3. QS. Al Hijr 28-29 : “ Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Aku hendak menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diacu.Bila aku telah membentuknya secara selaras, dan meniupkan kepadanya dari Ruh-Ku, sujudlah kalian kepadanya”
¢ Dalam perkembangannya, melalui penelitian dan pembuktian ilmiah, akhirnya para penganut agama mengakui adanya evolusi pada makhluk hidup, artinya mereka menerima adanya teori evolusi terbatas. Para penganut agama menerima pandangan bahwa dalam waktu yang relatif lama , makhluk hidup mengalami perkembangan yang membawa perubahan kearah yang lebih sempurna, tetapi terbatas pada masing-masing tingkat saja, artinya secara horisontal, bukan vertikal, yakni : yang tumbuhan tetap sebagai tumbuhan, yang binatang tetap sebagai binatang, dan yang manusia tetaplah sebagai manusia.
¢ DIMENSI KEMANUSIAAN DAN PENDIDIKAN.
1.Manusia sebagai makhluk individu, Pada saat lahir, manusia masih sangat lemah. Segala aspek jiwa-badannya masih bersifat potensial. Untuk megembangkan semua potensi positif maka diperlukan sesuatu di sekitarnya, yaitu pendidikan.
2.Manusia sebagai makhluk social, Manusia saling membutuhkan, saling membantu, saling melengkapi, dan saling bekerjasama. Manusia sebagai makhluk sosial dalam rangka mengembangkan dirinya juga memerlukan kerjasama dengan dunia sekitar, dunia sosial, termasuk juga dunia pendidikan.Berkat pendidikan, manusia menjadi saling terbuka dan tidak egois.
3. Manusia sebagai makhluk susila, Susila = adab, beradab, Susila è kehalusan budi Adab  è  keluhuran budi. Kehalusan dan keluhuran budi merupakan dua sifat yang nampak dalam hidup manusia sebagai makhluk terpilih, makhluk berbudi yang memiliki kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat lainnya yang membedakan dengan hewan. Pendidikan merupakan pengejaran dan pelaksanaan nilai-nilai . Jadi pendidikan adalah tindakan yang membawa anak didik untuk bisa memahami, mengalami, menghayati nilai-nilai kemanusiaan.
4. Manusia sebagai makhluk beragama, Manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri. Dalam tingkah lakunya diwarnai oleh kebebasannya. Meski demikian ia menyadari bahwa di luar dirinya terdapat kekuatan yang menguasai dan mengatur dirinya , ialah Tuhan Yang Maha Kuasa.
¢ KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN,
Pada saat dilahirkan, manusia sudah lengkap baik dari aspek jasmaniah maupun rohaniahnya, tetapi masih lemah, karena masih bersifat potensial. Untuk mencapai kesempurnaan, sehingga hal-hal yang sifatnya potensial dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka diperlukan bantuan, bimbingan , dan pengarahan orang lain yang bertanggung jawab. Manusia yang sedang tumbuh ini perlu diberikan pendidikan. Teori-teori yang menyangkut kebutuhan manusia akan pendidikan : Teori Empirisme, Teori Nativisme, Teori Naturalisme, dan Teori Konvergensi.
Teori Empirisme (John Locke :1632-1704) Faktor lingkungan (pendidikan) menentukan perkembangan anak. Teori ini juga dikenal dengan teori tabularasa, artinya anak yang baru lahir diibaratkan sebagai kertas putih bersih, dan lingkunganlah yang mewarnai anak tersebut. Teori ini juga dikenal dengan teori optimisme, karena pendidik akan mampu membuat anak didik menjadi seperti yang dikehendakinya.
 Teori Nativisme (Arthur Schopenhauer:1788-1860) Perkembangn anak sangat ditentukan oleh hereditas  dan faktor-faktor dalam yang bersifat kodrati. Pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat  diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Dengan kata lain, lingkungan/pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan anak didik.Teory Naturalisme (J.J.Rousseau, 1712-1778, Perancis) Semua anak berpembawaan baik pada waktu lahir, dan menjadi buruk setelah di tangan manusia atau masyarakat. Perkembangan anak tetap menjadi baik apabila diserahkan kepada alam. Pendidikan hanyalah berusaha memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya dan diserahkan kepada alam. Pendidikan merupakan tindakan yang negative, oleh karenanya teori ini juga dikenal dengan teori negativisme.
Teori Konvergensi (William Stern, 1871-1938) Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor internal  (pembawaan) dan faktor eksternal (lingkungan). Jadi pendidikan membantu perkembangan dari pembawaan anak. Catatatan  : Dalam perkembangan selanjutnya, selain faktor pembawaan   dan  faktor lingkungan, terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu auto activities anak.
¢ Pendidikan di Indonesia.
Tujuan Pendidikan di Indonesia adalah terbentuknya  MIS, Rumusan MIS dalam berbagai peraturan perundangan pendidikan di Indonesia sering mengalami perubahan sesuai  dengan kehidupan politik yang sedang berlaku: UUD 1945, Tap MPR No.II/MPR/1988, UU No.2  tahun 1988, UU No 20 tahun 2003. Bila diperhatikan diberbagai rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, terdapat benang merah yang memperhatikan adanya pengembangan dimensi-dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keagamaan yang menggambarkan Manusia Indonesia Seutuhnya.
¢ Undang –Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BAB II : DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN. Pasal 2 : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
TARDIK 2. PENGERTIAN PENDIDIKAN.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani : Paedagogike , “Pais” = anak ; “Ago” = aku membimbing. “Paedagogike = aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak untuk membawanya ke tempat belajar disebut “Paedagogos” Jadi secara simbolis, inti perbuatan mendidik adalah membimbing anak, dan pada saatnya nanti dilepaskan kembali untuk dapat hidup di masyarakat. Beberapa rumusan “ mendidik “.
1.   M.Y. Langeveld : mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usahanya membimbing anak, agar menjadi dewasa.
2.Y.H.E.Y.Hoogveld : mendidik adalah membantu anak , supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri.
3. Sis Heyster : mendidik ialah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar kelak ia mendapatkan kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain.
4. S.Brojonagoro: mendidik berarti memberi tuntunan  kepada manusia yang belum dewasa  dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai dengan tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
5. UU Nomor 20 tahun 2003 (SISDIKNAS) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari kelima rumusan di atas, mendidik berarti : Adanya pengaruh atau bantuan dari orang yang bertanggung jawab kepada anak didik, Adanya pembentukan terhadap pribadi anak didik, Menyerahkan kebudayaan kepada generasi berikutnya (generasi muda), Adanya sikap generasi muda yang : reseptif, selektif, dan continuous, Dengan adanya sikap generasi muda tersebut maka setiap pergantian generasi selalu ada inovasi, perubahan, dan perkembangan.
                PROSES PENDIDIKAN Manusia bukan makhluk biologis semata, melainkan : Seorang pribadi= mengerti akan dirinya, Seorang person= mampu menempatkan dirinya sesuai dengan situasinya, Seorang subyek= dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada ditangannya sendiri. Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, belum sampai pada taraf maksimal. Mendidik disebut perbuatan fundamental karena mendidik adalah memanusiakan manusia muda, Mendidik juga merupakan perbuatan hominisasi dan humanisasi. Hominisasi = penjadian manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf maksimal. Humanisasi = menuju ke perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi.
Dari rumusan di atas, inti dari pendidikan adalah :
1.Pendidikan adalah Pemanusiaan anak, Pemanusiaan artinya pendidik memanusiakan anak didik, serta pendidik mamanusiakan dirinya sendiri. Proses ini akan berakhir bila anak didik sudah dapat memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan
2.Pendidikan adalah Pembudayaan anak. Pembudayaan menunjukkan aktivitas baik pendidik maupun anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak didik membudayakan dirinya sendiri. Contoh : seorang ibu mengajari anak mengenakan celana dan sepatu. Kelak anak dapat berbuat hal itu sendiri. Selanjutya proses pembudayaan menuju ke arah “berdikari”, dan anak menjadi manusia yang purnawan.
3.Pendidikan adalah pelaksanaan nilai-nilai. Pelaksanaaan disini adalah perjumpaan antara aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik. Jika seorang ibu mengenakan pakaian kepada anak, berarti ibu melaksanakan nila-nilai berpakaian kepada anak. Bila seorang ibu mengajak anak berdoa, maka ibu melaksanakan nilai-nilai keagamaan, dan anak juga melaksanakannya. Pada awalnya, dalam melaksanakan nilai-nilai mungkin secara bersama-sama, tetapi pada proses selanjutnya anak akan melaksanakan nilai-nilai sendiri, sebagai manusia purnawan. Pendidikan juga memandang bahwa anak didik memiliki sifat-sifat individualitas, sosialitas, moralitas, dan unisitas. Pengingkaran salah satunya maka pendidikan akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya
KONSEKUENSI PENDIDIKAN
                Mengingat bahwa pendidikan hanya untuk manusia, dan manusia dapat dipandang dari berbagai aspek maka konsekuensinya pendidikan harus mampu mengembangkan aspek-aspek tersebut sebagai unsur keseluruhan. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam pendidikan meliputi “Lima H “, yaitu  : Head : pengembangan pikir, akal. Heart               : pengembangan rasa, karsa. Hand : pengembangan ketrampilan, jasmani. Health              : pengembangan kesehatan, kebersihan. Heaven ; pengembangan rasa Ketuhanan, moral. Dengan pengembangan aspek-aspek tersebut anak  didik diharapkan  mampu menghadapi perubahan dan permasalahan.
PROSES BELAJAR SEPANJANG HAYAT.
Proses belajar berarti bagaimana seseorang melakukan suatu kegiatan jasmani dan rohani dalam rangka memperoleh pengetahuan baru. Pengetahuan baru selalu mengalami perkembangan sesuai dengan adanya kemajuan zaman. Oleh karenanya seseorang yang selalu ingin memperolah pengetahuan baru, seharusnya belajar terus sepanjang hidupnya. Hadits : “Utlubil ‘ilma minal mahdi ilal lahdi” artinya “Carilah ilmu sejak engkau masih dalam ayunan sampai liang lahat/mati. Ki Hajar Dewantara: pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia, Pesan Ki Hajar Dewantara : Bibit-Bebet-Bobot. S.Brojonagoro: pendidikan dapat dimulai lebih awal lagi, bahkan ketika calon suami-istri masih berpacaran.Notonagoro: pendidikan itu dapat dimulai sejak anak masih dalam kenangan.Muda – mudi dapat mempersiapkan dirinya
sendiri , sehingga mereka dapat menjadi bibit dan persemaian yang lebih baik, dan pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat.
UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN.
Pendidik : adalah setiap orang dewasa yang bertanggung jawab dan dengan sengaja mempengaruhi orang lain (anak didik) , memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai kedewasaan. Orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah : a. Orang tua (ayah-ibu), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, Orang tua juga sebagai pendidik kodrati atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal atau keluarga. b. Pengajar atau Guru di sekolah, yang disebut pendidik karena jabatannya atau karena keahliannya, maka dinamakan pendidik profesional. Pengajar atau guru adalah pendidik di lembaga pendidikan formal atau sekolah. Guru sering disebut pendidik pembantu, karena guru menerima limpahan sebagian tanggung jawab orang tua untuk menolong membimbing anaknya.c. Pemimpin / Pemuka masyarakat, adalah pendidik dalam lembaga pendidikan non formal, dalam bermacam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada di masyarakat.
Tugas Pendidik, Pendidik memiliki fungsi sebagai perantara atau penghubung aktif yang menjembatani antara  anak didik dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan. Agar pendidik dapat memerankan fungsinya dengan baik maka pendidik harus melaksanakan tugas-tugas pendidik dengan baik.
Tugas-tugas pendidik : Tugas Educational ( Pendidikan) Yaitu tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan kepribadian anak didik, sehingga akan menjadi manusia yang memiliki sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, memiliki tenggang rasa terhadap sesama, rasa sosialnya berkembang, dan lain-lainnya. Tugas Instruksional Yaitu kewajiban pendidik dititik beratkan pada perkembangan dan kecerdasan intelektual anak didik, dengan tekanan perkembangan pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga dapat menjadi manusia yang cerdas, bermoral baik dan sekaligus terampil. Tugas manajerial (Pengelolaan) Pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaga (kelas), meliputi : 1) Personal atau anak didik, yang erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak. 2) Material atau sarana, meliputi alat-alat, media, dan perlengkapan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. 3) Operasional atau tindakan yang dilakukan, menyangkut metoda, pelaksanaan mengajar, shg  KBM  dapat memberikan  hasil yang optimal.
Hal-hal yang harus diingat oleh pendidik : Meskipun usaha pendidik dapat memberikan manfaat yang besar dan kemajuan dalam segala hal kehidupan, namun pendidik harus ingat bahwa anak sendirilah yang berkembang berdasarkan pembawaan yang ada pada dirinya. Pendidik tidak dapat menambahkan pembawaan yang tidak ada pada anak didik. Pendidik hanya dapat mempengaruhi situasi, agar anak dalam situasi yang baik, berkembang dengan tepat, tidak sesat, tidak membahayakan kelangsungan perkembangannya. Hal inilah yang oleh Ki Hajar Dewantara dimaksudkan agar pendidik hanya “Tutwuri Handayani” . Pendidik hanya  mengikuti anak berkembang sendiri dan memberi pengaruh agar perkembangan   anak berjalan lebih pesat, serta  mampu menghindarkan diri dari bahaya.
Syarat Pendidik. Pendidik akan mampu memenuhi tuga-tugasnya dengan baik bila memenuhi beberapa persyaratan : a. Umur, Pendidik harus sudah dewasa (>18 tahun), Bagi pendidik kodrati, asalkan sudah memiliki anak, maka dia bertanggung jawab untuk mendidik anaknya. Bagi guru, umur minimal 18 tahun, sedangkan pendidik di lembaga non formal tidak dipersyaratkan secara khusus. b. Kesehatan, Pendidik wajib sehat jasmani dan rohani. c. Keahlian / Skill dan d. Kesusilaan dan Dedikasi .
Sifat – Sifat  Pendidik. Sifat Positif , meliputi : Rasa tanggung jawab dan dedikasi, Kecintaan, kebijaksanaan, dan kesabaran. Sifat Negatif, meliputi : Lekas marah, dan syak wasangka, Suka menyendiri, Haus pengormatan dan pujian orang lain, Gugup, Bimbang, Ragu, dan Takut, Mudah kecewa.
Anak Didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai suatu pribadi atau individu. Anak kandung adalah anak didik dalam lingkungan keluarga. Murid/siswa adalah anak didik di sekolah, Anak-anak penduduk adalah anak didik masyarakat sekitarnya. Pada hakekatnya pendidikan yang diberikan kepada manusia muda adalah mengembangkan unsur-unsur yang ada pada manusia. Misalnya, untuk mengembangkan unsur raga diberikan pendidikan jasmani, untuk unsur cipta ada pendidikan akal, dan sebagainya.
Pembawaan Anak Didik
Anak pada waktu lahir memiliki bekal berupa perbuatan siap, yang pelaksanaannya berdasarkan instink. Selain instink, anak juga memiliki bekal berupa potensi yang karena ada rangsangan dan kesempatan bisa berkembang. Benih potensi ini disebut pembawaan. Perkembangan pembawaan masing-masing anak tidak sama. Anak yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang baik, dapat memberikan hasil-hasil yang memuaskan. Pembawaan yang menonjol ini disebut dengan bakat. Orang yang menganut pendirian predisposisi berpendapat bahwa pembawaan seseorang berasal dari Tuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa pembawaan seseorang adalah karena keturunan (hereditas).
Beberapa pandangan tentang pembawaan : John Locke :  Anak pada waktu lahir bagaikan kertas kosong, dia tak memiliki pembawaan.J.J. Rousseau: semua anak lahir dengan pembawaan baik, dan perilaku buruk yang timbuladalah karena setelah ditangani manusia. Arthur Schopenhauer : anak pada waktu lahir dengan pembawaan baik – buruk. William Stern: anak pada waktu lahir berpembawaan baik atau buruk. Selanjutnya kita menganut pandangan bahwa pembawaan itu ada, dan pembawaan itu meliputi pembawaan baik dan buruk.
INTERAKSI EDUKATIF ANTARA  PENDIDIKAN DAN ANAK DIDIK.
Proses mengikat dan proses melepas Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa persatu paduan antara orang tua dengan anak dalam usaha pendidikan melewati dua proses yang penting yakni proses mengikat, yaitu persatu paduan yang erat dan akhirnya. proses melepas yang meliputi hubungan yang mengendor dan makin renggang demi kepentingan anak agar dapat berdiri sendiri. Anak yang mengalami proses mengikat terlalu panjang menyebabkan anak menjadi manja, kurang mandiri. Dan bila proses mengikat terlalu pendek maka anak akan menjadi dewasa sebelum masanya ( dewasa semu). Yang ideal adalah proses mengikat disesuaikan dengan sifat-sifat anak dihubungkan dengan ilmu jiwa anak dan kewajaran anak.
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem adalah kesatuan fungsional dari komponen – komponen yang terdapat di dalamnya, yang saling bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Dengan demikian bila salah satu komponen tidak berfungsi maka yang lainnya tidak berfungsi. Komponen – komponen dalam sistem pendidikan: pendidik, anak didik, kurikulum ( tujuan, materi, metode), sarana/alat, dana, lingkungan ( sosial budaya, keamanan, penduduk, politik, ekonomi, dsb).
TARDIK 3 LANDASAN PENDIDIKAN.
Landasan adalah sesuatu yang dipakai sebagai dasar untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya (termasuk aktivitas pendidikan ) akan dijiwai atau diwarnainya. Landasan – landasan pendidikan  : Landasan Filosofis, Landasan Sosiologis, Landasan Kebudayaan/Kultural, Landasan Psikologis, Landasan Ilmiah dan Teknologi.
LANDASAN FISIOLOGIS.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Dari kata   philein    =  cinta, shophia  =  kebijaksanaan, philein shophia  =  cinta akan kebijaksanaan ( love of wisdom ). Problem – problem  pokok  dalam filsafat yang menjadi landasan filosofis pendidikan : a.Problem realita dalam filsafat metafisika, menjadi landasan filosofis penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan. b.Problem pengetahuan dalam filsafat epistemologi menjadi landasan filosofis penyusunan konsep dasar kurikulum. c.Problem nilai dalam filsafat aksiologi menjadi landasan filosofis penyusunan tujuan pendidikan. d.Problem ketepatan bekerjanya akal dalam filsafat logika menjadi landasan filosofis berbagai metodologi pendidikan.
Berbagai aliran  filsafat sebagai landasan filosofis pendidikan yaitu :
a.     Perenialisme : Landasan filosofis konsepsi pendidikan perenialisme adalah filsafat Idealisme. Dasar penyusunan konsep pendidikannya adalah kepercayaan aksiomatis jaman kuno dan abad pertengahan. Perensialisme setia pada prinsip-prinsip yang sifatnya abadi, menolak pandangan bahwa sesuatu itu selalu berubah, keadaan yang tetap adalah nyata dari pada perubahan.
Prinsip pokok konsepsi pendidikan Perenialisme :
Ø Meskipun lingkungannya berbeda-beda, dimanapun harga manusia sama. Dengan demikian pendidikan hendaknya sama untuk setiap orang.
Ø Karena penalaran merupakan ciri utama dari manusia maka manusia harus mempergunakannya untuk mengarahkan instink alamiahnya sesuai dengan tujuan-tujuan yang diinginkannya
Ø Adalah menjadi kewajiban pendidikan untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki
Ø Pendidikan bukanlah sesuatu peniruan hidup, melainkan suatu persiapan untuk hidup. Siswa harus diajar pelajaran dasar yang dapat membawanya untuk mengenal berbagai keadaan yang sifatnya tetap. Seperti misalnya hasil kesusasteraan, sejarah, filsafat dan pengetahuan kealaman yang merupakan hasil kemauan dan kemampuan manusia sepanjang jaman.
b.     Esensialisme, Landasan filosofis konsepsi pendidikan Esensialisme adalah aliran filsafat Idealisme dan Realisme (modern). Konsepsi pendidikan essensialisme adalah nilai-nilai yang esensial yaitu teruji oleh waktu, bersifat menuntun dan telah turun-temurun dari jaman ke jaman dengan mengambil jaman renaissance sebagai permulaan.
Prinsip-prinsip pokok aliran esensialisme :
Ø Belajar pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan yang berupa kerja keras, yang kadang-kadang merupakan kegiatan yang sebenarnya tidak dikehendaki .
Ø Prakarsa dalam pendidikan hendaknya terletak pada guru, bukan pada siswa
Ø Inti proses pendidikan adalah terserapnya bahan pelajaran yang telah direncanakan.
Ø Sekolah hendaknya melaksanakan (kembali) metode tradisional dalam menanamkan pengetahuan pada diri siswa. Metode “belajar dengan Bekerja” atau “learning by doing” mungkin hanya cocok untuk bahan anak tertentu saja.
c.     Progressivisme Landasan filosofis konsepsi pendidikan progressivisme adalah aliran filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Konsepsi pendidikan progressivisme adalah perubahan. Perubahan merupakan inti dari kenyataan. Pengalaman merupakan sarana utama agar manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk lain. Pendidikan merupakan proses perubahan. Pendidikan harus siap mengubah baik metode maupun kebijaksanaan untuk disesuaikan dengan perubahan lingkungan. Mutu pendidikan terletak pada kemampuannya untuk terus menerus memperbaharui (merekonstruksi) pengalaman.Oleh karenanya tugas utama pendidik dalam mempertinggi kecerdasan dan pendekatan  terhadap anak perlu menyeluruh meliputi jiwa-badan- dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip – prinsip pokok aliran progressivisme :
Ø Pendidikan adalah merupakan kehidupan itu sendiri, bukan merupakan suatu persiapan untuk kehidupan. Belajar hendaknya langsung disangkut pautkan dengan minat anak. Belajar melalui pemecahan masalah hendaklah diutamakan dari pada pasif yang bersifat subject matter.
Ø Peranan guru tidaklah menunjukkan atau menuntun tetapi memberikan nasihat. Sekolah hendaklah mengembangkan kerja sama, bukan persaingan. Hanya demokrasilah yang memungkinkan saling tukar-menukar ide secara bebas yang amat berguna bagi pribadi yang utuh.
d. Rekonstruksionisme. Landasan filosofis konsepsi pendidikan Rekonstruksionisme adalah aliran filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Konsepsi pendidikan Rekonstruksionisme adalah pembaharuan. Oleh karenanya konsepsi ini mengarahkan perhatiannya kepada tanggung jawab pendidikan dalam mengadakan pembaharuan-pembaharuan masyarakat.
Prinsip pokok konsepsinya adalah :
Ø Pendidikan harus berusaha secara nyata ikut menciptakan tatanan sosial yang baru berdasarkan nilai-nilai budaya yang berlaku  sambil sekaligus menyesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi dunia. Masyarakat baru adalah yang benar-benar demokratis dimana lembaga-lembaga  pokok dan sumber-sumber yang ada di dalamnya dikontrol oleh rakyat.
Ø Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Guru hanya dapat meyakinkan siswa-siswanya tentang kebenaran dan mendesaknya memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial namun cara-cara yang dipakai haruslah yang benar-benar demokratis.
Ø Tujuan dan cara-cara yang dipakai dalam pendidikan harus secara menyeluruh diperbaharui, disesuaikan dengan tuntutan budaya yang terjadi dewasa ini dan disejalankan dengan penemuan-penemuan tingkah laku.
¢ Simpulan
Perenialisme dan Essensialisme dipandang sebagai aliran tradisional dengan perbedaan bahwa Perenialisme bersifat regresif dan Essensialisme lebih bersifat konservatif. Pada aliran tradisional, menganggap guru sebagai subyek dan anak sebagai obyek pelaksanaan pendidikan. Progressivisme dan Rekonstruksionisme ditempatkan sebagai aliran maju, dengan perbedaan progressivisme bersifat progressif/ evolusionistis dan rekonstruksi bersifat radikal. Aliran maju mementingkan keterlibatan siswa berfikir kritis , guru hanya berfungsi membantu siswa dalam kegiatan berfikir dan belajar.
Fungsi Filsafat sebagai landasan Filosofis pendidikan : Fungsi spekulatif : berusaha mengerti persoalan - persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan. Fungsi Normatif : sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu, khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya yang menjadi cita-cita manusia. Fungsi kritik, terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan dan penafsiran data-data ilmiah seperti data pengukuran analisis evaluasi kepribadian atau prestasi (achivement). Fungsi teori dan praktek . Teori adalah dasar bagi pelaksanaan atau praktik pendidikan. Dengan demikian memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktik.  
LANDASAN SOSIOLOGIS
Secara etimologi sosiologi berasal dari kata sosios        =  masyarakat dan  logos  =  ilmu jadi sosilogi = ilmu sosial atau kemasyarakatan. Secara esensialis : sosiologi adalah ilmu yang mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan masyarakat, yaitu masyarakat tertentu mengenai susunannya, hakikat hubungan-hubungan serta kodrat-kodrat yang menggerakkannya, yang menguasai kesadaran dan perkembangannya. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup secara sendirian, tetapi merupakan makhluk yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya lingkungan manusia terhadap manusia lain. Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan orang lain secara gotong royong. M.J.Langeveld mengatakan bahwa pergaulan merupakan “ladang” yang sangat luas yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Dalam hal ini tentu pergaulan yang pedagogis dan positif, karena pergaulan –pergaulan ini sangat penting bagi perkembangan individu anak. Kegunaan pergaulan di dalam pendidikan yaitu : Memungkinkan terjadinya pendidikan, Pergaulan merupakan sarana untuk mawas diri, Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita, Pergaulan dapat memberikan pengaruh secara diam-diam.
Norma – norma dalam kehidupan. Di dalam masyarakat dikenal beberapa macam norma, yang merupakan hasil usaha manusia yang disepakati bersama di dalam kelompok masyarakat, agar supaya kepentingan kebutuhan hidupnya tidak saling berbenturan satu sama lain sehingga dapat menimbulkan rasa aman,tenteram, dan damai atau hidup yang harmonis, selaras, serasi, dan berimbang dengan warga masyarakat yang lain. Norma hidup meliputi :Norma religious, Norma hokum, Norma kesusilaan/Etika, Norma adat.
Masalah-masalah sosial yang mewarnai masalah pendidikan :
1. Masalah sosial yang berhubungan dengan siswa yaitu : keadaan sosial – ekonomi, lingkungan social, harapan/cita-cita masa depan yang belum jelas, kontrol sosial yang terlalu lemah terhadap tingkah laku anak.
2. Masalah sosial yang berkenaan dengan  guru yaitu : penghasilan / gaji, persiapan mengajar, ilmu, ketrampilan, dan pengetahuan yang dimiliki, dan disiplin.
LANDASAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan atau kultur adalah hasil budi daya nanusia/bangsa. Kebudayaan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, artinya bahwa kebudayaan lama dan asli yang terdapat di Indonesia. Kedudukan kebudayaan di dalam pendidikan Selain kebudayaan merupakan isi atau materi pendidikan, kebudayaan  mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam pendidikan. Ki Hajar Dewantara dalam buku pendidikan (1977:15) bahwa Pendidikan Nasional ialah “Pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa lain dalam rangka kemuliaan segenap manusia seluruh dunia”. Pelaksanaan pendidikan RI sejak kemerdekaan sampai sekarang seperti yang ditetapkan dalam Tap MPRS/MPR adalah mendasarkan pada kebudayaan bangsa yang dirumuskan dalam Pancasila, sedangkan bahasa Indonesia merupakan salah satu kebudayaan nasional kita yang dapat melandasi pendidikan terutama untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa dan dapat juga melandasi pendidikan lebih lanjut, karena bahasa merupakan alat komunikasi.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Psikologi berasal dari kata Psyche => jiwa, Logos   => ilmu. Jiwa  adalah : Sesuatu yang menyebabkan adanya gerak, Sesuatu yang menimbulkan adanya kehidupan, Sesuatu yang menyebabkan manusia berpikir. Berjiwa, Bergerak, dan Berpikir adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia yang hidup tentu berjiwa-bergerak- berpikir, Tiga hal tersebut merupakan predikat dari manusia yang hidup.
1.Bantuan Psikologi terhadap Pendidikan. Psikologi diartikan sebagai studi tentang tingkah laku dan hubungannya antar manusia. Manusia merupakan organisme yang sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya, baik lingkungan manusia itu sendiri, benda-benda, situasi dan semua dunia luar yang ada dalam kehidupan manusia. Adanya keunikan dan kekomplekan organisme manusia juga keunikan masing-masing individu manusia perlu disadari oleh para pendidik. Seorang pendidik harus mengetahui psikologi pendidikan karena  “psikologi berusaha menerangkan bagaimana individu dan kelompok pada tingkat usia yang berbeda dapat memberikan sambutan yang baik terhadap stimulan yang datang dari lingkungan”.
Setiap individu anak memiliki sifat kepribadian yang berbeda-beda, dan kepribadian ini dapat ditentukan oleh faktor  - faktor :
a.Faktor Keturunan (Heredits). Faktor hereditas ini diperkuat oleh Gregorius Mendel yang mengatakan bahwa sifat dan bakat anak itu diturunkan dari orang tuanya, sehingga fungsi pendidikan adalah mengembangkan potensi atau pembawaan anak yang dibawa sejak lahir.
b.Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak. John Locke mengemukakan bahwa faktor lingkungan itu merupakan pengalaman-pengalaman yang dapat memperkaya pengetahuan anak. Oleh karenanya pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan rohaniah, dan lingkungan spiritual.
c.Faktor Diri ( self ). Faktor diri adalah  faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor ini dapat berupa motivasi dari manusia itu sendiri, dan hal-hal yang unik dari manusia sendiri, misalnya kecerdasan , sikap, watak yang berbeda-beda. Dengan diketahuinya perkembangan kejiwaan anak maka guru dapat memberikan pendidikan dan pengajaran yang tepat atau efektif dan efisien. Perkembangan kejiwaan inilah yang menjadi lahan pembicaraan psikologi. Maka psikologi dapat memberikan landasan dalam dunia pendidikan.
2. Kedudukan Psikologi dalam Pendidikan. Peserta didik adalah anak yang mempunyai aspek jiwa-raga, yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Untuk dapat mengenal dengan baik jiwa anak didik, pendidik harus mempelajari ilmu jiwa atau psikologi, sehingga pendidik dapat mengenal :
a.   Aspek-aspek perkembangan anak didik
b.   Kepribadian anak didik
c.   Bagaimana aspek-aspek perkembangan itu mengalami proses perkembangan
d.   Bagaimana bergaul dengan anak didik, untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran
e.   Bagaimana mengarahkan dan memacu atau mempengaruhi perkembangan anak didik
f.    Bagaimana mengidentifikasi hasil pendidikan dan pengajaran.
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI
                Aliran rekonstruksionisme ingin merombak tatanan masyarakat lama dan ingin membangun tatanan kehidupan berdasarkan kebudayaan baru. Hal itu hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan. Tatanan kehidupan baru  yang dicapai melalui pendidikan tersebut dapat diwujudkan dengan potensi-potensi teknologi yang mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran, keamanan dan jaminan hukum bagi mayarakat. Pendidikan merupakan interaksi antara subyek dan kebudayaan, sehingga masyarakat dan kebudayaan merupakan pusat orientasi pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai materi pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga memberi andil yang sangat besar dalam meningkatkan kemajuan kehidupan manusia.
AZAS-AZAS POKOK PENDIDIKAN
1. Azas Tut Wuri Handayani. Dalam hubungannya dengan pendidikan modern, Tut Wuri Handayani merupakan langkah pelaksanaan pendidikan dengan cara “mengikuti dari belakang sambil memberikan pengaruh, maksudnya jangan menarik – narik anak dari depan, biarkan mereka mencari jalannya sendiri”. Guru atau pamong baru boleh campur tangan apabila anak-anak salah jalan.
Guru berfungsi sebagai fasilitator, yang berperan dalam membantu siswa untuk bisa berkembang secara optimal. Pendidikan humanisme cenderung memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk menentukan sendiri tugasnya dan bagaimana mengerjakannya. Aliran psikologi behaviorisme dan psikologi humanistic sangat cocok dengan Tut Wuri Handayani.
2. Azas Belajar Sepanjang Hayat. Azas belajar sepanjang hayat sering disebut azas pendidikan seumur hidup atau “Life Long Education”  atau akan lebih sempurna bila dirumuskan  “Life Long Integrated Education”.  Beberapa dasar pikiran konsep pendidikan seumur hidup adalah : Tinjauan Ideologis, Tinjauan Ekonomis, Tinjauan Sosiologis, Tinjauan Politis, Tinjauan Teknologis, Tinjauan Psikologis dan Pedagogis.
Implikasi
1.Implikasi pada program-program pendidikan : Pendidikan baca tulis, Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Profesional, Pendidikankearah perubahan dan pengembangan, Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik, Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang
2.Implikasi pada sasaran pendidikan : Para petani, Para remaja putus sekolah, Para pekerja yang berketrampilan, Para teknisi dan golongan professional, Para pemimpin mayarakat, Para anggota masyarakat yang sudah tua.
TARDIK 4 DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN,
Setiap bangsa tentu memiliki teori, dasar, tujuan, dan pengelolaan pendidikan yang berbeda-beda. Dasar  adalah sesuatu yag dipakai sebagai landasan untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri di atasnya (termasuk pendidikan) akan dijiwai dan diwarnainya. Tujuan  adalah sesuatu yang akan diraih dengan melakukan aktivitas tersebut. Pendidikan sering ditafsirkan sebagai aktivitas untuk membimbing anak, agar anak mencapai kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Dan Kedewasaan Kedewasaan meliputi :
1. Dewasa Jasmani, Dewasa jasmani, apabila anak telah “berhenti” pertumbuhan jasmaninya (pertumbuhan vertikal) dan telah masak untuk bereproduksi. Dewasa jasmani juga ditandai oleh perkembangan alat-alat kelamin sebagai berikut :
a.Perkembangan alat kelamin primer : Nampak adanya perkembangan kelenjar-kelenjar kelamin (wanita: menstruasi pertama, dan pria: polusi pertama) dan kelenjar kelamin itu memisahkan zat hormon yang kemudian mendesak kelenjar-kelenjar lain sehingga mempengaruhi perilaku anak.
b.Perkembangan alat kelamin  sekunder : Nampak adanya perubahan perawakan, suara, pertumbuhan badan tak seimbang, tumbuhnya rambut pada tempat-tempat tertentu selain kepala.
c.Perkembangan alat kelamin Tertier : Adanya perubahan-perubahan motorik : pada tingkah laku, gerak tangan, sikap duduk, sikap berdiri, pilihan kata-kata, dsb.
2. Dewasa Rohani, Dewasa Rohani apabila anak telah dapat menyesuaikan diri dengan aspek-aspek berikut :
a.Sosiologis, Bila telah dapat memenuhi syarat-syarat hidup bersama dan telah mengerjakan beberapa tugas masyarakat ,mampu bergaul, mampu berperan dengan tepat, mampu berpartisipasi secara konstruktif, dan mampu mendukung kewibawaan.
b.Psikologis, Beberapa fungsi jiwa anak telah berkembang dan telah berdeferensiasi. Dia telah mampu menilai betul-salah, mampu menampung pendapat-pendapat orang lain secara rasional dsb.
 c.Yuridis, Bila anak menurut umurnya telah dapat dikenai hukum atas perbuatan-perbuatannya.
d.Karaktereologis, Bila fungsi-fungsi kejiwaan yang telah berkembang itu telah merupakan kesatuan yang bercorak tertentu (integrated), corak mana telah bersifat stabil dan mejadi dasar kelakuan selanjutnya. Dia telah mampu menilai baik-buruk, susila-asusila, dsb
e.Paedagogis, Bila anak telah mampu menentukan sendiri dengan tanggung jawab sendiri atas perbuatannya.
f.Filosofis, Manusia sebagai pribadi yang telah mencapai kesadaran intelektual mengenai ide-ide yang bersifat tetap, termasuk ide mengenai dirinya sendiri.
g.Psikologi Klinis, Kedewasaan individu ditentukan oleh bagaimana ia dapat mengendalikan dorongan-dorongan “Id” nya dengan sadar, ditandai oleh banyaknya sublima yang dilakukan, dan kemampuan mengatasi konflik yang memuaskan baginya.
Tujuan Pendidikan dan Pandangan Hidup
Pendidik adalah orang dewasa, normal, beradab, dan bertanggung jawab. Mereka memiliki pengalaman hidup dengan segala liku-likunya. Mereka melihat, merenungkan, dan mempelajari nilai-nilai hidup baik dari bangsanya sendiri maupun dari bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu mereka  juga memiliki “pandangan tertentu” untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan anak keturunannya. Para ahli menyusun nilai-nilai hidup itu secara sistematis menjadi filsafat hidup (pandangan hidup). Dalam dunia pendidikan , persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan tujuan pendidikan , akan diwadahi oleh filsafat hidup suatu bangsa yang melakukan akivitas pendidikan tersebut. Bagi bangsa Indonesia, filsafat hidup (pandangan hidup) itu adalah Pancasila. Karena perbedaan filsafat hidup bagi setiap bangsa , maka tujuan pendidikan juga berbeda-beda  bagi masing-masing bangsa.
Sifat dan Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan serangkaian tujuan pendidikan yang saling bertautan, meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier. Tujuan Umum (Tujuan Total/Lengkap), Tujuan Khusus, tujuan tak lengkap , tujuan sementara, tujuan incidental, tujuan intermedier.
Tujuan Pendidikan dan Perubahan Zaman
Pendidikan tidak terlepas dari situasi serta kondisi-kondisi konkret di masyarakat. Hal ini berarti bahwa pendidikan itu selalu mempunyai watak yang dicerminkan oleh keadaan dan sifat masyarakat. Keadaan masyarakat berbeda-beda dan selalu berubah. Sehingga tujuan pendidikan pun selalu tidak tetap sepanjang masa dan tidak sama pula untuk setiap bangsa. Di negara-negara barat, misalnya : Yaman Yunani kuno, zaman pertengahan ( abad  5 – 15), zaman feodalisme ( abad 19-20), Di Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang juga telah mengalami beberapa kali perumusan tujuan pendidikan.
Tujuan Pendidikan Di Indonesia
1.Menurut Menteri P&K Mr.Suwardi, taggal 1 Maret 1946: “Tujuan pendidikan membentuk patriotisme”, Rumusan di atas sesuai dengan tahap revolusi fisik yang ditandai kembalinya pemerintahan colonial.
2.Menurut UUPP No.4/1950,Jo No.12/1954: “Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. 
3.Menurut Tap MPRS nomor II/MPRS/1960, Tujuan pendidikan adalah supaya melahirkan :
a.Warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, ialah:Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan yang adil dan beradab, Kebangsaan, Kerakyatan, Keadilan social.
b.Tenaga-tenaga kejuruan yang ahli dan berjiwa Revolusi Agustus 1945.
4.Menurut Tap MPRS No.XXVII/1966. Tujuan Pendidikan: “membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945 “
5.Menurut Tap MPR No.IV/MPR/1973. Tujuan pendidikan nasional: Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan aktivitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
6.Menurut Tap MPR No.IV/MPR/1978. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
7. Menurut Tap MPR No.II/MPR/1983. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
8. Menurut Tap MPR No.II/MPR/1988. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
9. Menurut UU RI No.2 tahun 1989. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Rumusan umum dan Rumusan Khusus, Dengan adanya inovasi di bidang pendidikan maka muncullah tujuan-tujuan yang  bersifat konkrit dan sempit, yaitu :
a.Tujuan Institusional adalah tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh lembaga yang bersangkutan sebagai lembaga pendidikan, misalnya tujuan Sekolah dasar, tujuan Sekolah menengah umum, tujuan sekolah menengah kejuruan dan lain-lain.
b.Tujuan Kurikuler yaitu tujuan yang akan dicapai oleh setiap matapelajaran atau bidang studi tertentu.
c.Tujuan Instruksional adalah tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan pengajaran tertentu. Tujuan ini dibedakan menjadi Tujuan Instruksional umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
10.Menuurut UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 2 dirumuskan:  Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pada pasal 3 dirumuskan, “tujuan  pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Catatan :
Ø  Tujuan pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi dirumuskan atas dasar sikap hidup bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh norma-norma yang berlaku bagi semua warga negara.
Ø  Hal ini berarti bahwa sebelum seseorang melaksanakan tugas kependidikannya, ia harus memahami falsafah negara, supaya norma yang melandasi hidup bernegara tercermin dari tindakannya.
Ø  Setiap pendidikan yang diarahkan kepada pembentukan sikap positif pada anak didik, hendaknya diperhitungkan pula bahwa manusia muda (anak didik) itu tidak hidup tersendiri di dunia ini.
Ø  Sehubungan dengan “kedewasaan” yang ingin dicapai, maka perlu diketahui dan disadari bahwa : dalam proses perkembangannya, anak memerlukan bantuan, dan bantuan itu tidak ditentukan oleh pendidik. Disamping itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan hakikat individu individu dan sosialitasnya.
 
PERGAULAN,KEWIBAWAAN danLINGKUNGAN
¢ Pengertian Pergaulanadalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain, termasuk di dalamnya antara pendidik dan anak didik.Pergaulan merupakan  salah satu sarana dalam mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.Dalam pergaulan itu pendidik dapat mengobservasi anak secara langsung untuk menemukan potensi-potensi yang ada pada anak didik. Sementara itu anak didik lewat pergaulan tersebut dapat mengetahui secara langsung apa yang ada pada pendidik, kecintaannya, rasa sosialnya, ketrampilannya, dedikasinya, dan sebaginya. Saling mengetahui antara pendidik dan anak didik akan memudahkan usaha bimbingan, dan pertolongan  dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Macam-macam Pergaulan
Pergaulan dapat dibedakan atas dasar :
    1.Pergaulan anak dengan anak
    2.Pergaulan anak dengan orang dewasa
    3.Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa
Nilai pergaulan dapat dibedakan menjadi :Pergaulan Pedagogis  n Pergaulan tidak Pedagogis
*Pergaulan tidak pedagogis dibedakan :Pergaulan biasaadalah pergaulan yang tidak pedagogis, tetapi tidak merugikan perkembangan anak didik. Serta Pergaulan demagogis adalah pergaulan tidak pedagogis , tetapi justru merusak perkembangan anak didik
Pergaulan biasa dapat  diubah menjadi pergaulan yang pedagogis. Hal ini harus dilakukan dengan cara perlahan-lahan , agar jangan menimbulkan  kesan pada anak didik sebagai suatu perubahan yang sekaligus/ mendadak. Kalau hal itu terjadi maka oleh anak akan dirasakan sebagai suatu paksaan, yang dapat menimbulkan protes atau anak didik menjauh dari pendidik.Namun, suatu saat pendidik dapat melakukan sikap tegas, sehingga cara mengalihkan pergaulan biasa menjadi pergaulan pedagogis dilakukan secara sekaligus. Hal ini dilakukan bilamana dikehendaki agar anjuran atau larangan pendidik memberi kesan yang sangat nyata.Akan tetapi pengalihan pergaulan biasa menjadi pergaulan pedagogis dilakukan secara sekaligus adakalanya berdasarkan alasan yang tidak tepat, misalnya :
Ø Pendidik melimpahkan kasih sayang secara berlebihan sehingga pendidik selalu menghendaki agar anak didik dalam pengawasannya dan pendidik kerap kali memberikan larangan atau anjuran.
Ø Pendidik terlalu buru-buru menginginkan anak didik secara mandiri dapat melaksanakan tugasnya secara sempurna, sehingga pendidik terlalu ikut campur tangan Sikap pendidik yang demikian berkesan sebagai suatu tirani.
Pentingnya Pergaulan dalam Pendidikan
Menurut M.J.Langeveld, pergaulan merupakan ladang, atau lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan.Pendidikan hanya akan terjadi dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak yang belum dewasa. Pada pergaulan antara sesama orang dewasa, mungkin saja terjadi pendidikan, hanya saja pendidikan yang timbul, letak tanggung jawab bukan di tangan orang yang memberi nasihat, larangan, atau saran, melainkan tanggung jawab terletak pada orang dewasa yang menerimanya atau yang diberi. Misalnya, guru A menasihatkan suatu kebijaksanaan kepada guru B, maka guru A tak sedikitpun memiliki kewenangan kepada guru B untuk mengontrol atau menegurnya apakah dia melaksanakan kebijaksanaan tersebut atau tidak.
Perbedaan antara pergaulan anak dengan Sesama anak, dan pergaulan anak dengan orangdewasa :
Pergaulan antar sesama anak sama sekali tidak memberi sumbangan bagi perkembangan rohani anak didik. Pergaulan antar sesama anak tetap merupakan pergaulan biasa, karena anak belum memiliki tanggung jawab, anak belum memiliki kewibawaan. Kalaupun anak yang satu dengan yang lain kelihatan patuh dan taat, hal itu bukan karena kewibawaan anak yang satu terhadap yang lain, melainkan karena adanya rasa takut. Ketaatan yang didasari takut adalah karena terpaksa, bukan atas dasar sukarela.Syarat terjadinya proses pendidikan adalah adanya kewibawaan. Secara kodrati, seorang anak memerlukan perasaan aman dan terlindungi. Orang dewasa akan mampu mewujudkan perasaan aman bagi anak yang belum dewasa.
Faedah Pergaulan
1. Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan
2. Pergaulan merupakan sarana untuk mawas diri
3. Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita
4. Pergaulan bisa memberikan pengaruh secara diam-diam
¢ Kewibawaan, Kata dasarnya wibawa = kekuatan sakti, ataukata-kata yang mempunyai kekuatan, atauKata-kata yang mempunyai kekuatan yang mengikat agar dilaksanakan oleh siapa saja yang menerima kata-kata tersebut. Kewibawaan tidaklah nampak. Yang dapat dilihat dan dihayati adalah gejala-gajalanya saja, baik dalam perbuatan (gezagshandeling), maupun dalam bentuk hubungan kewibawaan (gezagsverhounding). Jadi kewibawaan atau Gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.